NovelToon NovelToon
Laila

Laila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kuswara

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).

Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

"Enak banget ya ternyata." Seru Mama Astuti yang terus saja melahap bolu pisangnya.

"Iya, Papa suka. Manisnya tuh pas, lembut banget di mulut." Papa Desta ikut memuji.

"Jauh enak ini daripada beli di toko langganan Mama." Mama Astuti tidak henti-hentinya memuji bolu pisang buatan Laila.

Inggit yang tidak suka pun mencoba mencicipi, sedikit demi sedikit sampai Inggit sendiri merasakan enak yang dikatakan calon kedua mertuanya.

"Iya, ternyata sangat enak."

Arman tersenyum lebar ketika semua orang di rumahnya menyukai sampai memuji kue buatan Laila. Karena kue kacamata dan nagasari pun sangat disukai Mama Papanya tapi Inggit kurang menyukai kue tradisional itu.

Arman sudah berada di kamar, kali ini menguncinya. Laki-laki itu pun langsung menghubungi teman-teman semasa kuliah yang memiliki usaha percetakan. Arman ingin segera menuangkan ide-ide yang telah memenuhi isi kepalanya.

Terdengar suara ketukan pada pintu setelah semua urusannya selesai. Arman bangkit dan segera membuka pintunya.

"Tumben sekali di kunci." Kemudian Inggit masuk, duduk di tepi tempat tidur.

"Iya, kebiasaan di rumah sana." Arman kembali duduk di kursi kerjanya.

"Kapan aku boleh main ke sana?." Inggit terlihat seperti anak kecil yang sangat menggemaskan.

"Nanti kamu bosan, di sana tidak ada apa-apa." Sejak awal memang Arman tidak mengizinkan Inggit ke sana. Dengan alasan ini dan itu yang memang bisa diterima Inggit.

"Aku tidak lama di sana, paling satu atau dua hari." Rengek Inggit masih tetap mencoba mendapat izin.

"Tidak, lebih baik kamu di sini saja." Arman tetap dengan pendiriannya.

"Di sini juga aku bosan tahu, hanya di rumah dan di rumah. Tidak melakukan apa-apa." Inggit mendekati Arman lalu menempelkan bokongnya, bersandar pada ujung meja kerja Arman.

"Memang itu yang harus kamu lakukan, diam di rumah. Semuanya telah tersedia, kamu hanya tinggal menujuk saja." Arman menatap perempuan yang cantik, lembut dan baik hati itu.

Inggit tersenyum samar lalu menaruh tangannya pada leher Arman.

"Aku merasa, aku hanya mencintai sendiri." Inggit menatap pria yang sangat dicintainya sejak lama. Cinta monyet yang hingga sekarang semakin tumbuh subur di dalam hatinya.

"Itu hanya perasaan kamu saja, nyatanya aku masih ada di samping kamu."

"Apa itu bentuk tanggung jawab?."

"Bukan, itu nyata perasaanku."

Hening, keduanya saling tatap cukup lama. Suara dering ponsel pun memutus tatapan keduanya. Arman bangkit setelah tahu yang meneleponnya Ilyas.

"Aku harus bertemu Ilyas."

"Di mana?."

"Di Cafe nya."

"Kenapa tidak di rumah saja?."

"Ilyas sedang sibuk. Aku juga tidak lama."

"Cepat pulang ya."

Arman mengangguk dan mereka berjalan beriringan sampai di pintu depan. Lalu Arman menaiki motornya guna mempercepat waktunya.

Arman tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu teman-temannya, karena kepulangannya memang untuk menemani Inggit di rumah setelah berbulan-bulan ditinggalkannya karena pekerjaan.

"Sesuai dengan keinginan kamu."

Arman menatap serius beberapa design yang sangat sesuai dengan seleranya. Ada juga beberapa pilihan tapi yang paling sesuai dengan Laila adalah design pertama yang dibuatnya.

"Aku suka yang ini. Tolong kamu cetak masing-masing seribu pcs. Untuk boxnya juga berbagai ukuran. Harus sama persis seperti yang aku inginkan."

"Oke."

"Kalau sudah selesai, kamu bisa kirim semuanya ke alamat rumah yang sudah aku tulis."

"Siap."

"Buat siapa?."

"Apanya?."

"Semua yang kamu lakukan ini?."

"Buat aku, buat siapa lagi memangnya?."

"Inggit tidak se-istimewa ini sampai kamu memikirkan setiap detail design ini."

Arman hanya diam, karena percuma untuk berbohong pada Ilyas yang telah mengenalnya sangat baik sejak lama.

"Aku sudah paham." Lanjut Ilyas kemudian pergi lebih dulu dari Arman. Bukan karena marah terhadap laki-laki itu. Melainkan harus segera mengerjakan apa yang dinginkan Arman. Sebab hidup laki-laki itu harus tersusun rapi.

