Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Curiga Selingkuh
"Jadi apa rencana kamu selanjutnya?" Om Cipto bertanya pada Danis, setelah Riska pamit.
"Ingin menemui Dita," jawab Danis.
"Untuk apa?" Om Cipto kembali bertanya.
"Hanya ingin minta penjelasan, mengapa dia ingin menghancurkan hubungan Danis dengan Rinda."
Satu tepukan Om Cipto daratkan di punggung Danis. "Jadi kamu sudah sadar, kalau gadis itu mendekati kamu hanya ingin merusak hubungan kamu dengan Rinda."
Danis mengangguk pelan. "Iya," jawabnya pelan, karena dipenuhi penyesalan.
Penyesalan yang terlambat. Karena Danis sadar setelah dia melakukan kesalahan yang besar, yaitu tidur dengan Dita. Seandainya dia bisa menahan diri, mungkin ayah Riza masih bisa memberikan satu kesempatan lagi padanya untuk kembali bersama Rinda. Seperti yang mamanya katakan, dia tidak pantas untuk gadis sebaik Rinda.
Meskipun begitu, Danis tidak akan tinggal diam. Dia akan mencari tahu alasan Dita sebenarnya. "Danis hanya ingin tahu alasan Dita melakukan ini pada Rinda, Pa." Danis menjelaskan maksudnya pada om Cipto.
"Tanyakan baik-baik. Jangan gunakan emosi. Tidak akan menyelesaikan masalah." Ucap om Cipto mencoba menasehati putra sambungnya itu.
Danis kembali mengangguk. "Iya Pa," jawabnya.
Dita yang sedang dibicarakan Danis dan om Cipto, saat ini baru saja tiba di hotel. Dia meninggalkan mama Ana bukan hanya kesal pada ibunya itu, yang selalu saja membela Rinda. Apa-apa Rinda, semua Rinda. Dita merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan Rinda. Padahal, Dita merasa dia jauh lebih cantik dari pada sahabatnya itu, tapi mereka tidak pernah satu kali pun memuji dirinya.
Sebenarnya Dita menerima satu pesan dari orang yang merindukannya. Karena itu dia meninggalkan rumah sakit. Kebetulan sekali, ucapan mama Ana bisa dia jadikan alasan meninggalkan rumah sakit.
Sekarang Dita tiba di depan pintu kamar hotel. Tangannya terulur untuk mengetuk. Hanya dengan satu kali ketukan, pintu itu sudah terbuka. Menampilkan pria dewasa yang berusia sekitar tiga puluh tahun keatas, namun penampilannya masih seperti anak muda. Wajahnya yang tampan tersenyum lebar menyambut kedatangan Dita.
Dita masuk dan loncat kedalam pelukan pria yang dia panggil Abang itu. "Bang, Dita kangen." Ucap Dita manja.
Sang pria hanya terkekeh sambil memeluk Dita dengan erat. "Abang juga kangen, makanya Abang balik lagi ke Bandung." Ucap Pria itu sambil melepaskan pelukannya.
"Abang kangen apa dari Dita? Dita atau service yang Dita berikan?"
Pria itu kembali terkekeh mendengar pertanyaan Dita. "Dua-duanya Sayang. Semua yang ada di diri kamu itu buat Abang kangen."
"Abang bisa saja. Istri Abang bagaimana? Apa Abang tidak kangen dia?"
Pria itu menarik Dita untuk duduk di pangkuannya. "Jangan bicarakan tentang kakak kamu, saat kita sedang berdua."
Dita mengangguk. "Baiklah Abang sayang. Sekarang Abang mau apa dari Dita?"
Tanpa Dita bertanya pun, dia sudah tahu untuk apa mereka bertemu. Tentu saja menghabiskan waktu berdua di tempat tidur, bahkan seluruh kamar hotel ini bisa mereka gunakan untuk berbagi peluh.
"Kamu tadi dimana waktu Abang hubungi? Kenapa tidak mengangkat panggilan dari Abang?" Tanya pria itu, sambil mencumbu Dita yang ada di pangkuannya.
