NovelToon NovelToon
Legenda Semesta Xuanlong

Legenda Semesta Xuanlong

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Epik Petualangan / Iblis / Mengubah Takdir
Popularitas:37.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)

Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".

Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.

Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 34

Koridor Menuju Aula Singgasana, Reruntuhan Bintang Kuno.

Lorong itu berakhir di sebuah balkon batu yang tinggi. Dari sana, Ye Chen dan Long Yin bisa melihat keseluruhan area terdalam dari reruntuhan ini.

Pemandangannya menakjubkan sekaligus mengerikan.

Ini adalah Aula Singgasana. Ruangan ini berbentuk kubah raksasa yang dindingnya dilapisi emas dan giok yang kini kusam tertutup debu. Di lantai bawah, ribuan kerangka manusia dalam zirah berkarat berlutut menghadap ke satu titik, seolah-olah mereka mati saat sedang bersujud kepada rajanya.

Di ujung ruangan, di atas panggung batu setinggi sepuluh meter, terdapat sebuah Singgasana Meteorit Hitam.

Di atas singgasana itu, duduk sebuah kerangka utuh yang mengenakan jubah kebesaran yang belum hancur. Kerangka itu memancarkan tekanan agung yang membuat udara bergetar.

Dan di tangan kerangka itu, tergenggam sebuah benda logam bergerigi yang bersinar perak.

Pecahan Kunci Ketiga.

"Itu dia," bisik Ye Chen, matanya berbinar. "Potongan terakhir."

"Kakak, lihat di bawah," Long Yin menunjuk ke kaki panggung singgasana.

Di sana, Wang Teng dan Tetua Jubah Darah berdiri terpaku. Mereka tidak berani naik ke panggung. Tubuh mereka gemetar, dan Wang Teng bahkan terlihat mengompol di celananya.

Di sekitar mereka, lantai dipenuhi bekas hangus dan potongan es. Rupanya mereka sudah mencoba naik, tapi dipukul mundur.

"Kenapa mereka diam?" tanya Long Yin.

Ye Chen menyipitkan mata, mengaktifkan penglihatan energinya.

"Karena rajanya tidak sendirian."

Di belakang singgasana, dalam bayangan yang pekat, berdiri sesosok makhluk setinggi tiga meter. Ia mengenakan zirah samurai kuno yang lengkap, memegang Tombak Sabit raksasa.

Itu bukan mayat hidup.

Itu adalah Jenderal Jiwa Bintang (Star Soul General). Sisa jiwa penjaga setia yang telah kehilangan akal sehatnya dan berubah menjadi roh jahat yang menjaga tuannya.

Tingkat Kekuatan Setara Ranah Pengumpul Bintang Puncak (Tahap 9).

Bagi Wang Teng (Tahap 4) dan Tetua Jubah Darah (Inti Bintang yang terluka parah dan kini hanya punya kekuatan setara Tahap 5), monster itu adalah tembok yang tak bisa ditembus.

"Ayo turun," ajak Ye Chen. "Saatnya menyapa teman lama."

Ye Chen melompat turun dari balkon, mendarat dengan suara dentuman berat di lantai aula, tepat sepuluh meter di belakang Wang Teng dan Tetua.

DUM.

Wang Teng dan Tetua Jubah Darah berputar kaget. Wajah mereka pucat pasi melihat "Hantu" yang mengejar mereka sudah sampai.

"Ye Chen!" desis Wang Teng, memegang pedang cadangannya dengan tangan gemetar.

Tetua Jubah Darah menyeringai pahit. Dia kehilangan satu tangan, energinya hampir habis, dan di depan ada monster jiwa, di belakang ada monster fisik.

"Kau benar-benar tidak mau melepaskan kami, Bocah?" kata Tetua itu serak.

Ye Chen mengabaikan mereka. Ia berjalan santai melewati mereka, matanya terkunci pada Jenderal Jiwa di atas panggung.