Arman masih betah duduk di sana, menghabiskan sisa kopi yang jarang sekali diminumnya. Dering handphone mengalihkan pandangannya, Arman segera bangkit dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Kenapa tidak menjawab teleponku?." Inggit langsung menghadang Arman yang akan masuk rumah.

"Lagi berkendara mana bisa menjawab telepon." Arman tersenyum.

"Bohong."

"Mana bisa aku bohong sama kamu."

Inggit pun luluh, tersenyum lalu memeluk Arman.

Sedangkan di kampung Telaga, Laila baru pulang dijemput Teh Yayuk. Ilmu yang didapatnya dari pelatihan pertamanya sungguh sangat bermanfaat untuk menambang nilai jualnya. Laila meminta Teh Yayuk untuk berhenti di pasar, mencari bahan yang akan akan segera dieksekusinya.

Teh Yayuk kembali melanjutkan perjalanannya sampai tiba di rumah. Jualan di depan rumah sudah habis. Anak-anak sudah mandi dan mandi juga. Dapur dan teras pun sudah bersih oleh Teh Linda.

"Mau mengambil pesanan tidak?" tanya Teh Linda ketika Laila sudah santai.

Laila belum menjawab, Laila justru malah menatap kedua perempuan yang sering membantunya.

"Saya akan mengajari kalian membuatnya. Karena saya sadar tidak bisa mengerjakannya seorang diri."

Teh Yayuk dan Teh Linda saling tatap lalu keduanya fokus menatap Laila.

"Kalau rasanya beda, bagaimana?." Tanya Teh Yayuk merasa kurang percaya diri.

Laila tersenyum. "Akan sama rasanya, Teh."

"Kamu percaya sama kita, Laila?."

Masih dengan bibir yang tertarik sempurna ke atas. "Iya."

"Aku takut." Kepercayaan Teh Linda pun mengikis.

"Kita anak coba hari ini." Laila serius dan mengajak kedua perempuan itu menyiapkan bahan sesuai takaran yang dibutuhkan.

Teh Linda dan Teh Yayuk sama-sama belajar di depan Laila, keduanya sangat grogi namun tidak sampai berlebihan. Jadi Laila masih bisa mengajarinya santai. Hampir dua jam lamanya berkutat menyelesaikan adonan bolu pisang. Kini mereka menunggu hasil pengukusan. Harap-harap cemas ketiganya menunggu hasilnya.

Laila mengikuti gerakan Teh Linda yang membuka tutup panci kukusnya dan seperti biasanya. Mereka pun bisa bernapas lega. Kini tinggal rasa dan tingkat kelembutannya.

"Alhamdulillah" serempak ketiganya mengucap hamdalah saat rasa dan kelembutannya sama seperti yang Laila buat.

"Kita berhasil." Teh Linda dan Teh Yayuk berpelukan untuk beberapa lama. Mereka begitu senang. Mereka menetap Laila yang tersenyum bahagia.

"Kami boleh peluk kamu, Laila?." Tanya Teh Linda.

Laila merentangkan tangannya, Teh Linda dan Teh Yayuk pun memeluknya. Silih berganti mengucapkan terima kasih pada Laila. Pun dengan Laila.

Menyudahi adegan yang mengharu biru, ketiganya kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Teh Linda dan Teh Yayuk mengirimkan pesanan pada beberapa orang.

"Ibu, aku mau lagi cokelat dari Pak Arman." Rengek Salwa yang kemudian duduk di atas pangkuan Ibu Laila.

"Sudah habis." Laila merapikan ikatan rambut Halwa.

"Tapi aku masih mau." Halwa terus merengek.

"Punya Kakak masih ada tidak?."

"Masih, punya Kak Salwa masih banyak. Tapi tidak mau bagi aku." Halwa mulai menangis.

"Kak, Ibu boleh minta cokelatnya?."

"Tidak, ini punya aku." Salwa sedang dalam keadaan marah dengan mata melotot.

Bersambung.....

1
Watini Salma
jadi penasaran kelanjutannya Laila sama Arman apa berjodoh ya
La Rue
semoga ikhtiar Laila berhasil demi kebaikan anak-anaknya
La Rue
Laila tetaplah kuat buat kedua anakmu
Sadiah Suharti
lanjut thor
Watini Salma
cerita nya ringan enak dibaca nya mudah dipahami menarik dan menginspirasi, lanjut kakak /Good//Pray/
Watini Salma
Alhamdulillah up lagi, semoga Laila jadi orang sukses dan bahagia dengan kedua anak nya
Watini Salma
lanjut kakak, cerita nya menarik tetap semangat ya
La Rue
Ditunggu kelanjutannya
La Rue
pasti mau memfitnah Laila ni
seftiningseh@gmail.com
semangat buat up nya kak
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
La Rue
Alhamdulillah rezeki Laila dan anak-anaknya
QueenRaa🌺
lanjut thorr! semangat up💪

jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉
La Rue
ceritanya bagus ditunggu kelanjutannya...🥰👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!