"Lagi di rumah sakit," jawab Dita sambil menahan geli karena ulah bibir liar prianya di leher.
"Siapa yang sakit?" Tanya pria itu.
"Mertua Abang," jawab Dita.
"Ayah Riza?" Tanya pria itu memastikan.
"Memangnya teh Riska tidak kasih kabar ke Abang?" Dita balik bertanya.
Pria yang ternyata kakak ipar Rinda itu menggelengkan kepala. Istrinya tidak memberi kabar apa-apa tentang ayah mertuanya. "Mungkin Riska belum tahu kalau ayah masuk rumah sakit," jawab kakak ipar Rinda.
"Tahu kok. Mama Ana yang kasih tahu teh Riska, kalau ayah masuk rumah sakit," sahut Dita.
"Klo Bang Jay tidak percaya, coba aja Abang tanya istri Abang," ucap Dita lagi.
"Nanti saja. Abang mau sama kamu dulu," balas pria yang di panggil bang Jay itu.
Jay menonaktifkan smartphone yang biasa dia gunakan sehari-hari. Sementara untuk Dita, dia menggunakan smartphone yang berbeda. Semua itu dia lakukan itu untuk menutupi perselingkuhannya. Sayangnya dia salah. Istrinya justru curiga dia tidak bisa dihubungi setiap kali pamit keluar kota.
"Terserah Abang saja," ucap Dita.
Bang Jay tersenyum lebar. "Yakin terserah Abang?" Tanyanya sambil menjatuhkan Dita di atas tempat tidur.
Di rumah sakit. Tepatnya dikamar rawat ayah Riza, Rinda sedang mengintrogasi kakaknya. Kebetulan tinggal mereka berdua yang jaga ayah Riza.
Bunda Nara sudah pulang ke rumah. Rinda yang meminta bunda Nara istirahat di rumah saja. Sebelum nanti malam kembali lagi, menggantikan Rinda.
Selain itu, Rinda minta bunda Nara memeriksa keadaan Ardian. Kasihan anak itu jika terus ditinggal bersama pengasuhnya saja.
"Teh Riska bohong kan, sama ayah?" Rinda langsung menuduh kakaknya itu.
"Bohong apa?" Tanya Riska pura-pura tidak mengerti.
"Teh Riska tidak pamit pada Abang, kan?"
"Abang keluar kota. Nomornya tidak bisa dihubungi," jawab Rinda.
"Jangan kasih tahu ayah," ucap Riska lagi.
"Nda tidak akan kasih tahu ayah. Tapi Teh Riska tahu kan, istri itu tidak boleh pergi meninggalkan rumah tanpa izin suami."
"Tentu saja tahu. Tapi Teh Ris khawatir Nda. Waktu tante Ana bilang ayah kecelakaan, yang ada dalam bayangan Teh Ris itu, sama seperti yang terjadi pada Rendi dan Dian."
Rinda juga khawatir. Yang dia bayangkan juga sama, seperti yang kakaknya bayangkan. Bedanya dia belum bersuami, sehingga bebas pergi kapanpun dia mau.Kakaknya seorang istri, harus minta izin terlebih dahulu pada suaminya. Tidak bisa meninggalkan rumah begitu saja. Seperti yang kakaknya lakukan saat ini.
"Biarpun keluar kota, bukan berarti tidak bisa dihubungi, kan?" Tanya Rinda menyelidik.
"Ini, kalau kamu tidak percaya." Riska menunjukkan riwayat panggilannya pada suaminya.
"Kemungkinan Bang Jay ada di Bandung," ucap Rinda.
"Kenapa kamu menebak bang Jay ada di Bandung?" Tanya Riska.
"Ayah pernah bertemu bang Jay. Katanya dia buka cabang baru di Bandung." Rinda menjawab pertanyaan kakaknya.
"Memangnya Teh Riska tidak tahu?" Ucap Rinda lagi.