"Kalian berdua," kata Ye Chen tanpa menoleh. "Kalian punya dua pilihan. Mati di tanganku sekarang... atau bantu aku membunuh penjaga itu."

"Apa?" Wang Teng ternganga. "Kau mengajak kerja sama?"

"Aku tidak mengajak kerja sama," koreksi Ye Chen dingin. "Aku menjadikan kalian umpan."

Tiba-tiba, Jenderal Jiwa di atas panggung membuka matanya. Dua api biru menyala di balik zirahnya.

"Penyusup... Mati..."

Suaranya seperti gesekan besi berkarat.

WUSH!

Jenderal Jiwa itu melompat turun dari panggung. Tombak Sabit raksasanya membelah udara, menciptakan gelombang kejut yang mengarah ke mereka bertiga.

"Sialan!" Tetua Jubah Darah tidak punya pilihan. Ia mengangkat tangan kanannya yang tersisa. "Perisai Darah!"

Wang Teng juga panik dan menembakkan energi pedangnya.

Ye Chen? Dia tidak menangkis.

Dia menggunakan Langkah Hantu, melesat ke samping, membiarkan serangan Jenderal Jiwa itu menghantam Wang Teng dan Tetua.

DHUAAARR!

Perisai Darah hancur. Tetua Jubah Darah terpental muntah darah. Wang Teng terlempar berguling-guling seperti bola.

Tapi serangan itu berhasil ditahan.

"Sekarang!" teriak Ye Chen.

Saat Jenderal Jiwa itu baru mendarat dan belum sempat menarik kembali senjatanya, Ye Chen menerjang dari sisi buta.

Pedang Naga Langit diayunkan mendatar, mengincar kaki Jenderal Jiwa.

"Sembilan Hantaman Tanah Longsor!"

TRANG!

Bilah pedang Ye Chen menghantam pelindung kaki zirah itu. Bunga api memercik.

Zirah itu penyok, tapi kaki hantu itu tidak patah. Tubuh roh memiliki fisik yang tinggi!

Jenderal Jiwa itu meraung tanpa suara. Ia memutar Tombak Sabit nya dengan kecepatan kilat, menggunakan gagangnya untuk memukul dada Ye Chen.

BUK!

Ye Chen terdorong mundur lima langkah, dadanya sesak. "Keras! Fisik saja tidak cukup. Aku butuh serangan jiwa!"

"Yin'er!"

Long Yin yang berada di balkon atas mengerti.

Mata Kirinya (Emas) bersinar menyilaukan.

"Tekanan Raja Naga!"

Sinar keemasan ditembakkan dari Long Yin, langsung menghantam Jenderal Jiwa itu.

"GRAAAAA!"

Jenderal Jiwa itu memegang kepalanya, berteriak kesakitan. Serangan mental dari mata Long Yin efektif! Gerakannya terhenti sejenak.

"Tetua! Wang Teng! Serang sekarang atau kita semua mati!" teriak Ye Chen.

Tetua Jubah Darah tahu ini kesempatan satu-satunya. Dengan sisa tenaga terakhir, ia membakar esensi darahnya.

"Tombak Darah!"

Ia melempar tombak darah ke arah celah di zirah leher Jenderal Jiwa yang sedang terganggu.

Wang Teng juga mengertakkan gigi, menusukkan pedangnya ke celah zirah di pinggang.

JLEB! JLEB!

Dua serangan masuk. Jenderal Jiwa itu meraung, energinya bocor.

Namun, itu belum cukup membunuhnya. Jenderal itu mengibaskan tangannya, melempar Wang Teng dan Tetua jauh ke dinding.

Ia mengangkat Tombak Sabit nya tinggi-tinggi, bersiap membelah Ye Chen yang ada di depannya.

Ye Chen tidak mundur. Ia melihat celah.

Pedang Naga Langit di tangannya bergetar.

(...Makan... Jiwa...)

Ye Chen menyeringai.

"Kau lapar akan jiwa, kan?"

Ye Chen melompat, menantang maut, langsung menuju tebasan Tombak Sabit itu.

