NovelToon NovelToon
GAIRAH CINTA CEO DAN BALLERINA

GAIRAH CINTA CEO DAN BALLERINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Nikah Kontrak / Beda Usia / Sugar daddy
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.

Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.

Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.

Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.

Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Makan Siang

"Mir, Coba tebak gue di mana?" Boa dan Mira sedang melakukan panggilan Videocall

"Seperti dalam kantor, Lo di mana, Bo?" tanya Mira

"Yap! Gue di kantor. Dan Lo tahu gue di kantor siapa?" Boa mengedarkan kamera ponsel jadulnya ke sekeliling ruangan.

"Pelanggan pijat Lo ya Bo?" Mira memicingkan mata melihat sebuah meja besar diisi dengan puluhan orang yang sedang rapat

"Lihat lelaki yang di ujung sana, coba Lo fokus" Pinta Boa

"Tuan Marcel?" Pekik Namira

"Lo ngapain di situ, Bo!" tanya Mira sambil berbisik.

"Lo engga usah berbisik begitu, Mira. Gue di ruang pantau security. Mereka engga akan dengar" Boa terkekeh melihat kakanya yang sangat polos.

"Iya terus ngapain Lo di situ?"

"Gue kerja di sini, sudah dua hari. Sebenarnya gue di bagian pemasaran, tapi pak Deo minta gue menjadi pengawas juga di sini" ujar Boa

"Eehh.. Ijazah SMA Lo kan belum di tebus Boa. Bagaimana Lo bisa kerja kantoran?" Tanya Mira

"Nanti gaji pertama gue buat tebus ijazah, Mir" Seru Boa

"Kamu bercanda kan, Boa?" Mira masih belum percaya

"Kalau gak percaya sama gue, nanti suami Lo pulang tanya aja" Boa menaikan kerah kemejanya

"Lo terlihat ganteng pakai kemeja itu, Bo"

"Kemarin pak Deo ngasih gue baju-baju bekasnya, Mir"

Mira tahu walaupun Boa tidak punya ijazah formal tapi adik angkatnya itu sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya, juga sangat pandai dalam hal apapun.

"Mir, sudah dulu ya. Pak Bos udah mau selesai nih" Boa langsung mematikan sambungan teleponnya

Namira tersenyum bahagia karena adiknya bisa mendapatkan pekerjaan kantoran, tidak di barber shop dan pijat keliling lagi.

Namira segera menyelesaikan masakannya ketika mendengar Marcel selesai rapat.

Setelah semua masakan selesai, Mitha tinggal menunggu pak Ayus.

Namun keadaan tidak berpihak padanya hari ini, masakan yang seharusnya bisa tiba di kantor Marcel sebelum jam 11, ternyata gagal karena pak Ayus terjebak macet.

Namira akhirnya berinisiatif mengantarkannya ke kantor Marcel dengan arahan dari Deo.

Sesampainya di kantor Marcel, Namira harus berhadapan dengan petugas Resepsionis yang menghalangi jalannya.

"Anda mau kemana"

"Saya mau menemui Tuan Marcel mba"

"Apa anda sudah ada janji?"

"Belum, tapi saya akan mengantarkan makan siang beliau" Kata Namira dengan sopan

"Huh, siapa anda beraninya mau bertemu pak Marcel" Jawab salahsatu resepsionis

Mira mengeluarkan ponsel android yang terlihat murah, dia mencoba menghubungi Deo dan Boa tapi tidak diangkat panggilannya. Akhirnya Mira berinisiatif menelpon Marcel, menunggu dua kali panggilan, akhirnya panggilan diterima.

"Iya sayang, ada apa?"

"Maaf, Tu-tuan. Saya ada di bawah membawakan makan siang. Tapi tidak bisa masuk karena tidak ada janji dengan Tu-tuan"

"Tunggu di sana" Jawab Marcel

Sejujurnya Mira sangat gugup sekali ke kantor Marcel, seumur hidupnya ia belum pernah menginjakkan kaki di gedung bertingkat yang isinya para karyawan dan kaum elite.

Entah keberanian dari mana dia tiba-tiba nekad seperti sekarang ini. Tak berapa lama dia melihat Deo berdiri di depan resepsionis dan lalu menghampirinya.

"Mira, ayo aku antar ke ruang pak Marcel" Mira berdiri mengikuti Deo

Ketika melewati meja resepsionis, Deo berhenti sebentar.