"Abang tidak bilang apa-apa," balas Riska.
Kakak Rinda itu menghembuskan nafas berat. Sudah hampir satu bulan ini suaminya seperti orang asing. Jarang di rumah dan jarang bicara. Biasanya dia selalu cerita apa saja yang dia lakukan selama berada diluar rumah. Sekarang, tidak pernah lagi.
Karena terlalu sibuk, suaminya jarang menghabiskan waktu bersama keluarga. Untuk bicara berdua pun, tidak ada kesempatan, apa lagi untuk melebur jadi satu. Riska ingat-ingat, sudah dua kali dia datang bulan. Itu berarti, sudah hampir satu bulan ini mereka tidak melakukan hubungan suami istri.
Jujur Riska mencurigai suaminya punya wanita lain. Jika tidak, bagaimana mungkin suaminya bisa tahan tidak berhubungan selama ini. Karena suaminya itu, tipe pria yang tidak bisa tahan menahan hasrat.
"Kenapa?" Rinda bertanya pada kakaknya.
"Nda, abang sudah satu bulan ini tidak lagi seperti abang yang Teh Ris kenal. Kami jadi jarang bicara. Waktunya untuk keluarga sangatlah sedikit."
"Mungkin karena abang sibuk dengan pengembangan bisnisnya. Kalau berhasil, yang senang Teh Ris dan anak-anak juga." Rinda mencoba berpikir positif tentang kakak iparnya itu. Selama menjadi saudaranya, bang Jay adalah pria yang baik. Pria itu sangat mencintai kakaknya.
"Insting istri tidak pernah salah. Abang sepertinya ada wanita lain di luar sana," balas Riska.
"Maksud Teh Ris, abang selingkuh?" Rinda tidak bisa percaya jika, kakak iparnya itu bisa melakukan hal yang sama seperti Danis.
Riska mengangguk. "Setiap pamit keluar kota, selalu saja tidak bisa dihubungi. Kalau ditanya, jawabnya mungkin sinyal. Karena abang tidak pernah mematikan ponsel."
"Kalau dia benar di Bandung, tidak mungkin susah sinyal. Sudah seperti tinggal di pelosok saja, susah sinyal," ucap Rinda.
"Itu Nda, mengapa Teh Ris berpikir kearah sana."
Pembicaraan mereka terpaksa berhenti. Ayah Riza yang sebelumnya tidur, sudah bangun. Rinda dan Riska sama-sama berdiri untuk berjalan ke tempat ayah Riza berbaring.
"Ris, biarpun suami kamu mengizinkan, kamu tidak boleh lama-lama di sini. Pulang saja sekarang. Ayah tidak apa-apa. Kasihan anak-anak kamu juga." Ayah Riza mencoba menasehati putri pertamanya itu.
Riska tidak akan melawan ucapan ayah Riza. Apa yang ayahnya katakan itu benar adanya. Entah dimana suaminya saat ini. atau bersama siapa. Yang jelas, seorang istri harus berada di rumah sebelum suaminya pulang.
Riska akan tetap berbakti selama masih terikat pernikahan. Masalah dosa yang dilakukan suaminya, seandainya benar selingkuh. Biarlah jadi tanggung jawab suaminya. Tidak ada dosa yang bis ditansfer. Yang ada itu, transfer pahala.
Rinda memeluk kakaknya dengan erat. Jika benar kakak iparnya selingkuh, maka Rinda akan memaksa kakaknya untuk cerai. Namun Rinda masih berharap, suami kakaknya hanya sibuk karena pekerjaan. Bukan selingkuh seperti dugaan kakaknya.
Bagaimana saat Rinda tahu, yang menjadi selingkuhan suami Riska adalah orang yang sama dengan orang yang merebut kekasihnya?
Satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Pesan itu membuat Rinda mengepalkan tangannya. "Kurang ajar. Apa maunya dia," ucap Rinda kesal.
lanjut ttp semangat thor💪 ceritanya bagus 👍