Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda
Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.
Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.
Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
New Office...
Bulan POV
Seminggu berlalu, dalam tujuh hari ini aku menyelesaikan semua pekerjaan memeriksa laporan pajak hingga membuat analisa, sehingga tidak hutang pekerjaan saat ditinggalkan. Mbak Ratna langsung mencak-mencak dan protes tidak menyetujui kepindahanku, padahal apa haknya melarang, manager bukan direktur bukan. Seminggu ke belakang benar-benar minggu yang penuh dengan tekanan.
Seminggu ini pula semenjak pesan yang tidak dijawab oleh Kak Juno, aku merasa upaya untuk mengalahkan ego menjadi hal yang sia-sia. Apakah ia menuntut permintaan maaf? Tapi dimana letak kesalahannya? Apakah menemani seorang anak yang ditinggalkan oleh orangtuanya bekerja Salah? Tidak… berulangkali aku menjawab pada pada diriku sendiri. Kamu tidak salah Rembulan.
Aku tidak ingin, hanya karena kekhawatiran menjadi bahan pergunjingan, harus melukai orang lain terutama anak kecil. WTF with people opinion, aku sudah merasakan ketidakadilan itu dulu, jangan sampai terulang pada orang lain.
Starting from today, aku akan mulai bekerja di Divisi Konsultasi Bisnis, berdiri sejenak di depan kaca sebelum berangkat, terdengar suara-suara di alam bawah sadar,
“Kamu keliatan standar banget …”
“Terlihat old fashion…”
“Tampilannya kurang menjual”
“Hufftt…. the way you look its become company image” suara Mbak Marissa seperti terngiang di telinga.
Ya sudahlah bagaimana lagi pikirku, minggu kemarin fokus beresin kerjaan sampai gak sempat memikirkan tampilan. Bagaimana mungkin aku bisa menandingi cara berpakaian Mbak Marissa, membeli setelan yang bermerk itu berarti menutup acara menabung. Selama ini saat membeli pakaian kerja yang menjadi prioritas adalah kenyamanan bukan penampilan, karena duduk berjam-jam memeriksa dokumen membutuhkan pakaian yang nyaman, lagipula yang aku temui pun lebih banyak dokumen dan sesama auditor.
“It’s OK Bulan… nanti kita beli 2 set pakaian untuk memulai bekerja. Kalau itu bisa membuatmu lebih nyaman dan percaya diri… tidak apa-apa nanti kita bisa menabung lagi…. Kan kamu nanti akan dapat gaji yang lebih besar… tidak apa-apa… uang itu alat bayar bukan harta karun” aku mengusap-usap kepala.
Ini adalah caraku untuk memotivasi diri, mencoba berpikir seperti Ibu yang menyemangati anaknya. Bertahun-tahun aku melakukan ini, dan ternyata itu berhasil membuat merasa kuat dan bisa menghadapi semua masalah. Mengusap-usap kepala sendiri sambil memberikan kalimat motivasi selalu berhasil menjadi mood buster.
Sudah empat hari Afi mendapatkan tugas audit ke Tangerang, sehingga kita tidak bertemu. Aku masih memikirkan cara terbaik menjelaskan pada soal kepindahan ke Divisi Konsultan Bisnis. Memberitahu Afi pasti dengan sendirinya akan membuat Juno juga tahu, dengan ketidaksukaan Juno pada sikapnya mengasuh anak Kevin adalah permasalahan lain yang harus aku hadapi. Tapi kan Kak Juno tidak tahu kalau Pak Kevin itu di Divisi Konsultasi Bisnis jadi nothing to worry sebetulnya hehehehe. Oke mungkin hari ini aku akan mengabarinya lewat pesan.
Ya sudahlah luruskan niat, kesatu pindah divisi kan tujuannya untuk nambah pengalaman dan pengetahuan baru tentang bisnis. Selama ini ilmu perpajakan sudah molotok di luar kepala, banyak ilmu yang aku dapatkan selama tiga tahun ini. Kedua, nambah penghasilan, aku bisa nambah pundi-pundi tabungan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, ketiga nambah networking jadi lebih tahu bagaimana caranya bergaul dengan manusia bukan dengan angka. Ok selama diniatkan untuk memberikan sebaik-baiknya kebaikan untuk kemaslahatan umat, bukan buat diri sendiri itu yang menjadi poin penting dalam pengambilan keputusan.
Divisi Konsultasi Bisnis berada pada section 3 dari lantai 14. Setiap lantai terbagi pada beberapa section, terus terang walaupun berada pada lantai yang sama tapi aku tidak pernah mencoba mengexplorasi divisi lain. Satu-satunya teman yang akrab dan beda devisi hanya Afi. Mudah-mudahan kedepan aku bisa lebih bergaul lagi dengan divisi lain.