Di udara, Ye Chen memutar tubuhnya, menghindari bilah sabit itu hanya selisih satu inci. Ujung rambut peraknya terpotong.

Ia mendarat di bahu Jenderal Jiwa itu.

Dengan posisi terbalik, Ye Chen menghunjamkan Pedang Naga Langit lurus ke bawah, menembus celah, langsung ke dalam kepala roh itu tempat api jiwanya berada.

"SELAMAT MAKAN!"

ZRAAAASH!

Pedang hitam itu menembus kepala.

Detik berikutnya, Jenderal Jiwa itu membeku.

Aura hitam dari pedang Ye Chen meledak, berubah menjadi pusaran yang menyedot api biru di dalam zirah itu.

"Tidaaaaaak... Tuanku..." suara terakhir Jenderal itu memudar.

Tubuh roh raksasa itu mulai runtuh, tersedot habis ke dalam pedang Ye Chen. Zirah kosongnya jatuh berantakan ke lantai dengan suara gaduh.

KLANG. KLANG.

Ye Chen mendarat dengan mulus. Pedang di tangannya kini bersinar dengan aura biru hantu yang mengerikan.

[Pedang Naga Langit Menyerap Jiwa Bintang Puncak] [Serangan Jiwa (Setiap tebasan memberikan kerusakan pada jiwa musuh)]

Ye Chen menarik napas panjang. Ia menatap Wang Teng dan Tetua Jubah Darah yang tergeletak sekarat di pojok ruangan.

"Kerja sama yang bagus," kata Ye Chen dingin.

Ye Chen kemudian berjalan naik ke panggung singgasana. Ia mendekati kerangka Raja itu.

Dengan hormat, ia mengambil Pecahan Kunci Ketiga dari tangan kerangka itu.

Ia menyatukan ketiga pecahan itu.

KLIK.

Cahaya emas memancar. Kunci itu menyatu menjadi utuh. Sebuah kunci berbentuk naga kecil.

Getaran besar mengguncang seluruh reruntuhan.

Di belakang singgasana, dinding batu bergeser terbuka, menampakkan sebuah ruangan kecil yang memancarkan cahaya pelangi.

Gudang Harta Karun Rahasia.

Ye Chen menoleh ke arah Long Yin di balkon.

"Turunlah, Yin'er. Kita ambil hadiah kita."

Wang Teng melihat pintu harta karun itu terbuka. Matanya dipenuhi keserakahan, tapi tubuhnya lumpuh karena cedera.

"Itu... milikku..." rintih Wang Teng.

Ye Chen bahkan tidak menoleh padanya. Ia berjalan masuk ke dalam ruang harta karun bersama Long Yin.

1
Eka suci
kelompok manusia barbar ini seperti manusia biasa yg tidak bisa kultivasi jadi mengandalkan otot
aleena
ahaa maen petak umpet🤣🤣
Eka suci
kalau dulu ye chen yg selalu nurut sama long yin disini sebaliknya 👍
Eka suci
udah lumpuh aja masih bilang milikku 😏
MyOne
Ⓜ️🤜🏻💥🤛🏻Ⓜ️
MyOne
Ⓜ️😁😁😁Ⓜ️
MyOne
Ⓜ️💥💥💥Ⓜ️
MyOne
Ⓜ️🙄🙄🙄Ⓜ️
Nanik S
Bantai semua untuk pupuk di tanah suku Bar bar
Nanik S
Akhirnya bangun juga Ye Chen
Nanik S
Mengambil jantung kembali
Nanik S
Waktunya makan malam
Nanik S
Akhirnya Wang Teng sang Jenius tenggelam
Nanik S
Kalau sudah melihat harta semua lupa
OldMan
seruuuuu🔥🔥
Bang Udin
lanjut,,,mantabbbb👍👍👍👍
Mohammad Bahrun
lanjut Thor
Tatmani Oniaka
👍
Tatmani Oniaka
👍👍👍
Tatmani Oniaka
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!