Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pabrik gula dan Kerupuk
Dua hari, Xiao Yun, Liu Liyan dan Xiao Yue disibukan dengan urusan pabrik gula dan kerupuk.
Dihari pertama setelah dari klinik Zheng-Zhao, mereka keladang pertanian memberi penyuluhan soal tehnik penanaman tebu.
Siang sampai petang hari, memberi pelatihan para buruh pabrik kerupuk.
Hari kedua, Xiao Yue kembali kepabrik kerupuk bersama Xiao Yong, sedangkan pelatihan dipabrik gula ditangani Xiao Yun dan Liu Liyan.
Dihari ketiga, kedua pabrik itu resmi beroperasi dan kegemparan pun langsung diterjadi dikota Luoyang.
Selama ini gula yang ada dikekaisaran Shanghai, diimpor dari benua barat. Kualitasnya tidak sebagus buatan Liu Liyan dan itu pun cuma satu macam saja yaitu gula putih.
Tapi sekarang dikota Luoyang, ada muncul pabrik gula yang memproduksi tiga macam bahan pemanis.
Burung pengirim pesan, terlihat mondar-mandir diudara.
Berita dari mulut kemulut, dibawa angin terbang mengudara, singgah kebeberapa desa, kota dan dalam hitungan jam sudah sampai keIbukota pusat Shanghai.
Rapat darurat diadakan, semua menteri dan pejabat wilayah dipanggil.
Penyelidikan dilakukan, siapa gerangan si pencetus gula itu.
Pejabat rakus, pedagang tamak, keluarga bangsawan serakah, dan penguasa wilayah licik. Bergerak dalam senyap, berlomba untuk menangkap mangsa agar bisa dikendalikan demi memberi keuntungan.
Tapi saat mengetahui nama yang tertulis diakta perizinan usaha pabrik. Manusia-manusia licik itu serentak balik badan bubar jalan.
Jiang, siapa yang berani mengusik keluarga itu.
Kaisar Huang Yu tertawa lantang, begitu tahu siapa pemilik pabrik gula itu. Tatapannya jatuh pada sosok pria berusia 65 tahunan, yang duduk dua tingkat dibawahnya.
"Apa bocah tengik itu berulah lagi Adipati Jiang..?"
"Ampun yang mulia Kaisar..! ini kesalahanku yang tidak berkompeten dalam mendidik putra hamba yang sangat berharga itu." kata kiasan Adipati Jiang dengan diakhiri kekehan.
Kaisar Huang Yu makin lantang saja tertawanya.
Sementara para pejabat culas, melirik iri kearah Adipati Jiang dan kedua putranya yang juga seorang pejabat.
"Belum lama ini diJiao Tong ada susu kedelai juga kacang hijau, dan sekarang tiga jenis gula. Bocah tengik itu, ck...!" kata Kaisar antara bangga dan kesal.
Jiang Yulin, putra ketiga dari Adipati Jiang dan putra angkat Kaisar Huang Yu.
Jiang Yulin sendiri bergelar Junwang (Pangeran peringkat kedua)
"Hamba juga seperti yang mulia Kaisar, ingin sekali marah tapi ini juga sangat menguntungkan."
Kaisar Huang Yu terkekeh "setidaknya bocah tengik itu tidak membuat masalah."
"Baik yang mulia Kaisar..!"
Jiang Yulin sudah sejak setahun ini mengambil alih semua bisnis kelurga Jiang setelah, kakak pertama diangkat menjadi pejabat kementrian keuangan tingkat tiga.
Untuk putra kedua Jiang, memilih menjadi prajurit dan menjadi salah satu jenderal muda berbakat.
Selama itu juga, Jiang Yulin tidak pernah sekali pun berunding dulu jika ingin melakukan sesuatu.
Tak heran, kaisar Huang Yu dan Adipati Jiang terkadang suka merasa kesal.
Tapi itulah karakter Jiang Yulin, Kaisar dan Adipati Jiang, sudah amat memahami.
Seperti pabrik gula ini. Tidak berunding dan memberi laporan, tahu-tahu ada sampai membuat kegemparan dimana-mana.
Bisnis keluarga Jiang penyumbang pajak terbesar untuk negara disetiap tahunnya.
Sekarang bisnis mereka bertambah dibidang lain, sudah bisa dipastikan pemasukan kenegara juga semakin besar nantinya.
Kembali lagi kekota Luoyang.
Setelah tahu bahan baku gula adalah tebu dan bet putih, penduduk kota Luoyang dan sekitarnya. Berbondong-bondong mencari kehutan untuk kemudian dijual kepabrik.
Para petani mulai mencari bibitnya untuk dibudidayakan.
Dipinggiran hutan bertanah subur, kini banyak ditanami tangkal tebu yang batangnya telah dipanen.
Jiang Yulin yang sudah mendapat ilmu penanaman tebu, membagikannya kepada para petani.
Bulan depan, Jiang Yulin berniat mendirikan pabrik gula diibukota pusat Shanghai.
Tujuannya agar kelak harga gula menjadi murah dan semua lapisan masyarakat bisa membelinya.