NovelToon NovelToon
Sayap Patah Milik Melodi

Sayap Patah Milik Melodi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Persahabatan / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Apa ... jangan-jangan, Mas Aldrick selingkuh?!”

Melodi, seorang istri yang selalu merasa kesepian, menerka-nerka kenapa sang suami kini berubah.

Meskipun di dalam kepalanya di kelilingi bermacam-macam tuduhan, tetapi, Melodi berharap, Tuhan sudi mengabulkan doa-doanya. Ia berharap suaminya akan kembali memperlakukan dirinya seperti dulu, penuh cinta dan penuh akan kehangatan.

Namun, siapa sangka? Ombak tinggi kini menerjang biduk rumah tangganya. Malang tak dapat di tolak dan mujur tak dapat di raih. Untuk pertama kalinya Melodi membuka mata di rumah sakit, dan disuguhkan dengan kenyataan pahit.

Meskipun dirundung kesedihan, tetapi, setitik cahaya dititipkan untuknya. Dan Melodi berjuang agar cahaya itu tak redup.

Melewati semua derai air mata, dapatkah Melodi meraih kebahagiaan? Atau justru ... sayap indah milik Melodi harus patah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SPMM11

Melodi dan Nadia saling menatap di ruang inap yang terasa sunyi. Sudah cukup lama bibir keduanya terkatup rapat. Hanya suara jarum jam yang terdengar, seakan menjadi pengingat waktu yang terus berjalan tanpa ampun.

Perkataan Melodi tentang kemungkinan usianya tak lama lagi, benar-benar membuat gendang telinga Nadia berdenging.

“Mel ... ini beneran? Kanker?” Gumam Nadia pelan, seakan tengah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia salah mendengar ataupun Melodi salah berucap. Namun, suara hatinya berbisik lain. Ada rasa sakit yang menggigit, ketika mengingat sudah berapa lama sang sahabat sering mengeluh mimisan dan sakit kepala.

Melodi mengangguk. "Ini gue lagi nungguin hasil test akhir. Semoga aja masih ada harapan buat gue, Nad."

PLAK!

Melodi melotot ketika Nadia tiba-tiba menampar wajahnya sendiri. Dapat ia lihat rona merah berbentuk lima jari terukir indah di pipi sang sahabat.

"Nad, lo kenape? Kesurupan arwah atlit tinju?"

"Gue bego bangeeeet!"

"Kenapa, ‘sih?!"

"Gue kira lo selama ini mimisan gara-gara gue sodorin foto cowok-cowok telanjang. Nggak tau nya kanker! Ah begoooooo!" Nadia meremas frustasi rambutnya.

Melodi tertawa terbahak-bahak. "Astagaaa, gue kira apaan."

"Kalau tau lebih awal, pasti kondisi lo nggak akan sampai sebegininya, Mel ...," lanjut Nadia dengan bola mata sendu.

Melodi membalas dengan senyuman tipis. "Terkadang, Tuhan sengaja ngebiarin kita tau di akhir ... agar kita punya sesuatu yang bisa kita renungkan, Nad. Biar kita bisa belajar untuk lebih baik kedepannya."

---

Aldrick baru saja pulang kerja, langkahnya berat untuk memasuki ruangan inap. Urusannya dengan Karin membuat moodnya rusak. Ia menghela napas panjang sebelum membuka pintu.

Melodi menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Ia melihat Aldrick, melempar senyuman tipis padanya, sesuatu yang sudah jarang bahkan hampir tak pernah lagi ia lihat.

Aldrick menghampiri Melodi. Tangannya bersembunyi di belakang badan, menggenggam sesuatu.

"Surprise ...." Dengan senyuman tipis, Aldrick menyodorkan se-ikat mawar merah tepat di depan wajah Melodi.

Jantung Melodi berdebar kencang, wanita pemilik senyuman manis itu meraih se-ikat mawar pemberian Aldrick. Untuk beberapa saat, suasana mendadak hening.

"Thank's ...," ucap Melodi.

"Suka?" tanya Aldrick.

Melodi mengangguk. "Banget."

Aldrick mengacak-acak lembut puncak kepala sang istri. "Nadia mana?"

"Pulang," jawab Melodi. "Anaknya datang. Tadi mama Nadia nelpon, katanya Olive kangen sama ibunya."

Aldrick manggut-manggut. "Udah berapa umurnya Olive?"

"Udah masuk 3 tahun, Mas," sahut Melodi.

Aldrick kembali manggut-manggut. Lalu, ia membuka tas nya. Mengeluarkan sebuah amplop tipis dan menyerahkannya pada Melodi.

Wanita cantik itu lekas menyambar, membuka amplop tersebut dan mengeluarkan secarik kertas slip gaji. Dapat Melodi lihat angka-angka yang membuatnya dirinya tersenyum indah.

