Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
012 - Kunjungan Keluarga
"Jelita! Apa-apaan penampilanmu ini, Sayang?!"
Bu Geulis terkejut bukan main saat melihat penampilan Jelita yang benar-benar mencengangkan. Anak perempuannya memakai gaun vintage berwarna kuning terang dengan aksen renda-renda hijau, membuat Jelita bak bendera partai yang berkibar di jalan.
Rambut Jelita nampak mekar, kusut, dan awut-awutan tak terawat, bak rambut singa. Belum lagi riasan gelap yang membuat Jelita nampak bak pemeran hantu biarawati paling fenomenal sejagad film horor.
"Amit-amit jabang bayi! Kau serius mau bertemu keluarga calon suamimu atau mau jadi badut rumah hantu?!"
Ayune, kakak Jelita mengomentari penampilan Jelita.
"Jelita! Lekas ubah penampilanmu itu! Kamu mau membuat malu keluarga kita?!" tegur Pak Gagah.
"Ayah, sudah cukup aku menjadi jaminan hidup! Jadi biarkan aku melakukan hal yang aku sukai!" tukas Jelita.
"Kak Jelita, jangan bikin Ayah marah deh," sahut Rupawan, adik Jelita.
"Rupa, yang harusnya marah itu aku. Aku marah pada Ayah karena Ayah justru membuatku jadi jaminan hidup," tandas Jelita.
"Sudah cukup! Berhenti mengomentari penampilan Jelita, terserah dia mau jadi badut rumah hantu, atau pun dedemit! Sebentar lagi keluarga Tuan Lerose akan datang, kita harus bersiap menyambut mereka," potong Bu Geulis.
"Ayah, apa Tuan Lerose tidak mau berubah pikiran dengan memilihku saja? Lumayan, beli satu gratis satu. Pria super tampan seperti Tuan Lerose pasti membuat Canda bangga punya daddy baru," seloroh Ayune.
Jelita tertawa dalam hati, ya, ampun Kak, pria itu doyannya bocil. Bahaya kalau nantinya justru Canda yang jadi korbannya!
"Kak, mantan suami Kakak yang tidak terlalu tampan saja berselingkuh dari Kakak, apalagi yang super tampan!" ceplos Jelita.
"Jelita! Mulutmu mau kusumpal cabai rawit?!" sungut Ayune.
"Kakak! Aku cuma sekadar mengingatkan! Wajah saja yang tampan, tapi hatinya busuk!"
"Jelita, cukup! Mana boleh berprasangka buruk begitu pada calon suamimu," tegur Bu Geulis.
"Ayune, nanti Ayah carikan jodoh yang lebih baik lagi untuk jadi ayah Canda," kata Pak Gagah.
"Dan untuk Jelita, lebih baik sekarang kamu ganti penampilanmu itu! Kamu bukan mau ikut kampanye partai!" tegur Pak Gagah.
...***...
Ezra dan Toby begitu antusias saat Saka mengajak mereka berdua untuk ikut melakukan pertemuan keluarga dengan calon istri Saka.
Keluarga besar Saka tidak bisa melakukan pertemuan tersebut karena mendadak mendapat kabar duka yakni kabar kematian paman Saka dari pihak Tuan Lerose.
Oleh sebab itu, Saka mengajak kedua sahabatnya itu untuk menjadi perwakilan keluarganya.
Toh, saat kedua sahabatnya itu menikah, Saka selalu mendapat peran untuk menjadi pendamping pengantin pria.
"Wah! Kenapa jadi aku yang tegang untuk menemui keluarga calon istrimu?" kata Toby.
"Aku sungguh tidak sabar untuk melihat calon istri yang selama ini kau sembunyikan!"
Ezra terkekeh sambil menepuk-nepuk bahu Saka yang masih fokus mengemudikan mobilnya.
"Tentu saja! Kalian benar-benar akan sangat kaget. Jadi, persiapkan jantung kalian, jangan sampai terkena serangan jantung," tukas Saka.
...***...
Sesampainya di rumah Jelita, Pak Gagah langsung menyambut kedatangan Saka dan kedua temannya.
Kemudian mereka segera berpindah ke ruang tamu untuk berbincang lebih santai.
Bu Geulis dan Rupa ikut bergabung, lalu disusul kehadiran Ayune yang datang membawakan nampan berisi teh.
"Silakan diminum tehnya," kata Ayune.
Ezra dan Toby langsung saling bersikutan saat melihat kehadiran wanita bertubuh tinggi, ramping, dan berparas manis itu.
"Wah, selera teman kita ini memang wah!" bisik Ezra pada Toby.
"Sialan! Aku jadi iri!" bisik Toby.
Kemudian Ayune duduk di samping Bu Geulis sambil memandangi Saka.