Ternyata divisi ini memajang posisi kantornya. Berbeda dengan ruangan divisi pajak yang berbentuk kotak dan terbagi pada beberapa kubikel dan ruang meeting. Divisi Konsultasi Bisnis memiliki ruang area terbuka di depan officenya, dengan meja dan sofa yang biru laut. Hmm mungkin karena banyak bertemu dengan klien jadi di tata dengan style yang berbeda pula.
Masih agak pagi, belum jam delapan, lebih baik ke toilet dulu saja,...hufft ini rasanya seperti menjadi anak baru di perusahaan lama. Keringat terasa mulai menetes di punggung, padahal ruangan ber AC, aku harus mengikat rambut. Mengikat rambut saat seperti sedang mengaudit memang simple tapi tampak tidak elegan.
Teringat gaya sanggul DIY yang pernah dilihat di aplikasi youtube tampaknya bisa dicoba, mungkin pakaian terlihat standar tapi tatanan rambut bisa berbeda. Aku kemudian mengikat rambut dengan kunciran dan melipatnya ke dalam seperti sanggul dan voalaa… terlihat rapi. Kutarik beberapa helai rambut di samping, untuk memberikan kesan dramatis… ok done… hehehe ternyata mendapatkan penampilan baru last minute sebelum masuk ke ruangan baru.
Kembali ke depan ruangan office ternyata masih juga belum ada yang datang, akhirnya aku putuskan untuk duduk di sofa sambil menunggu. Kalau di Divisi Pajak yang selalu paling awal datang adalah Mbak Ratna, baru kemudian aku dan disusul staf yang lain. Hanya beberapa kali Mbak Ratna datang terlambat, selebihnya selalu sebelum jam delapan sudah nongrong di depan meja di kubikel.
Mbak Ratna belum menikah di jelang usia 40 tahun. Mungkin karena wataknya yang keras sehingga sulit untuk dekat dengan orang lain. Jangankan lawan jenis, sejenis pun dia paling susah untuk berteman. Itu sebabnya dia cocok di Divisi Pajak karena jarang bertemu dengan manusia lebih banyak bersinggungan dengan angka dan kertas. Tapi Mbak Ratna adalah orang yang fokus dan konsisten, banyak temuan dalam laporan pajak bisa ia temukan di saat oleh orang lain terlewat. Manusia memang tidak ada yang sempurna, mungkin salah satu sebab Mbak Ratna tidak ingin aku pindah adalah dia tidak lagi punya teman untuk berkeluh kesah, karena staf yang lain cenderung menjaga jarak dengannnya. Yah siapa yang tidak ingin menjaga jarak sebetulnya kalau setiap saat senang dikritik dan diprotes...heheheh baru juga berpisah sehari sudah kangen sama dia.
“Bintang… kamu datang pagi banget… kita biasanya mulai kerja jam sembilan” suara yang aku kenal. Ya ampun iyaaaa…. Aku lupa kemarin Mbak Marissa bilang kalau salah satu supervisor yang nanti bekerja denganku adalah Anjar… Ah otak kemarin totally black out gegara kaget naik pangkat.
“Ehhh Anjar… hehehe iya, di Pajak kita udah mulai kerja dari jam delapan sesuai jam kantor” jawabku, sekarang musti agak sopan sama anak nengil ini. Secara dia sekarang jadi rekan sejawat.
“Itulah anak Pajak beneran serius banget kerjanya, memangnya kalian pulang jam berapa?” ia duduk di seberangku. Hmmmm... bukannya ngajak masuk malah ikutan ngobrol di ruang tunggu.
“Standar sih jam 5-6 malam” jawabku malas, anak itu langsung terlihat syok.
“Cepet banget… kita jam 7-8 lah habis lewat masa macet baru pulang” dia terlihat merasa hebat pulang lebih malam. Aku mendengus.
“Ya jelaslah pulang lebih malam kalau datangnya lebih siang… wajar aja. Gak berarti juga produktif pulang lebih malam itu. Kali aja lu main game” tuduhku, dan katanya tuduhan itu benar adanya karena dia langsung cengar cengir.
“Tuh kan moal jauh pasti main game” aku tersenyum sinis. Dia langsung memandangku dengan muka tengil menyebalkan.
“Orang Sunda yah neng… meni kitu… Teteh kan sukanya minum air teh” Arghhh…. Muka menyebalkan. Jangan dilandeni orang macam gini sih.
“Udah ah ngobrolnya gak jelas, mendingan lu bantu aku orientasi ruang dulu. Kasih tau tempat dokumen dan budaya kerja disini… sambil nunggu bos dateng” Aku berdiri mendahului menuju ruangan office.
