MENYESAL
Sudah dua jam Rinda menanti kedatangan Danis, pria yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihnya. Sudah dua jam juga, Rinda tidak bisa menghubungi pria yang biasanya selalu menjawab panggilan telepon darinya. Karena Danis selalu ada untuknya.
"Kamu ingkar lagi," ucap Rinda sambil memperhatikan layar smartphone miliknya. Berharap ada kabar dari Danis.
Meskipun harus kecewa untuk yang kesekian kalinya, Rinda masih akan menunggu kedatangan Danis. "Aku tunggu sampai lima belas menit lagi," ucap Rinda yang masih berharap Danis akan datang.
Lewat lima belas menit, mungkin Rinda akan berpikir ulang tentang hubungannya dengan Danis. Sejak dulu, Rinda tidak suka dengan orang yang ingkar janji. Sedangkan ini sudah yang kesekian kalinya Danis mengingkari janjinya. Sudah satu bulan ini Danis berubah. Tepatnya setelah Rinda mengenalkan kekasihnya itu dengan Dita.
Malam ini seharusnya Rinda lewati dengan indah. Karena malam ini perayaan hari jadi Rinda dan Danis sebagai sepasang kekasih. Malam ini, Danis berjanji untuk makan malam bersama Rinda di cafe langganan mereka. Cafe yang menjadi saksi pertama kali Rinda dan Danis bertemu.
Dua tahun yang Rinda lewati bersama Danis mungkin akan terbuang sia-sia. Rinda harus siap melepaskan. Bukan hanya karena malam ini Danis tidak menepati janji. Sejak Danis berubah, Rinda sudah memikirkan kelanjutan hubungannya dengan pria itu. Terus atau putus, tergantung sikap dan penjelasan Danis malam ini.
Satu pesan masuk dari Delia, sahabat Rinda di kantor. [Aku melihat Danis]. Belum sempat Rinda membalas dengan bertanya, 'di mana?' Sahabat Rinda itu sudah lebih dulu mengirimkan foto Danis dengan seorang wanita yang sangat Rida kenal.
"Dita?" gumam Rinda.
Harusnya Rinda tidak perlu terkejut melihat Dita yang bersama Danis saat ini. Sejak sahabatnya itu kembali dari luar negeri, bukan hanya sikap Danis yang berubah. Tapi, beberapa kali Rinda melihat Danis menjemput Dita, disaat Rinda sedang membutuhkan bantuan pria itu.
Tidak ada lagi Danis yang menelponnya sebelum tidur. Tidak ada lagi Danis yang menemaninya lembur di kantor. Tidak ada lagi Danis yang memberikan kejutan dengan tiba-tiba datang ke kantor, sambil membawakan makanan untuk Rinda dan rekan kerjanya yang lembur. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Menyesal. Rinda menyesal mengenalkan Danis dan Dita. Rinda tidak menyangka dia orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini. Saat itu yang Rinda pikirkan, sahabat dan kekasihnya harus saling mengenal dan akur. Bukan hanya akur, mereka justru menusuk Rinda dari belakang, dengan diam-diam menjalin hubungan di belakang Rinda.
Kepala Rinda menggeleng kuat. Dia tidak ingin mempercayai foto yang Delia kirimkan. Tapi Delia tidak mungkin berbohong. Foto itu nyata adanya. Danis dan Dita saat ini berada di restoran mahal tempat Delia dan keluarganya mengadakan pertemuan dengan keluarga calon suami Delia.
"Maaf, boleh ikut duduk?"
Rinda mendongak untuk melihat pria yang baru saja bertanya padanya. Lalu Rinda mengedarkan pandangannya. Malam ini Cafe terisi penuh karena weekend. Yang tersisa hanya kursi yang ada dihadapannya.
Akhirnya Rinda menjawab, "Silakan."
Rinda tidak keberatan pria itu duduk dihadapannya. Rinda akan segera pergi. Danis dipastikan tidak akan datang. Untuk apa Rinda masih berada di tempat ini.
"Saya juga sudah mau pergi," ucap Rinda lagi.
"Tunggu!" Pria itu menahan Rinda yang akan bangkit dari duduknya.
Rinda kembali melihat pria dihadapannya. "Ada apa?" tanyanya.
"Saya Keenan. Ini kali pertama Saya ke Bandung lagi. Kalau -."
"Rinda." Rinda menyambung ucapan Keenan dengan menyebutkan namanya.
"Kalau Teh Rinda tidak keberatan, Saya butuh teman ngobrol."
"Panggil Rinda saja," sahut Rinda agar Keenan memanggil nama saja, tanpa perlu embel-embel kakak didepannya sebagai sikap sopan santun pria itu.
Rinda memperhatikan pria dihadapannya ini, sebelum dia menjawab bersedia. Rinda harus tahu dulu orang seperti apa yang bicara dengannya saat ini, yang butuh teman ngobrol. Dia pria baik-baik, atau penipu. Sikap sopan yang Keenan tunjukkan belum membuat Rinda yakin.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Rinda bertanya karena merasa tidak asing dengan wajah Keenan, setelah dia perhatikan.
"Mungkin," jawab Keenan tidak yakin.
"Jadi ini kali pertama Anda ke Bandung?" Rinda bertanya untuk memastikan lagi apa yang Keenan katakan sebelumnya.
"Dulu sering. Terakhir kalinya Saya ke Bandung, kira-kira sepuluh tahun yang lalu." Jawab Keenan.