"Ingat baik-baik wajah Nyonya Marcel ini, Elis. Jangan sampai kamu persulit lagi jika Nyonya ke sini, mengerti!" Tegur Deo kepada karyawan yang bernama Elis tadi

"Ibu mohon maaf saya tidak tahu, tolong jangan pecat saya ibu. Saya baru bekerja satu Minggu di sini" Ucap Elis

Mira hanya tersenyum tipis tak berniat menjawab apapun, rasanya masih belum hilang perasaan kesalnya pada gadis itu saat dia dilihat dengan tatapan remeh dan menghina.

Untuk berangkat ke sini, Mira berusaha berpenampilan sebaik mungkin, memakai pakaian yang baru kemarin Marcel belikan. Dia tidak ingin membuat suaminya malu jika dia ke kantor suaminya berpenampilan buruk. Tapi mungkin, memang wajahnya hanya pantas mendapatkan hinaan.

"Naik apa kamu ke sini Mira?" Tanya Deo setelah mereka memasuki lift khusus untuk CEO

"Naik taksi online Deo, pak Ayus masih kejebak macet di wilayah Sudirman" Mira menjelaskan.

"Wiwin, ingat baik-baik wajah Nyonya Marcel. Jika nyonya lain kali ke sini tanpa ada aku dan Tuan Marcel. Tetap ijinkan Nyonya masuk, mengerti?!" Deo mengultimatum asisten sekretaris yang ada di depan ruangan Marcel.

"Selamat datang ibu", sapa Wiwin

Mira hanya memberikan senyuman manisnya.

"Silahkan masuk Mir, Marcel sedang teleconference dengan karyawannya di Amerika" Deo membukakan pintu ruangan.

Namira melihat suaminya sedang duduk di depan meja kerjanya. Dia langsung memposisikan dirinya duduk di sofa dengan tenang meskipun hatinya berdegub kencang.

Memandang Marcel dari kejauhan dengan wajah serius dan berbicara dengan tiga bahasa, membuatnya kagum setengah mati, sejak awal dia memang sudah mengagumi suaminya tapi dia sangat sadar diri, tidak mungkin seorang Marcel yang hebat bisa jatuh cinta padanya.

Dan sejak awal Marcel menginginkannya hanya sebagai rekan bersandiwara, tidak lebih.

Mira menundukkan pandangannya mengkoreksi tampilan dirinya dan dia kembali sadar diri, siapa sosok yang ada di depannya. Perbedaan level mereka sangat jauh, Namira yang tidak memiliki ijazah SMA sama sekali tidak mungkin bersanding dengan Marcel.

Masa-masa SMA adalah masa tersulit baginya saat itu, dia harus beberapa kali pindah tempat bersembunyi karena selalu dikejar anak buah Momy Helen untuk ditarik kembali ke rumah bordir milik Mamy Hellen

"Hallo sayang" Marcel mendekati Namira dan berdiri di depannya

"Hallo tu-tuan" Jawab Namira terbata

"Tadi pagi ada yang memanggilku Mamocie, sekarang kemana gadis itu?" Namira tertunduk malu

"Maaf saya lancang datang ke sini, karena pak Ayus masih terjebak macet di Sudirman"

"Tidak apa-apa sayang, jadi buat iga goreng?" Marcel duduk di sebelah Namira

"Jadi, aku lebihkan porsinya sesuai pesanan anda, Tuan" Namira membuka satu persatu tempat bekalnya. Aroma daging goreng dan sambal matah menguar menggugah selera.

"Hmm harum sekali" ucap Marcel

"Ehmm, apa di sini ada piring Tuan" tanya Namira

"Sebentar" Marcel memberi kode lalu memanggil Wiwin untuk membawakan alat makan.

Saat Wiwin masuk, Marcel sedang menatap Namira dengan lembut dan mesra. Wiwin yang melihatnya saja sampai tersipu malu apalagi Namira yang menjadi titik fokus tatapan itu.

'Gila, kalau gue yang di tatap gitu. Gue udah klepek-klepek jatuh di pelukan pak marcel' batin Wiwin.

"Terima kasih mba Wiwin" Ucap Namira

Namira lalu mengambilkan makan dan minum untuk suaminya, "Ayo dimakan, mocie" lirih Namira

"Aku ingin ditemani makan, sayang" Jawab Marcel, Namira mengangkat pandangannya ke arah Marcel, saat Marcel juga sedang menatapnya dengan hangat.

