🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayo Kita Nikah Secepatnya!
"Siapa?" tanya Thomas pada sahabatnya melihat Kimy sedang duduk dengan mimik wajah tegang.
"Katanya sih Calon Bini gue," jawab Satria.
Thomas terbahak-bahak mendengar jawaban sahabat sekaligus atasannya itu, dilihatnya wajah cantik nan imut itu mengerucutkan bibirnya, tak terima jika dirinya menjadi bahan ledekan orang yang tak dikenalnya itu.
"Gumus deh liatnya, pengen gigit pipinya." Sambil memperagakan seolah dia sedang mencubit pipi Kimy.
"Aku pulang aja deh. Mending kerja di toko komputer deh daripada harus dikelilingi para Pria Ramah," ucap Kimy begitu ketusnya.
"Dikelilingi Pria Ramah kok takut sih Adek Unyu?" Pria keturunan Pakistan dengan wajah brewok itu terus menggoda perempuan yang sepertinya tak diminati oleh Calon Suami sendiri.
"Ramah buat kalian itu bukan pria murah senyum, tapi singkatan dari Pria Rajin Menjamah!" tegasnya, sambil bangkit dari duduknya.
"Mau kemana?" Satria menarik lengan atas Kimy, agar dirinya kembali duduk.
"Jangan pegang-pegang aku!" Gadis berwajah mirip boneka Barbie itu kesal.
"Sory gue lupa." Seraya mengangkat kedua tangannya ke atas. "Makanya nurut sama Calon Laki. Gladi resik dulu biar jadi Istri Soleha."
"Ogah!"
"Duduk atau gue telanjangin nih?" Ancam Satria.
Dengan wajah semakin pucat Kimy kembali duduk ke sofa empuk yang ada di sudut ruangan besar milik Pria Mesum itu.
"Kak, ngancem nya jangan gitu napa, aku takut." Tubuh Kimy gemetar. "Liat noh tangan aku aja gak bisa diajak kompromi sekarang, gemeteran aku." Dengan suara hampir menangis Kimy memohon kepada Satria.
Dasarnya sableng, bukan iba kedua orang itu malah terbahak-bahak melihat gadis lugu yang duduk dengan terpaksa di sofa sudut.
"Makanya, nurut sama Calon Laki ya!" Satria kemudian duduk bersama Kimy di sofa. "Elu mau kemana sih?" tanya Satria melihat Kimy menggeser tubuhnya menjauh darinya.
"Mau duduk deket gue kali," jawab Thomas yang tiba-tiba duduk di ujung sofa tempat Kimy menggeser tubuhnya.
Si Lugu Kimy semakin ketakutan, dia seperti sedang diapit oleh kedua singa lapar yang siap menerkam dirinya.
"Kak, aku mau pulang aja!" Dengan air mata yang akhirnya meleleh, Kimy mengiba kepada Calon Suaminya.
"Lah belum diapa-apain dia udah mewek Bing!" Thomas terkejut.
"Gara-gara elu sih, muka elu kan nyeremin!" Satria menyalahkan Thomas.
"Nyeremin gimana? Muka gue perpaduan Sultan Timur Tengah sama Raja Majapahit gini, apanya yang serem? Pacar gue aja langsung jatuh hati pada pandangan pertama sama gue." Dia membanggakan garis wajahnya yang memang sangat tampan.
"Jangan banyak bac*t lu Onta! ! Pergi sono ke Indomat nyari es krim sama coklat!" Satria masih saja menggoda perempuan yang kini telah resmi jadi maenannya.
"Oke deh, gue cabut!" Thomas pun bangkit. "Bae-bae diperkosa Neng sama si Kambing!"
Mendengar ucapan Thomas, Kimy yang menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya langsung berjingkat dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" Satria lebih cepat menangkap pergelangan tangannya membuat Kimy kembali duduk.
"Aku udah gak berminat kerja disini lagi Kak," jawab Kimy sambil tersedu-sedu.
"Sama, gue juga kagak mau satu kantor sama elu." Kemudian berjalan ke arah meja kerjanya.
