Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32 : Karena Kepepet
''Saya senang Mentari, karena kamu bersedia menerima putra saya sebagai suamimu.'' ujar tuan Erick setelah mereka selesai menikmati makanannya.
Mentari melirik sekilas ke arah Edgar yang terlihat santai saja. Ia merasa tidak enak dengan bos yang kini sudah menjadi mertuanya itu. Apa kata mereka jika mengetahui pernikahan ini dijalani dengan aneh.
''E.. iya Pi.'' jawab Mentari yang sudah belajar untuk tidak keliru lagi dalam memanggil.
''Semua itu sangat mendadak, Tuan. Pernikahan ini terjadi karena kepepet.'' batin Mentari sedih.
''Sebaiknya kita ngobrol di ruang keluarga saja..'' usul mami.
''Ide bagus.'' jawab tuan Erick.
Keempatnya langsung beranjak ke ruang keluarga, karena ada hal yang akan disampaikan oleh tuan Erick dan juga sang istri untuk anak-anaknya.
''Seperti yang Mami katakan waktu pertama kali sampai dirumah ini, Edgar..'' ujar mami memulai obrolan.
Mentari merasa gugup bersanding dengan orang-orang hebat ini. Ia cemas ada perkataan yang bisa menyinggungnya. Hal yang wajar karena status mereka yang jauh berbeda.
''Yang mana Mi?'' tanya Edgar.
''Kami pulang karena akan menggelar acara resepsi pernikahan untuk kalian.''
''Hah?!''
''Maaf..'' ucap Mentari karena sangat terkejut.
''Kamu kenapa Mentari? apa kamu tidak menginginkan pernikahan idaman seperti perempuan lain pada umumnya?''
''E.. bukan begitu Mi.. saya tidak masalah kok kalau tanpa resepsi. Sederhana saja yang penting sah, e.. kan sayang juga budgetnya Mi hehe..''
Edgar menggeleng pelan seraya menghela nafas.
''Terserah Mami saja gimana baiknya, kami akan mengikuti. Istriku tidak mungkin akan meminta.'' sahut Edgar, lalu menatap Mentari yang juga menatapnya.
''Benar begitukah? oh sayang, tidak perlu sungkan, justru kami sangat antusias membuat mewah pernikahan kalian, iya kan Pi?'' ujar mami sumringah dan mencari dukungan ke suaminya.
Mentari hanya bisa tersenyum memperlihatkan giginya, sedangkan Edgar menghela nafas panjang.
''Tentu saja kami akan membuat pernikahan kalian super mewah agar segera diketahui oleh rekan-rekan kerja kita.'' ujar papi.
Ingin rasanya Mentari menolak, tetapi ia tidak memiliki keberanian menatap pria paruh baya yang selama ini menjadi bosnya itu, apalagi menyampaikan pendapat yang berbeda. Yang ada di dalam hatinya adalah berusaha menerima kenyataan ini dan berusaha menjalani dengan baik-baik saja.
''Tapi, Pi.. Mi.. bolehkah saya menyampaikan suatu hal?'' ujar Mentari ragu, ia kemudian menatap sekilas Edgar.
Edgar mengernyitkan dahinya, ia pun juga tidak paham apa yang akan disampaikan oleh Mentari.
''Jangan macam-macam Mentari..'' batin Edgar merasa cemas.
''Boleh dong sayang.. apa tuh?'' tanya mami.
''Kalau nanti acara resepsi sudah selesai, bolehkah saya bekerja lagi?'' tanya Mentari.
Giliran tuan Erick dan mami yang saling melempar pandangan. Senyum sumringah yang sedari tadi terpasang diwajah mami, perlahan menjadi datar.
''Jujur saja, Mami dan Papi berharap kamu tidak perlu bekerja lagi, sudah ada suami yang akan mencukupi kebutuhanmu.'' jawab mami.
''Maksud Mami kamu, kami bukan berarti merendahkanmu. Kami hanya ingin Edgar memiliki pendamping hidup yang benar-benar nyata. Kami tidak ingin kalian terlalu sibuk masing-masing sampai jarang bertemu.'' imbuh tuan Erick.
Mentari menjadi sendu, ia memikirkan akan banyak hal.
''Apa yang membuatmu ingin bekerja lagi, Mentari?'' tanya tuan Erick.
''E... maaf Tuan, saya memikirkan hutang saya yang masih banyak itu, Tuan.. bagaimana saya akan segera melunasi jika saya tidak bekerja.'' jawab Mentari jujur.
''Maaf, Papi..'' ucap Mentari mengkoreksi.
Mami, tuan Erick, dan Edgar langsung menatap Mentari yang berkata sangat jujur, kemudian tertawa kecil.
''Haha lucu sekali menantuku ini.. sekarang kan kamu sudah menjadi istrinya Edgar. Nah, segala sesuatu yang ada di kamu itu menjadi tanggungjawabnya. Bukankah Edgar sudah mengetahui tentang hutangmu?''
Mentari mengangguk. "Iya, sudah tau Mi."
''Biarkan Edgar yang mengurus hutangmu. Kamu cukup menjadi istri yang baik dan segera memberi kami cucu yang lucu..'' ujar mami sembari terkekeh kecil.
Mentari langsung tersenyum canggung ketika sang mertua menyebutkan kata cucu, ia kemudian menatap Edgar.
''Hemm, iya, apa yang dikatakan Mami benar.'' ujar Edgar.
''Kalau gitu, semangat ya Tuan bekerjanya, maaf merepotkan.'' bisik Mentari.
''Semangat.. SBC.'' jawab Edgar juga berbisik.
''Hah? apa itu SBC?'' Mentari mengernyitkan keningnya.
''Semangat...-''
''Tidak baik bisik-bisik jika terdapat orang lain disekitar kalian!'' protes mami memotong bisikan Edgar ke Mentari.
''Maaf Mi..'' ucap Edgar.
''No problem.. yang penting sekarang Mami sangat senang karena putraku yang tampan ini akhirnya laku juga..'' ledek mami.
''Mamiii...'' protes Edgar.
Mentari menahan tawanya melihat interaksi ibu dan anak ini.
Sudah sangat lama ia tidak bersama sosok ibu kandung. Selama ini hanya pelukan dari bu Maryam yang mampu mengobati rasa rindunya.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,