Melodi meraih ponselnya, memeriksa M-banking nya. Namun tiba-tiba, senyuman indah itu luntur menjadi wajah datar.

"Kok hanya Rp 9.950.000, Mas?" sinis nya. "Gaji kamu kan 10juta, yang 50ribu nya ke mana? Di kasih ke Karin?"

Ngaaak! Ngaaak! Ngaaak! Ngaaak!

Suara burung gagak yang melintas di luar jendela kamar mengisi kesunyian yang terjadi selama beberapa detik.

Aldrick mengeluarkan uang selembar 50ribu dari dalam saku dan menyodorkan pada Melodi.

"Ini 50ribu nya, Dek. Pokoknya semua gaji, Adek yang pegang. Mas cukup pegang iman dan takwa aja." Kata Aldrick yakin, meskipun tangannya maju dan mundur ketika Melodi ingin menyambar selembar uang berwarna biru tersebut.

Untuk sesaat suasana kembali hening. Aldrick sedang menyusun kata-kata agar mereka tak lagi dan lagi terjebak di dalam kesunyian yang berujung membuat berantakan.

"Jadi, Nadia udah tau kamu sakit apa, Dek?" tanya Aldrick.

Melodi mengangguk. "Tapi, Nadia keliatannya cukup tenang kok, Mas. Aku kira Nadia bakal nangis kejer di ruangan ini. Syukurlah, dia aman-aman aja."

"Itu hanya di depan mu aja, Dek. Mas yakin, sekarang ini ... dia lagi nangis habis-habisan."

Kata-kata yang dilontarkan Aldrick bak keluar dari mulut cenayang sakti. Benar saja, di tempat yang berbeda, Nadia tengah menangis sesenggukan.

"Malang banget nasib lo, Mel ...," lirih Nadia. Matanya sesekali menatap bingkai foto yang ia letak di atas meja dapur. "Kehilangan orang tua, kehilangan anak berkali-kali, hampir kehilangan suami gara-gara belatung nangka, sekarang ... sekarang ... lo ...." Nadia tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya, bibirnya bergetar hebat.

Hiks ....

Hanya suara isak tangis yang menjadi-jadi, menggema di dapur berukuran mini.

"Mel ... apapun yang terjadi sama lo, gue nggak akan pernah ngebiarin lo ngerasa sendirian. Kita ... hadapin ini bareng-bareng ya. Kayak lo dulu ... yang nggak pernah ngebiarin gue ngerasa sendirian di saat masa-masa terpuruk gue. Lo selalu ada ... nemanin gue, nemenin Olive. Sementara ...." Nadia meneguk kasar ludahnya. "Sementara, laki mokondo itu hidup enak di luar sana dan memilih abai sama tanggungjawabnya sebagai bapak!"

Nadia mengenang masa lalunya. Terpaksa harus menikah dengan lelaki jahanam yang sudah memperkosa nya. Mengandung dan melahirkan sendirian tanpa di temani sosok seorang suami. Dan harus hidup menjanda di usia muda, karena ia merasa tak perlu lagi ada nama pria jahanam itu tertera di kartu keluarga. Dan ... di masa-masa sulit itu, Melodi lah yang selalu berada di sisinya. Menggenggam erat jemarinya seolah memberikan kekuatan.

Nadia kembali menatap bingkai foto dengan mata sembab. Bibirnya masih bergetar, hidungnya sudah kesulitan bernapas. "Mel ... yang kuat ya ... gue janji bakalan selalu ada buat lo."

"Ya ampun, Nadiaaa. Kamu ngapain motong bawang pake helm?" Ratna, ibu dari Nadia, berdiri di ambang pintu dapur dengan wajah kebingungan.

Nadia menoleh, menyengir kecil sebelum menjawab.

"Biar nggak terlalu pedes, Bu. Makanya pake helm." Dusta Nadia, padahal yang sebenarnya terjadi, ia sengaja memakai helm dengan kaca hitam agar sang ibu tidak menyadari bahwa ia tengah menangis.

"Ada-ada aja kamu, ‘tuh. Yaudah, buruan. Olive udah merengek minta masakan ibunya." Ratna berlalu dari dapur.

Tak berselang lama, berganti dengan Olive yang muncul. Balita menggemaskan itu menghampiri sang ibu.

"Ibu, kok ibu nangis?" Tanya Olive, mahluk kemasan sachet itu mengintip dari bawah helm Nadia.

Sejenak Nadia terdiam, lalu menyingkirkan potongan bawang di atas meja. Ia beranjak dari kursi dan mencuci bersih tangannya sebelum menggendong Olive duduk di pangkuannya.

"Olive sayang, Olive masih inget tante Melodi?" tanya Nadia dengan suara bergetar.

Olive mengangguk. "Tante cantik dan baik. Seling beliin olip mainan balbie sama boneka ayah."

