Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.
Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.
Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 06
"Geser sedikit dong Kasih. Sesak nih!" Rangga mendorong bokongnya untuk mencari posisi.
"Kan udah ku bilang kasur ku kecil dan sempit. Di ajak pulang malah gak mau!" Protes Kasih mulai kesal.
"Kasih jangan marah-marah terus. Nanti darah tingginya kumat," ujar Rangga.
"Mas, ayolah. Aku mau tidur. Sudah malam!"
"Tapi kasurnya sempit. Gak bisa bobo!"
"Tidurnya miring aja sana!" Seru Kasih.
"Bantal cuma satu, guling juga gak ada. Bagaimana jika kamu tidur di bawah aja?"
"Hiiidiih,....ogah. Dingin, ini kasur ku. Harusnya mas Rangga yang tidur di bawah."
"Kasih, kalau sama suami itu harus mengalah." Ucap Rangga membuat Kasih melongo.
"Aku masih kesal dengan kejadian tadi pagi. Tolong jangan memancing emosi ku," ujar Kasih.
"Ya udah, bobo sini."
"Bantalnya gak muat!"
"Ini, tidur sini. Gak apa-apa kok!" Ujar Rangga yang merentangkan sebelah tangannya.
Kasih termenung sejenak, selama ini dia belum pernah tidur di lengan seorang pria. Bahkan, saat di rumah Rangga, mereka tidur berjarak.
"Kasih,...!!" Panggil Rangga.
"Hemm,...iya!"
"Ayo tidur sini...!!"
Mau tidak mau Kasih merebahkan diri dengan berbantalkan lengan suaminya. Kasih membelakangi Rangga, sungguh hatinya berkecamuk saat ini.
Bagaimana tidak, Kasih masih teringat akan sosok Dito, kekasih hati yang telah ia khianati.
Kamar mulai hening, Kasih berperang dengan pikiran seorang sebelum akhirnya ia benar-benar terlelap.
Rangga mendongakkan kepala untuk melihat Kasih yang ternyata sudah tidur. Dengan memberanikan diri Rangga memainkan rambut Kasih.
Lama kelamaan ada sesuatu yang bangun di bawah sana.
"Ah, sialan!" Batin Rangga yang meremas jantung kehidupannya.
Buru-buru Rangga memejamkan mata, tidak mungkin ia memangsa Kasih tanpa seizin dari Kasih meskipun ia sudah berhak melakukannya.
Malam semakin larut, keduanya tidur dengan saling berpelukan. Itu juga Kasih tak sadar jika yang ia peluk adalah Rangga.
Malam telah berganti pagi, Kasih mulai membuka matanya. Entah kenapa ia merasakan sebuah kehangatan yang sangat nyaman hingga membuat tidurnya menjadi nyenyak malam ini.
"Sudah bangun?" Tanya Rangga dengan suara serak khas bangun tidur.
"Bangunlah mas, kita kesiangan!" Ujar Kasih.
Rangga yang hendak menggerakkan tangannya tapi tidak bisa. Tangannya keram dan tidak bisa di gerakan.
"Tangan ku,....!!" Ujar Rangga panik.
"Kenapa dengan tangan mu mas?" Tanya Kasih dengan polosnya.
"Tangan ku keram dan kaku. Tidak bisa di gerakan!"
"Aduh,...ini jangan-jangan gara-gara aku tidur semalam di tangan mu mas!" Kasih mulai panik, begitu juga dengan Rangga.
"Bu,...ibu,.....!!" Kasih membuka pintu kamar lalu berteriak memanggil ibunya.
"Kasih, ada apa? Kok teriak-teriak?"
"Tangan mas Rangga keram dan tidak bisa di gerakan. Bagaimana ini bu?" Tanya Kasih yang panik dan khawatir.
Melihat ekspresi Kasih pagi ini, hati Rangga mendadak bahagia. Meskipun Kasih terpaksa menikah dengan dirinya tapi ia begitu perhatian pada Rangga.
"Ambil minyak urut sana. Biar ibu pijet sebentar!"
Kasih bergegas mengambil minyak urut. Kemudian bu Erni memijat tangan Rangga sebentar.
"Bagaimana Rangga?" Tanya Bu Erni juga ikut khawatir.
"Sudah mendingan mu," jawab Rangga.
"Kok bisa keram sih, kenapa?" Tanya Bu Erni yang penasaran.
"Kasurnya sempit, bantal juga satu akhirnya aku tidur di lengan mas Rangga." Kata Kasih yang bercerita pada ibunya.
