NovelToon NovelToon
Anhe : Teratai Air Yang Damai

Anhe : Teratai Air Yang Damai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Wulandari

Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suasana pagi di desa

Tepat pukul tujuh pagi Nona muda Chen Wan sudah menunggu di depan kediaman Chao. Gadis itu mengenakan gaun sederhana dengan ikatan rambut seadanya. Li Anhe baru saja keluar dari kediaman namun langsung di tarik ke arah kediaman Chen. "Gaun yang kamu kenakan terlalu mewah. Aku memiliki banyak baju biasa. Agar tidak terlalu menonjol," menatap wajah Li Anhe. "Meskipun wajah kamu akan langsung menarik banyak orang untuk menatapnya," dia tersenyum.

Dia mengajak Li Anhe masuk ke dalam kamarnya memberikan gaun berwana biru langit yang cukup sederhana. "Aku akan menunggu di luar. Kamu bisa mengenakannya."

"Baik," Li Anhe berganti baju setelah temannya itu keluar dari kamar. Kamar cukup sederhana namun juga terasa nyaman. Meskipun begitu masih ada banyak barang berharga. Neneknya pernah bilang meskipun Nyonya tua Fei Fei hanya dari keluarga petani. Tapi dia memiliki banyak sekali tanah yang di garap banyak pekerjanya. Tentu saja penghasilan setiap tahun sangat melimpah. Baju telah melekat di tubuh Li Anhe, dia keluar menghampiri temannya. "Aku sudah siap."

Di luar kamar Nona muda Chen Wan menunggu dengan tenang. Dia menarik tangan temannya itu setelah keluar. Mengajaknya untuk segera berangkat ke persawahan.

Hujan yang mengguyur selama beberapa hari membuat jalanan semakin penuh lumpur. Di tambah kereta kuda yang di gunakan untuk mengangkut rumput atau bahan pupuk keluar masuk persawahan. Jalanan hampir tidak dapat di lalui dengan mudahnya.

"Kita lepas sepatu. Jangan sampai tergelincir," Nona muda Chen Wan melepas sepatunya.

"Baik," Li Anhe juga melepaskannya. Dia menatap kearah semua orang yang tengah sibuk mencabut rumput di antara tanaman padi yang masih muda. "Mereka?"

Nona muda Chen Wan melihat kearah yang Anhe Lihat. "Mencabut rumput yang ada di sekitar padi agar pertumbuhan padi bisa semakin baik."

Pagi hari udara terasa sangat sejuk. Sepoi angin menyapa ringan setiap wajah yang ada di sana.

"Nona muda Chen Wan."

"Nona muda."

Beberapa orang yang melihat cucu dari tuan mereka langsung menyapa. Gadis muda itu tersenyum hangat kesetiap orang yang ia lewati atau menyapanya. "Kita pergi ke arah sana. Ada sungai kecil yang mengalir di sepanjang jalur persawahan."

Li Anhe mengangguk setuju.

Mereka pergi ke arah sungai di ujung selatan persawahan. Sungai yang mereka datangi mengalir tidak terlalu kuat. Air sangat jernih membuat setiap orang ingin menceburkan diri ke dalamnya. Di ujung lain sudah ada banyak anak-anak kecil bermain penuh kegembiraan. Mereka melompat ke dalam sungai kecil berenang bersama dengan canda tawa.

"Kakak. Aku juga ingin ikut."

"Ayo. cepat. Hahah..."

Di ujung lain ada beberapa wanita yang sedang mencuci pakaian mereka. Saling berbincang santai menikmati waktu yang ada.

Melihat pemandangan itu Li Anhe tersenyum tipis. Hatinya terasa lebih hangat dan penuh ketenangan.

Nona muda Chen Wan mengerutkan keningnya. Dia menatap ke arah timur. "Hujan terus terjadi tapi aliran air tidak seharusnya hanya sebatas ini," perasaannya mulai tidak enak.

Li Anhe juga merasa ada kejanggalan. Arus air di sungai tentu akan mengalami kenaikan di saat hujan terus mengguyur tanpa henti selama beberapa hari terakhir. Namun di sungai ini arus air hanya sebatas pinggang anak kecil. Hingga,

Ddree...

Ssreeree...

Terdengar suara aliran air yang semakin kuat dari arah timur.

"Chen Wan bantu aku memberitahu semua orang. Arus air semakin naik. Cepat," Li Anhe berlari kearah anak-anak kecil yang masih bermain dengan riang.

Nona muda Chen Wan berlari kearah para wanita yang sedang mencuci baju.

"Arus air semakin kuat. Kalian harus naik keatas," Li Anhe berteriak kuat memberikan peringatan. Dia juga berusaha berlari lebih cepat. "Air mulai naik. Kalian harus keluar."

Beberapa anak yang sudah ada di tengah sungai tidak bisa mendengar suara dari kejauhan. Tapi anak yang berada di pinggir sungai langsung mengerti dan pergi menjauh.

