setelah menjalani setahun pernikahan kontrak olivia dan barra akhirnya berhasil bercerai.
namun tanpa mereka sadari ada satu malam yang telah mereka lupakan bahwa ada suatu momen penting yang telah terjadi yang mengakibatkan kesalahan fatal bagi mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nukamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. bukan dia tapi kamu
Olivia lagi, kenapa dia bertanya padaku dengan wajah seperti itu. Apa ini terjadi karena tadi pagi aku telah memegang pergelangan tangannya, atau karena dia ketakutan pada salman yang mungkin saja telah memarahinya. Sebenarnya apa yang membuat wanita itu terlihat begitu kecewa, batin barra berkecamuk.
"Yah, kemungkin aku harus bertanya sendiri padanya nanti" gumamnya
Sementara barra yang masih pusing memikirkan wanita bernama olivia itu, di sisi lain orang sedang ia pikirkan juga terlihat pusing dengan hanya berdiam diri di depan mesin kopi sambil memegangi cangkirnya yang kosong. Mungkin saja kepalanya serasa hampir pecah karena begitu banyak informasi yang masuk dan mengejutkannya.
"Halo, oliv?" Tiba-tiba saja ibu menelfon
"iya ada apa bu?"
"kau pergi kemana? Kenapa jam segini belum pulang?" tanya ibu karena waktu sudah mulai sore "astaga, aku lupa bilang kalau aku kerja lembur hari ini bu" ucap oliv
"Baiklah, nanti ibu sampaikan pada Yumi supaya dia tidak menunggumu pulang terlalu larut malam"
"Dimana anak itu sekarang?"
"Dia baru saja makan nasi dan sekarang makan ice cream, oh iya tadi ibu menemukan jepit rambutmu"
"Jepit rambut?"
"Iya jepit rambut mutiara yang selalu kau tanyakan karena hilang setahun yang lalu itu"
"Itu sudah sangat lama bu, bagaimana bisa aku mengingatnya"
"Padahal kau selalu mencarinya seperti orang gila karena itu pemberian dari mantan suamimu dulu"
"Tapi sekarang benda itu sudah tidak terlalu penting lagi bagiku bu, berikan saja pada yumi pasti dia lebih menyukainya"
"Baiklah, yasudah sana kerja lagi!"
"Iya, sampai jumpa nanti"
Bagai sebuah jepit rambut yang hilang itu, kenangan bersama oliv di hidup barra, menghilang tanpa di sadari dan tak pernah di cari lagi bagai sebuah ingatan yang dianggap tak berguna.
Karena perusahaan mengharuskannya untuk ikut jam lembur di hari ini, seharian bekerja dengan berbagai rintangan yang ada tampaknya wajah oliv sudah sangat kelelahan. Begitu ia selesai menyiapkan dokumen rapat terakhir hari ini, sesegera mungkin dirinya berjalan ke ruang rapat untuk menata beberapa tumpukan kertas itu di meja rapat.
"Ekpresi apa yang kau buat tadi?!" sindir Cindy tak suka saat olivia baru saja masuk ke ruangan itu. Tentu saja bukan dia seorang yang tak suka melihatnya, perasaan yang sama pun juga di rasakan oleh oliv yang begitu muak melihat wajah angkuhnya setiap saat.
"Memangnya apa?!" Jawab oliv
"Ekspresimu itu terlihat seperti sedang terganggu oleh sesuatu" sindirnya lagi
padahal sejauh ini oliv sudah sangat mengontrol mimik wajahnya agar sebisa mungkin tak ketara, tapi tetap saja lawan bicaranya yang satu ini selalu mencari perkara dengan berkata omong kosong yang dapat mengakibatkan adu mulut itu terjadi.
"Apa maksudmu, aku biasa berekspresi seperti ini" jawab oliv cuek saja, mungkin karena ia sudah lelah bekerja seharian sampai sore dirinya sudah tak punya energi untuk meladeni ucapan Cindy.
"Begitukah, ya aku sih hanya bertanya karena kau tampak kecewa, tapi karena kau berkata demikian maka aku ikut lega" celotehnya
"Iya" jawabnya singkat sembari menghela nafas
"Sebaiknya kamu lebih bisa mengontrol ekspresi wajahmu karena siapapun yang melihatnya pasti tidak akan suka, dan sebagai informasi saja posisiku jauh lebih tinggi darimu disini, jadi sebaiknya kau ikuti saranku itu"
"Iya terima kasih" saut oliv tak panjang lebar
Perkataan omong kosong apa lagi ini, kenapa rasanya semakin lama aku merasa kalau Cindy sangat mirip dengan anjing tetanggaku yang terus menggongong setiap hari itu, batin oliv.
Apa yang sebenarnya Cindy maksud oliv sudah tidak peduli karena Cindy masih tetap sama seperti dulu, mungkin hanya ukuran tubuhnya saja yang semakin tinggi. Tapi dia tidak berubah entah itu dulu ataupun yang sekarang karena hakikatnya dia bukanlah orang yang baik secara keseluruhan, sementara oliv hanya bisa mengutuknya dalam diam untuk meminimalisir rasa jengkel di hatinya.
Waktu terus berjalan dari menit ke menit telah terlalu, terlihat semua orang juga perlahan mulai berdatangan memenuhi ruang rapat, perasaan sesak yang semula ada kini terobati karena sudah ada orang lain di ruangan itu.
Ketika rapat berjalan setengah waktu, tiba-tiba saja direktur barra memasuki ruangan itu tanpa sepengetahuan semua orang, entah alasan apa yang membuatnya ingin memasuki ruang rapat seenak jidatnya tanpa memperhatikan kenyamanan orang lain di ruangan itu.
"Direktur !" ucap bu Miran terkejut
"Jangan hiraukan aku, lanjutkan saja rapat kalian" ucapnya santai
Sontak saja semua anggota rapat tampak terkejut begitu melihatnya masuk dengan lenggang menuju kursi yang berhadapan langsung dengan oliv. Mereka yang tak tahu menahu mengira bahwa kedatangan barra ke ruang rapat hanya karena ada Cindy di sana dan kebetulan sekali posisi mereka juga sangat berdekatan saat itu, Barra langsung duduk di samping kursi yang di tempati oleh Cindy. Tentu saja raut wajah wanita itu tampak kegeeran karena dia kira barra ingin menunjukkan kemesraan hubungan mereka secara gamblang di ruang rapat. Namun, sejujurnya bukan itulah tujuannya datang kesana, ada maksud tersembunyi yang menyebabkan mengapa dia datang ke ruangan itu. Sebuah tatapan serta senyuman manis yang Barra tunjukkan pada oliv sudah sangat tertera jelas di wajahnya bahwa lelaki itu sudah mulai tertarik dengan mantan istrinya dulu yang telah ia lupakan.