"Aduuuh, lain kali jangan seperti itu lagi. Bahaya! Takut darahnya gak jalan!"
"Tuh Kasih, dengerin!" Seru Rangga.
"Eh,...mas Rangga sendiri loh yang nyuruh aku tadi malam. Kok aku yang salah sekarang?"
"Udah ah, gak usah ribut. Cepat mandi lalu sarapan. Ibu udah masak tadi."
Bu Erni keluar dari kamar Kasih.
"Mas gak mandi. Nanti mandi di rumah aja. Gak punya baju ganti."
"Oh, ya udah. Aku aja yang mandi," ujar Kasih. "Heran sama ini orang, bajunya gak ganti dari pagi kemarin kok gak bau ya. Malah wanginya bikin candu." Batin Kasih yang merasa heran.
Kasih bergegas pergi mandi karena bu Erni sudah memanggilnya. Selesai mandi mereka sarapan setelah itu barulah Kasih dan Rangga pulang.
Di perjalan pulang, Kasih dan Rangga di hentikan oleh Dito dan Mia yang sedang berboncengan motor.
"Katanya anak orang kaya. Kok kemana-mana jalan kaki?" Cibir Dito.
"Biar sehat aja!" Jawab Kasih ada benarnya juga.
"Jangan-jangan si tonggos ini bukan anak kandung pak Diman dan bu Hesti. Lihat aja, masa iya keturunan seperti ini?" Ujar Mia yang ikut mengejek.
"Haduuuh....suka banget menghina fisik orang. Udah sempurna bu?" Sahut Kasih yang kesal.
"Kasih,...Kasih,....kau berkhianat dari ku hanya untuk menikah dengan lelaki seperti ini. Di mana mata mu?"
"Mas, ayo pergi...!!"
Bukannya menjawab pertanyaan dari Dito, Kasih menarik tangan Rangga mengajak suaminya pulang.
Panas juga hati Kasih saat melihat Dito berjalan berdua dengan Mia.
"Pacar kamu jalan sama perempuan lain kamu gak marah?" Tanya Rangga yang sengaja memancing emosi Kasih.
"Udahlah, bukan jodoh ku jadi gak usah di bahas!"
"Tapi, apa kamu cinta sama dia?" Tanya Rangga benar-benar menguji kesabaran Kasih.
Kasih menghentikan langkahnya lalu membalikan tubuhnya.
"Tolong jangan di bahas," ucap Kasih dengan suara memohon.
"Iya,...iya maaf. Ayo pulang!"
Baru juga jalan beberapa langkah, tetangga kasih lagi-lagi mengejek mereka.
"Kasih, kok belum hamil? Di sentuh apa gak sih?"
"Gak deh sepertinya bu. Kasih juga jijik kali sama modelan begini."
"Pernah ciuman gak sih kasih?"
"Bu, heran ya sama kalian ini. Kok bisa-bisanya punya pikiran seperti itu?"
"Menikah itu bukan masalah hidup berdua Kasih, kita juga butuh materi dan kepuasan batin."
Kasih terdiam, kali ini ia benar-benar mati ucap. Kasih kemudian melanjutkan langkahnya dengan begitu cepat. Rangga hanya mengekor di belakang.
"Kasih nangis lagi ya...?" Tanya Rangga.
"Udah deh mas. Diam aja!"
Rangga membiarkan Kasih berjalan sendirian.
Setibanya di rumah, Rangga langsung pergi mandi sedangkan Kasih pergi ke kolam ikannya karena sejak pindah ke rumah ini Kasih sangat tertarik memelihara ikan.
"Ikan, aku harus apa sekarang?" Tanya Kasih pada semua ikan miliknya.
"Kasih kok bicara sama ikan. Sudah gila ya...??"
Kasih memutar bola matanya malas.
"Ikan ku mati dua mas. Belikan lagi dong," adu Kasih.
"Sudah di kubur apa kamu goreng?"
"Aku serius, jangan bercanda!" Ujar Kasih. Beginilah Kasih, ia adalah tipe perempuan yang pandai melupakan masalah.
"Mau ikan jenis apa?" Tanya Rangga serius.
"PIRANHA!!" jawab Kasih.
"Eh, seriuskah? Bukannya ikan itu kanibal?"
"Biarin aja. Nanti kalau ada yang suka menghina kita, akan ku lempar ikan itu ke mulutnya."
"Kasih jahat banget!"
"Bodoh amat!"
"Amat gak salah apa-apa kok di bilang bodoh!"
Huft,.....
Kasih hanya bisa menghembuskan nafas pelan menahan sabar akan sikap suaminya.