"Boneka anjing, Sayang. Bukan boneka ayah," Jelas Nadia.

"Tapi, kata Tante Melodi, mukanya sama aja, Bu."

‘Ya, nggak salah sih. Tapi, masih jauh lebih bagus boneka dari Melodi,’ batin Nadia.

"Olive ... udah hafal Al-Fatihah belum?" tanya Nadia lembut.

"Sedikit," jujur Olive.

Nadia tersenyum tipis. "Sekarang ini, Tante Melodi sedang bersedih hati. Gimana kalau sekarang kita kirimin Tante Melodi doa? —Mana tau, setelah ini, hanya ada kebahagiaan aja buat Tante Melodi. Olive mau kan, kirimin Tante Melodi doa?"

"Mauuuuu ...." Olive menampilkan gigi kelincinya.

---

Dokter Andra masuk ke kamar inap Melodi dengan beberapa anggota medisnya. Ia menyapa dengan senyuman hangat sebelum memberikan informasi terbaru.

Namun, Aldrick tahu, dibalik senyuman hangat itu, ada informasi layaknya bom yang akan meledak di dalam ruangan. Dan, benar saja ....

Aldrick seketika membeku di tempatnya saat Dokter Andra menjelaskan hasil test akhir, butuh waktu beberapa detik baginya untuk mencerna apa yang baru saja ia dengar.

“Stadium 3?” ulang Aldrick, suaranya serak. “Anda serius, Dok?”

Dokter Andra mengangguk, meski hatinya tak tega. “Penyebaran sel kanker begitu cepat. Jika Bu Melodi tidak ditangani secepatnya, bukan tidak mungkin kondisinya akan sampai ke tahap akhir.”

Aldrick tidak langsung menjawab. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi lidahnya terasa kelu. Perkataannya seperti tercekat di tenggorokan.

“Apa …,” akhirnya ia berkata pelan. “Apa … yang harus saya lakukan, Dok?”

"Tindakan cepat yang bisa kita lakukan saat ini adalah serangkaian pengobatan seperti, operasi dan kemoterapi." Dokter Andra menyodorkan selembar kertas berisi penjelasan serangkaian pengobatan.

Aldrick menatap kertas tersebut seolah-olah itu adalah objek paling menakutkan di dunia. Tangannya gemetar saat ia menyentuhnya, ia membaca dengan saksama.

Melodi hanya terdiam di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dengan mata nanar. Ia pasrah.

Sementara itu, Aldrick menunduk, menatap lantai di bawahnya. Hatinya terasa seperti dihantam palu. "Jika melakukan pengobatan ini, apa istri saya akan sembuh, Dok? Jika iya, maka lakukan lah."

"20℅. Saya tidak bisa berjanji melebihi itu." Jawaban Dokter Andra seolah-olah sudah menjabarkan kemungkinan terburuk.

Aldrick menatap Melodi dalam-dalam. Hatinya sesak, lalu ia kembali menoleh ke arah Dokter Andra. "Lakukan, Dok. Meskipun harapan itu hanya ada 20℅ saja, bahkan, jikapun hanya 1℅ saja ... lakukan, Dok. Lakukan yang terbaik, saya mohon, selamatkan istri saya."

Kedua lutut Aldrick ambruk di atas lantai. Ia memukul-mukul lantai dingin itu berkali-kali. "Lakukan, Dok, saya mohon!"

"Mas ...," lirih Melodi. "Tenanglah ...."

"Ini terlalu mendadak, Mel. Padahal ... padahal aku udah mulai menyusun satu per satu cara untuk menebus semua kesalahan aku sama kamu.” Aldrick terisak, matanya basah. " Maaf, Mel ... maaf ...."

Aldrick berdiri dengan susah payah. Menatap Dokter Andra serius. "Lakukan, Dok. Apapun itu ... tolong ... lakukan."

Dokter Andra mengangguk. "Tentu, saya akan melakukan yang terbaik. Namun ...." Dokter tampan itu menggantungkan kalimatnya.

"Namun?" Jantung Aldrick berdebar kencang. Begitupun Melodi.

Dr. Andra menghela napas panjang, ia menatap dalam wajah Aldrick yang tegang, tetapi, berusaha terlihat tenang.

"Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan, Pak Aldrick, Bu Melodi." Dr. Andra memulai dengan nada hati-hati. "Pertama, dari hasil pemeriksaan terakhir, kami menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan. Bu Melodi ... ternyata sedang mengandung."

Wajah Aldrick membeku, begitupun Melodi. "Hamil?" Suara keduanya terdengar serak, nyaris tak percaya.

"Menurut analisis kami, kehamilannya baru berjalan sekitar empat minggu," jelas Dr. Andra. "Kehamilan ini mungkin terjadi sebelum kondisi kesehatannya mulai memburuk."