"A Heng cepat. Arus air sudah naik."

"Sui Ji cepat naik."

"Air sungai naik. Cepat naik ke atas."

Semua anak yang ada di pinggiran sungai ikut berteriak memperingatkan. Masih ada tiga anak lainnya yang ada di tengah sungai.

Ddree...

Ssreett..

Arus air semakin kuat tiga anak itu bahkan belum siap untuk berenang ke tepi.

Byyuurrr...

Li Anhe langsung menceburkan dirinya berenang ke tengah sungai. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menunggu hingga semua anak terseret arus air yang deras. "Cepat pegangan dengan ku. Jangan lepaskan," tiga anak laki-laki itu berenang mendekat kearah kakak perempuan yang datang menolong. Mereka meraih tangan Li Anhe berusaha untuk tidak melepaskannya.

Arus air yang kuat menyeret mereka sangat jauh.

"Ada yang terbawa arus air."

"Bantu mereka."

"Tolong. Ada yang terbawa arus air."

"Xian," Nona muda Chen Wan terkejut temannya itu terbawa arus bersama ketiga anak lainnya. Dia berlari berusaha mengikuti kemana air membawa mereka pergi. Namun bagian hutan lebat di pinggir desa menjadi pembatas pandangannya.

Semua orang yang ada di persawahan langsung berlarian menuju ke sumber teriakan. Mereka saling membantu berusaha untuk mencari jejek keempat orang yang telah terseret arus sungai.

Kegemparan di pagi itu membuat semua orang panik dan khawatir. Seluruh warga desa mencari keberadaan keempat orang yang terbawa arus air.

Sedangkan Li Anhe yang masih terbawa arus air bersama ketiga anak lainya, berhasil mendapatkan kayu besar untuk di gunakan sebagai alat bantu sementara. "Jangan panik. Ada kakak di sini," dia menatap kearah semua anak yang terlihat sangat ketakutan. "Aku tidak akan membiarkan kalian terluka. Kita hanya perlu mengikuti arus sementara waktu hingga mendapatkan kesempatan untuk keluar dari arus air yang deras.

"Kakak apa kita tidak akan bisa kembali lagi?" seorang anak yang lebih muda dari kedua anak lainnya masih ketakutan dan menangis tanpa henti.

"Apa yang kamu katakan. Kita tentu bisa keluar dari sini. Bukankah kakak ini juga mengatakannya jika kita akan baik-baik saja."

Li Anhe berusaha tersenyum agar semua anak itu bisa lebih tenang. "Bukankah ini menyenangkan? Saat kembali kita bisa bercerita tentang pengalaman terbawa arus yang orang lain tidak pernah mengalaminya."

"Kakak. Aku rasa ucapan itu tidak bisa membuat kita tenang," saut salah satu anak laki-laki usia sepuluh tahunan.

Li Anhe tertawa kecil. "Aku juga tidak tahu bagaimana cara menghibur anak kecil. Dalam situasi seperti ini."

Bbruruur...

Aliran sungai saling menabrak dengan air laut.

"Kalian semua pegangan pada ku. Jangan sampai lepas," teriak kuat Li Anhe memberikan peringatan. Tidak ada yang tahu jika arus air di sungai itu mengarah langsung menuju lautan lepas. Ketiga anak laki-laki itu meraih tangan Li Anhe berusaha untuk tidak melepaskannya. "Gerakkan kaki kalian perlahan. Kita berenang bersama. Arus laut tidak terlalu kuat. Kita dapat mencoba untuk mencari daratan."

Ketiga anak kecil itu mengangguk mengerti.

Mereka saling berpegangan berenang bersama mencari daratan yang lebih dekat tanpa arus kuat.

1
Cha Sumuk
belum bls dendam ke BP nya kok mlh dah pergi ga menarik ah cerita nya
Sri wulandari: Cerita tidak sepenuhnya jalan dalam satu tempat yang sama.
Sri wulandari: Saya membuat cerita bukan menyesuaikan keinginan pembaca. Tapi untuk menyalurkan hobi. Jadi suka atau tidaknya anda dengan cerita ini itu tidak ada kaitannya dengan saya.
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Rafly Aiman Syah
ku menunggu
Rafly Aiman Syah
author ku menunggu lanjutan cerita ini ya.
semangat dan sehat selalu
Sri wulandari: Sudah saya up kk. Masih dalam peninjauan. Sabar ya😊❤️
total 1 replies
Rafly Aiman Syah
cerita yg menarik dan alur yg tidak bertele-tele
Rafly Aiman Syah
thor terimakasih untuk cerita yg menarik.
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
Rafly Aiman Syah: sama² thor
Sri wulandari: Terima kasih atas dukungannya kk.😊❤️
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
lanjut Thor
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
terima kasih Thor
lanjut
Sri wulandari: siap.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!