“Deuuh yang semangat kerja di tempat baru… naik jabatan yah lu? Mustinya diospek dulu sama Aa...“ dia mengikuti sambil cengar cengir..
“Aa… gak pantes banget dipanggil Aa kamu tuh… gak ada wibawanya.. Lebih pantes dipanggil Ujang... “ jawabku cepat. Ternyata ruangan office nya sangat nyaman. Tidak ada kubikel di sini. Ruangan ditata dengan konsep open space.
“Wuiih kok beda yah sama Divisi aku dulu, layout ruangannya lebih comfy begini” aku kagum dengan penataan ruangannya, terdapat beberapa meja kerja dengan kelengkapannya, yang paling besar di pojok sebelah kanan, kursinya terlihat lebih besar dan ditata dengan eksklusif. Pasti itu mejanya Pak Kevin karena meja itu yang paling besar dan paling lengkap. Ada banyak tanaman hias di dalam ruangan sehingga terasa sejuk. Diseberang meja Pak Kevin ada meja yang besarnya tidak terlalu jauh berbeda tapi lebih girly dengan bulu-bulu pada kursinya, hahahahaha seperti meja kerja designer. Ada banyak pernak-pernik hiasan yang aneh, pasti dari negara asing karena modelnya yang aneh dan lucu. Sudah dapat dipastikan itu meja Mbak Marissa, hmmmm seleranya memang mahal.
“Kamu duduk dimana Njir…” tanyaku, ternyata dia sudah duduk di mejanya yang ada diseberang ruangan. Disitu rupanya mahluk vertebrata ini duduk, mejanya seperti meja lelaki lainnya tidak banyak pernah pernik pernik hanya tumpukan dokumen. Ada mug dan satu bingkai foto di mejanya.
“Ini meja kamu?” dia menggangguk sambil tersenyum
“Sorry berantakan, aku gak pernah beresin meja hehehhehe… nanti bantuin aku yah… beresin meja… beresin kerjaan utamanya” dia cengar cengir gak jelas. Ya iyalah pikirku, aku disini kan buat kerja tapi bukan beresin meja dia.
“Sebetulnya meja kerja yang berantakan itu menjadi indikator kalau pemiliknya adalah orang yang kreatif dan punya banyak ide” ucapku sambil melihat pigura foto di mejanya, rupanya foto dia dengan ibu dan perempuan muda sepertinya kakaknya melihat garis kesamaan di wajah mereka. Tipe-tipe family man juga dia rupanya.
“Hanya saja meja yang berantakan juga menandakan kalau pemiliknya cenderung sulit untuk fokus pada satu pekerjaan, cenderung suka mengabaikan aturan dan senang bermain tidak aman” aku tersenyum melihat ekspresinya yang melongo.
“Betul sekali Rembulan… kamu sudah bisa menebak kelakuan rekan kerja kamu itu. Kerjaan dia harus terus dipantau sampai selesai hingga finish… dia suka mengerjakan beberapa pekerjaan tapi gak sampai tuntas” suara Mbak Marissa memecah keheningan. Rupanya ia sudah menyimak dari tadi.
“Meja kamu itu disana...kemarin sudah dibereskan… kamu tata sesuai dengan kesukaan kamu. Kita akan mulai meeting jam 10. Menunggu Pak Kevin… “ Ia langsung duduk di mejanya dan menyibukan diri dengan pekerjaan. Anjar mengacungkan jempol dan memberikan semangat.
“Gambarimasyo” ucapnya sambil mengedipkan mata. Hmmm teman yang menarik, lebih menyenangkan daripada Mbak Ratna yang butuh energi untuk menarik garis senyum di mukanya.
Ternyata meja kerja baru sudah dilengkapi dengan desktop dengan merk buah cuma digigit separo lengkap dengan printer scanner. Hmm aku belum familiar dengan sistem kerjanya, merk ini memiliki sistem penyimpanan data dan aplikasi tersendiri. Berbeda dengan laptop dan desktop yang biasa aku pakai di Divisi Pajak. Tapi yang aku dengan merk ini sudah sangat user friendly, jadi pasti tidak terlalu sulit.
Di meja ada 2 kabinet kecil tempat menyimpan dokumen dan keperluan pribadi. Aku bisa menyimpan harta karun disini. Jangan mau kalah dengan mahluk vertebrata aku juga akan menyimpan foto Bapak dan Ibu di meja, biar mereka bisa melihat kalau aku sekarang di tempat kerja yang menyenangkan. Bapak doakan aku yahhh…. Ibu… anakmu sekarang kerja di tempat hebat. Semoga bisa membawa kebaikan untuk semua.
walaupun udah baca berulang ,tetap saja masih ngakak
astaganaga wkwkwkwkwkwkwkwk
Tetap terus berkarya ya Kak... ditunggu karya berikutnya..../Kiss/