Calon adik iparnya itu memang benar-benar sangat tampan. Ia bahkan berpikir, bagaimana pria setampan itu mau menikahi adiknya yang akhir-akhir ini berpenampilan begitu nyentrik?
Apa pria itu memang pecinta film horor?
Tapi Ayune segera teringat ucapan Jelita, jangan percaya pria tampan. Yang wajahnya tidak tampan saja bisa berselingkuh, apalagi yang tampan?
Jujur saja, Ayune jadi trauma untuk menjalin hubungan dengan pria gara-gara mantan suaminya itu. Sehingga kini Ayune memilih untuk lebih memfokuskan dirinya dalam mengurus Canda. Tidak masalah ia menjadi ibu tunggal, toh dia sangat bahagia bersama buah hatinya.
"Ayune, di mana Jelita? Kenapa belum datang juga?" bisik Bu Geulis.
"Ibu, riasan seperti itu mana bisa dihapus cuma dalam waktu lima menit," bisik Ayune.
"Pak Gagah, saya sudah memutuskan untuk tanggal pernikahan, yakni tiga hari lagi," kata Saka.
Tiga hari lagi adalah tanggal jatuh tempo perjanjian sehingga Pak Gagah tentu tidak bisa menolak.
"Baik, saya ikut saja," ucap Pak Gagah.
"Hanya saja untuk acara resepsi pernikahan, terpaksa harus saya undur karena keluarga besar saya mendadak mendapat kabar duka," kata Saka.
"Pesta itu bisa nanti, yang penting sudah sah. Lagipula calon pengantin pria kita ini sudah tidak sabar karena calon pengantin wanita begitu cantik," ceplos Toby ke arah Ayune.
"Iya, Pak! Pokoknya gas pol, rem blong!" Ezra menimpali sambil menyeringai ke arah Ayune.
Ayune tersenyum melihat dua pria yang tak berhenti menatapnya.
"Kalau saya sih, sebagai orang tua, karena anak saya sudah dewasa dan mandiri, saya tidak bisa ikut campur," kata Pak Gagah.
Tidak ikut campur? Apa Ayah sungguh berani bicara seperti itu di depan Jelita? batin Rupa.
Ayune dan Rupa saling melemparkan pandangan karena mereka memikirkan hal yang sama.
Bu Geulis beranjak dari tempat duduknya, ia merasa perlu menjemput Jelita yang belum kunjung menampakkan batang hidung.
"Ibu mau ke mana?" bisik Ayune.
"Mau menjemput Jelita," bisik Bu Geulis.
"Aku ikut ya, Bu," kata Ayune.
Ayune dan Bu Geulis berpamitan dari ruang tamu untuk menyusul Jelita.
"Pak, masih punya anak perempuan yang lajang?" tanya Ezra pada Pak Gagah.
"Memangnya kenapa, Mas?" tanya Pak Gagah.
"Tidak apa-apa, soalnya saya juga kebetulan masih lajang," sahut Ezra.
"Haha! Ezra, bisa-bisanya kau ini!" Toby menyikut rusuk Ezra.
"Ya, saya hanya bertanya, tidak dijawab ya tidak apa-apa, kan cuma tanya," seloroh Ezra.
Saka menyeruput teh dalam gelasnya sambil bertanya-tanya, mengapa Jelita tidak muncul? Apa wanita itu tidak mau menemuinya?
Baiklah kalau kau tidak mau bertemu sekarang! Kita bertemu di hari pernikahan saja! Saka membatin geram.
...***...
"Aduh, Jelita! Kenapa lama sekali sih?!" keluh Bu Geulis sambil memasuki kamar Jelita.
Terlihat Jelita masih menghapus riasan wajahnya dengan susah payah lantaran riasan wajahnya berwarna sangat gelap.
"Tuan Lerose sudah menunggu bersama keluarganya! Tidak sopan membiarkan mereka menunggu!" kata Bu Geulis.
"Lagian kau juga aneh sekali, untuk apa memakai riasan gelap yang begitu tebal?" cibir Ayune.
"Siapa yang menyuruh untuk menghapus riasanku ini ya?!" sembur Jelita.
Bu Geulis menghela napas berat.
"Ya sudah, begitu selesai, langsung temui keluarga Tuan Lerose!" titah Bu Geulis.
"Ibu, tak ditemui sekarang juga tidak apa-apa. Toh pernikahan akan tetap terjadi," sahut Jelita.
"Hihh! Anak ini!" Ayune mendorong kepala Jelita dengan kesal.
"Kak Ayu! Ngajak berantem ya?!" sembur Jelita.
"Kalian berdua, hentikan! Kenapa jadi mau berantem? Ayune, biarkan saja Jelita," Bu Geulis menengahi sebelum ada perang yang tidak perlu.
Namun pada akhirnya, Saka dan teman-temannya justru sudah pulang begitu Jelita selesai menghapus riasan nyentriknya.
...----------------...