"Kepala Bagian HRD suruh masuk ke ruangan saya!" ucapnya pada seseorang di seberang telepon. "Suruh OB juga bawain kopi sama jus jambu ke kesini." Setelahnya dia pun kembali menuju tempat Kimy duduk.
"Semua yang terjadi sama lu hari ini tuh karena campur tangan kakek gue. Jadi mau kemanapun elu pergi, elu bakal kembali ke perusahaan ini." Akhirnya Satria mengungkapkan yang sebenarnya.
"Kok Kakak tau kalau aku suka jus jambu?" Kimy malah fokus pada minuman yang dipesan Satria, karena tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya Satria memesankan jus jambu yang pastinya untuk dirinya.
"Lah dia malah fokus sama jus jambu. Gue tau lah, kan di kafe dulu lu pesen jus jambu," jawab Satria.
Hampir setengah jam dalam keheningan karena Satria sudah fokus memandang angka-angka di laptopnya, akhirnya seorang wanita dengan stelan kerja yang menciptakan kesan powerfull masuk ke dalam ruangan itu.
"Selamat pagi Pak!" sapa wanita cantik berambut pendek yang baru saja datang.
"Pagi. Tolong interview dia, — eh bukan, maksudnya tolong pekerjakan dia disini, masukan dia di bidang yang tidak terlalu menguras otak," titah Satria.
"Eh?" Dengan wajah terkejut wanita yang berprofesi sebagai Kepala Bagian HRD itu memasang raut wajah penuh tanda tanya saat melihat gadis berambut hitam legam, dengan kulit yang benar-benar seputih susu yang sedang duduk sambil tersenyum kepadanya.
"Satu lagi. Tempatkan dia di bagian yang jauh dari tempat kerjaku." Sambil melirik ke arah Kimy yang saat itu juga melirik ke arahnya dengan raut penuh tanya. Kemudian dia pun langsung menyadari sesuatu.
"Maksud Bapak, saya interview dia disini?" Akhirnya Wanita bernama Nita mengeluarkan suaranya.
"Tak perlu, langsung saja kamu bawa dia ke tempat yang semestinya."
Jawaban Satria membuat Nita semakin bingung, baru saja kemarin Pemimpin Tertinggi Perusahaan menyuruhnya menempatkan seorang karyawan baru di bagian yang sangat dekat dengan ruang Satria, tapi hari ini dia kembali mendapat perintah dari Satria agar menjauhkan perempuan cantik itu darinya.
"Maaf! Bisa kita bicara sebentar?" Nita menggiring pria berperawakan tinggi itu ke salah satu sudut ruangan.
"Apaan sih?" Satria melirik ke arah Kimy yang juga sedang memperhatikan mereka.
"Elu jangan mempersulit gue!" ucap Nita dengan suara begitu pelan.
"Apanya yang sulit? Kalau gue nyuruh lu bikin seribu candi dalam satu malam, baru itu namanya sulit."
"Dia itu Kimora kan? Calon bini lu?"
"Kok lu tau?" Satria terkejut.
"Kakek lu udah nitipin dia ke gue sebelum elu. Jadi gue akan nurut perintah yang jabatannya paling tinggi di perusahaan daripada elu," jelasnya membuat Satria terkejut.
Apa sebenarnya yang ada di pikiran pria tua itu hingga begitu ngoyo ingin menikahkannya dengan gadis berwajah seperti manekin itu? Satria masih belum bisa mendapatkan jawabannya.
Menikah?
Untuk apa menjalin komitmen yang begitu rumit, jika dia bisa dengan mudah memuaskan dirinya dengan berbagai macam wanita?
Otak cerdasnya yang biasanya bisa digunakan dengan baik seperti buntu dengan ide-ide cemerlang untuk menghindari pernikahan ini. Dan sepertinya dia memang tak bisa menghindari perjodohan yang menjebak dirinya ini.
Satria melirik ke arah wanita yang kini sedang memoles sedikit bedak di wajahnya. Dengan langkah tegap dia menghampiri titisan Barbie yang bukan tipe ideal wanita yang bisa memuaskannya dari segi apapun itu.
"Cil, ayo kita nikah secepatnya!"