Deg! Jantung Namira terasa berhenti berdegub sangking kagetnya dengan tatapan itu. Buru-buru dia alihkan pandangannya ke arah lain.

"Dimana bisa aku mencuci tangan, mocie. Apa di sini ada Wastafel?" tanya Mira mengalihkan tatapan Marcel.

"Di sana, Amour" Marcel menunjuk ke arah pintu yang tersamar dengan interior mewah.

Setelah mencuci tangan Namira mengambil piring dan mengisi piringnya dengan sedikit nasi, daging dan sambal. Menunggu Marcel mengangkat sendok dan garpunya. Pria itu bergeming, membuat Namira penasaran apa yang ditunggu pria itu.

"Kapan mau mulai?" Tanya Mira

"Kenapa makanmu hanya sedikit, Nami?"

"Ini sudah banyak, Mociè" Namira langsung mengaduk nasinya dengan sambal menggunakan tangan.

Wajah Marcel terlihat kaget dan terkesima melihat cara makan Namira yang menggunakan tangan. Merasa orang di samping tidak juga makan, Namira menoleh ke arah Marcel yang berada di sampingnya.

"Apa anda tidak lapar?" Tanya Mira

"Kenapa makan tidak pakai sendok?" Bukannya menjawab, Marcel malah bertanya.

"Ah, maaf saya lupa. Tapi menu masakan ini lebih enak makan dengan jari ini" Namira menunjukan kelima jarinya yang sudah terkena sambal sambil tersenyum dengan pipi yang mengembung penuh makanan.

Tiba-tiba, "Aaakk.." Marcel membuka mulutnya meminta disuapi dengan tangan Mira

"Apa tidak apa-apa?" Mira ragu-ragu

Marcel menggeleng dan, "Aaakk.." dia tetap minta disuapi.

Dengan wajah tersipu Namira menyuapi Marcel dengan jari tangan kanan. Sesuap demi sesuap, Marcel terlihat sangat menikmati setiap suapan tangan Mira, hingga suapan terakhir.

Saat Mira memasukan suapan terakhir, Marcel menahan tangannya dan menjilati dan mengulum jari jemari Mira yang masih tersisa nasi dan lelehan sambal matah.

"Nikmat sekali, Amour. Dulu waktu di rumah nenek aku selalu disuapi seperti ini" Marcel berbicara tanpa menatap Namira.

Sementara Namira merasakan sesuatu yang aneh, tubuhnya seketika meremang saat jemarinya di lumat di dalam mulut Marcel. Pipinya langsung memerah, demi menutupi gugup dan tersipu malunya, Namira bergegas ke westafel.

Di dalam westafel Namira mengatur napasnya dan menghirup napas banyak-banyak untuk menetralkan degup jantungnya.

"Kenapa dia selalu bersikap manis padaku saat ini?" Namira memegang kedua pipinya yang memanas.

...💃🩰💃🩰...

Jangan lupa like dan votenya gaes 🩷

1
Aksara_Dee
,💔💔
Yuningsih
🥹🥹
Aksara_Dee
Cemburu kayaknya 😁
Su Narti
kenapa Kalila jadi anak yg egois
Dian Hasanah
bagus ceritanya
Aksara_Dee: terima kasih like nya ka 🩷
total 1 replies
Mega Labaru
semakin menarik
Aksara_Dee: semangat ka, terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Mega Labaru
menarik
Mega Labaru
ikutan baper
Mega Labaru
semakin menarik
Mega Labaru
menyentuh
Mega Labaru
muli
Mega Labaru
mulai
Mega Labaru
lanjutkan
Aksara_Dee: Siap Kaka
total 1 replies
Mega Labaru
bagus
Yuningsih
🥲 kasian Namira
Yuningsih
😂😂 udah tahu bau,pake di cium segala mir, segera lah mandi biar wangi
Aksara_Dee: wkakaka
total 1 replies
Aksara_Dee
terima kasih ka
Aksara_Dee
berbunga-bunga ka..hahaha
Yuningsih
Hahaha, kamu lucu thor,Tapi, aku rasa cinta tidak bisa diukur dengan riba atau tidak. Cinta adalah sesuatu yang murni dan tulus ☺️
Yuningsih
hahaha,aku ngakak baca nya😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!