Aldrick merasa campur aduk. Ada kebahagiaan kecil yang perlahan menyelinap masuk, tetapi, rasa khawatir jauh lebih mendominasi. "Dok, dengan keadaan Melodi sekarang, apa ini ... aman?"

Dr. Andra menatapnya serius. "Itulah yang ingin saya bicarakan. Kondisi Bu Melodi sudah cukup parah. Pengobatan kanker seperti kemoterapi, radiasi, dan operasi dapat merusak indung telur atau mengganggu fungsi reproduksi."

"Maksudnya?" Melodi mengelus perutnya yang datar.

"Pengobatan dengan kemoterapi umumnya tidak dianjurkan selama trimester pertama kehamilan, Bu Melodi. Kemoterapi dapat membahayakan perkembangan bayi atau menyebabkan keguguran. Umumnya, kemoterapi aman dilakukan setelah kehamilan menginjak usia 14 minggu. Namun, jika harus menunggu sampai kandungan anda masuk usia 14 minggu, sudah pasti kondisi anda akan semakin memburuk."

Aldrick menatap kosong ke lantai. Ia merasa ruangan itu tiba-tiba menjadi lebih kecil, seolah-olah dindingnya menekan tubuhnya hingga sulit bernapas.

"Memburuk?"

*

*

*

1
vj'z tri
bener bener Vina lampir satu ini biang Lala nya 😤😤😤😤
Dae_Hwa💎: Biang lala 😄
total 1 replies
Cookies
up
Dae_Hwa💎: Asiappp
total 1 replies
Riaaimutt
gampang meninggal ini kamsud nya apa sih nad.. q kok gagal memahami kata-kata mu..
Dae_Hwa💎: ah sudahlah 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
😭😭😭😭😭😭
Dae_Hwa💎: 😭😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
kaylla salsabella
ya Alloh Thor semoga ibu Ajeng dan melody selamat .....awas aja klu di buat sad ending.....aku mutung pokok nya 😭😭😭🏃
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣😭😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭 thorrrr novel ini kamu buat dengan campuran bawang merah berapa ton 😭😭😭😭😭😭😭😭😭🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Dae_Hwa💎: 10 ton kak 😭😭😭😭😭 Biar mata pembaca pada kewer²😭😭😭😭😭
total 1 replies
istianah istianah
kadang seorang suami tidak merasa kalau sang istri lg kesepian ,apa lg blm pnya anak ,dan seorang suami akan sadar apa bila istri tak ada di sampingnya , kalau sudah tak ada baru terasa 😭😭😭
Dae_Hwa💎: betul.
Sifat suami yang selalu berulang itu ya, tidak peka.
total 1 replies
Baek chanhun
,, menunggu,, membuat emosi.
,, penyesalan,, membuat sesak di
di dada, dalam penyesalan hanya
dua kata sering di ucapkan,
,, andaikan dan misalkan,, dua
kata ini tambah penyesalan.

thanks mbak 💪 💪
Dae_Hwa💎: betul.
Andaikan, misalkan. Berujung nyesal
total 1 replies
Raa
Semoga tidak seperti yang ada dalam benakku 🥹
Dae_Hwa💎: Semoga 🙃
total 1 replies
Raa
Nggak ada kata ampun sih untuk Vina & Karin. Jahat banget.
Dae_Hwa💎: Pake bangeeeet
total 1 replies
Raa
Kan ... bener dugaan ku, wajib dimasukkan bui dah dua titisan Dajjal ini🔥
Dae_Hwa💎: Wajib 🥺🥺🥺
total 1 replies
Raa
Kalau nggak ada si Setan Vani, pasti hubungan mertua dan menantu ini manis banget ❤️
Dae_Hwa💎: Manis banget, kalah gulali
total 1 replies
Raa
Nggak tahu mesti komen gimana, yang pasti melow, ikutan deg"an🥹
Raa
Bakalan nyesek banget kalau sampai diriku kehilangan Melodi ya Nad 🥹
Raa
Mel ... teruslah berjuang sampai titik darah penghabisan 🥹
Dae_Hwa💎: 🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
Raa
Bisa jadi ulah si Vina.
💕Bunda Iin💕
thor jgn di gantung ngapa ga enak tau😢🥺🥺
Dae_Hwa💎: 😭😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
ku tunggu azab kau berdua ya karin n vina😡😡😡
Dae_Hwa💎: awas aja mereka berdua.
nggak masuk bui pun, semoga ada karma yg lain.
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
mertua'y melodi ini sangat lah baik karna ada ular di sisi dia jdi berubah sikap'y ke melodi
Dae_Hwa💎: betul, di hasut mulu tiap hari
total 1 replies
kaylla salsabella
apakah melodi koma
Dae_Hwa💎: 🥺🥺🥺🥺🥺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!