"Sudah lama sekali ya," ucap Keenan lagi.
"Ada pekerjaan di Bandung atau yang lain?" Rinda kembali bertanya.
Setelah Rinda pikir, tidak ada salahnya mengobrol sesat dengan Keenan. Pria berwajah Indo itu, setidaknya bisa membuat Rinda sedikit menghilangkan kecewanya malam ini. Meskipun hatinya tetap saja menyesal, telah mengenalkan Danis dan Dita.
"Saya sebenarnya butuh orang yang bisa memandu Saya menunjukkan jalan-jalan di kota Bandung. Kalau kamu tidak keberatan, -."
"Kenapa Anda tidak mencari tour guide saja?" Sahut Rinda memotong ucapan Keenan.
"Itu kalau ingin wisata. Saya datang untuk mencari alamat kenalan keluarga Saya."
Jawaban Keenan cukup jelas. Sekarang Rinda paham alasan Keenan meminta bantuan darinya. Tidak ada salahnya Rinda membantu Keenan, meskipun pria itu sebenarnya bisa menggunakan google map untuk mengantarnya ke alamat yang dia tuju.
"Kamu menginap di mana?" Tanya Rinda penasaran.
Keenan menunjuk hotel mewah yang ada di seberang cafe. "Malam ini Saya menginap di sana."
Dugaan Rinda tidak salah. Dari penampilannya, Keenan bukan orang biasa. Hanya orang-orang yang punya dan berlebih yang memilih menginap di hotel mewah. "Tidak terlalu buruk." Rinda bergumam dalam hati. Tidak terlalu buruk dia mengenal Keenan, meskipun dia tetap harus hati-hati.
"Sebelum pulang, bagaimana kalau Saya antar kamu jalan-jalan melihat kota Bandung di malam hari," ucap Rinda memberikan tawaran pada Keenan.
Dengan senang hati Keenan menerima tawaran dari Rinda. Menggunakan kendaraan roda empat milik Rinda, mereka menyusuri jalan di sekitaran cafe dan hotel tempat Keenan menginap. Sudah terlalu malam kalau mereka ingin mengelilingi pusat kota. Rinda punya jam malam yang diatur ayah Riza. Sebagai anak yang berbakti, dia harus taat aturan. Karena Rinda harus memberikan contoh yang baik untuk Ardian.
"Besok pagi Saya jemput kamu di sini." ucap Rinda, sebelum Keenan turun dari mobilnya.
"Terima kasih Rin," balas Keenan setelah mengangguk.
Rinda tidak membalas ucapan terima kasih Keenan. Matanya tertuju pada dua orang yang sangat dia kenal masuk ke dalam hotel tempat Keenan menginap.
"Kamu kenal mereka?" Keenan bertanya setelah memperhatikan arah pandang Rinda.
Rinda menggeleng. Dia tidak mungkin menceritakan rasa sakitnya saat ini pada orang yang baru saja dia kenal.
"Saya turun dulu," ucap Keenan.
Rinda mengangguk. Dia melambaikan tangan pada Keenan sebelum meninggalkan hotel. Rinda boleh mengingkari mengenal Danis dan Dita. Tapi rasa sakit hatinya tidak dapat dia abaikan begitu saja.
Rinda tiba di kediaman orang tuanya. Sebelum masuk ke dalam rumah, Rinda melihat ke seberang jalan. Dita tinggal di rumah yang berada tepat di seberang rumahnya. Karena bertetangga, mereka berdua berteman baik sejak kecil, lalu menjadi sahabat.
Mengingat lamanya pertemanannya dengan Dita, Rinda tidak percaya sahabatnya itu akan mengkhianatinya seperti ini. Namun malam ini dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat dua manusia laknat itu masuk ke dalam hotel. Untuk apa, jika bukan menginap.
"Rin." Panggilan dari bunda Nara mengejutkan Rinda yang masuk ke dalam rumah sambil melamun. Rinda punya kunci sendiri, sehingga tidak perlu merepotkan orang rumah membukakan pintu untuknya.
"Bagimana makan malamnya?" tanya bunda Nara penasaran.
"Bunda, Rinda mau tidur."
Bunda Nara terdiam melihat sikap putrinya yang hilang setelah menaiki anak tangga. Tidak antusias seperti biasanya. Bunda Nara yakin, makan malam Rinda dan Danis malam ini gagal lagi.
Rinda langsung masuk ke kamarnya. Tanpa membersihkan diri dan berganti pakaian. Rinda membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata. Bukan fisiknya yang lelah, tapi hatinya. Dikhianati oleh dua orang yang sangat dekat dengannya.
Rinda tidak yakin, Danis tega melakukan ini padanya. Meskipun dia sudah merasakan Danis berubah setelah Rinda mengenalkan pria itu dengan Dita. Melihat mereka bersama, Rinda merasa sakit sendiri. Terluka tapi tak berdarah.
Tidak masalah jika Danis ingin mengakhiri hubungan mereka. Mungkin Danis bosan. Mungkin Danis tidak lagi mencintainya. Tapi, mengapa harus memilih Dita sebagai penggantinya?
Lelah memikirkan kisah percintaannya, Rinda akhirnya pergi ke alam mimpi. Sementara di hotel, dua insan tanpa ikatan sedang memadu kasih. Tidak ada rasa bersalah pada diri mereka, apalagi menyesal, jika saat ini ada hati yang terluka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Yani
Mampir ah.....
2025-04-22
1