Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KOTA MAFIA
Kota itu bukan hanya penuh dengan kekerasan, tetapi juga dikuasai oleh berbagai kelompok mafia yang saling bersaing untuk menguasai wilayah.
Bus antarkota yang ditumpangi Yuanyun melambat ketika mendekati terminal kecil yang tampak kumuh. Udara di sekitar penuh dengan asap knalpot yang pekat dan bau lembap dari saluran air yang tersumbat. Ketika ia turun, pandangannya langsung disambut oleh pemandangan jalanan yang kacau: bangunan tua dengan cat mengelupas, grafiti yang menandai wilayah kekuasaan geng, dan orang-orang dengan tatapan waspada yang seakan siap menyerang kapan saja.
Yuanyun berjalan dengan tenang menuju minimarket terdekat, menghindari tatapan tajam dari penduduk setempat. Pintu minimarket berderit ketika ia mendorongnya terbuka. Ding-ding! Bel pintu otomatis berbunyi pelan, tetapi suasana di dalam tidak kalah tegang. Rak-rak barang tampak tidak terawat, dengan beberapa rak kosong dan debu yang menumpuk. Di dekat kasir, tiga pria berpenampilan kasar berdiri mengelilingi seorang penjaga kasir yang tampak ketakutan.
"Hei, bukankah sudah kubilang? Ini sudah lewat tiga hari!" teriak salah satu pria yang tubuhnya penuh tato, memegang kerah baju kasir dengan kasar. "Kau bahkan tak punya sepeser pun! Apa kau pikir kami main-main?"
"T-tolong... beri aku waktu lima hari lagi. Aku janji, aku akan bayar semuanya, termasuk dendanya!" jawab kasir itu dengan suara gemetar, peluh menetes di dahinya.
Ketegangan semakin memuncak hingga tiba-tiba pintu minimarket terbuka dengan keras. Ding-ding! Suara bel pintu terdengar lebih nyaring kali ini. Semua orang, termasuk Yuanyun, menoleh ke arah pintu. Seorang pria bertubuh besar dengan kulit putih pucat melangkah masuk. Rambut merah pendeknya terlihat rapi, tetapi sorot matanya dingin. Sepatu botnya yang berat mengeluarkan suara dentaman setiap kali menyentuh lantai, menciptakan suasana yang semakin mencekam.
Tanpa banyak bicara, pria besar itu mendekati kelompok preman tersebut. Dengan satu ayunan tinju, dia menghantam salah satu dari mereka hingga terjatuh ke rak, menyebabkan botol-botol minuman berserakan di lantai. Bugh! Preman lain yang mencoba melawan langsung dihantam dengan tendangan keras di perutnya. Suara pukulan, rintihan kesakitan, dan benda-benda yang jatuh mengisi ruangan kecil itu, membuat Yuanyun tertegun di tempatnya.
Salah satu preman yang tersisa, dengan tangan gemetar, mengeluarkan pistol dari balik jaketnya. Dia menembak tanpa ragu. Duar! Suara tembakan menggema, tetapi sesuatu yang aneh terjadi. Peluru itu seolah menabrak dinding tak kasatmata di sekitar tubuh pria besar tersebut. Peluru itu terpental, menghantam rak di sisi lain. Sebuah energi tak terlihat, bercahaya samar, melingkupi pria itu seperti perisai.
Yuanyun memandangi pemandangan itu dengan mata melebar. Energi itu terlalu dikenalnya. "Innérzjä? Apakah dia seorang...?" gumamnya dengan nada pelan, penuh rasa ingin tahu.
Pria besar itu bergerak cepat. Dalam satu langkah panjang, ia mencengkeram leher preman yang memegang pistol, mengangkatnya sedikit dari lantai. Suaranya dalam dan mengintimidasi saat ia berbicara. "Katakan pada White Tiger bahwa kontrak harus ditandatangani sebelum matahari terbenam. Jika tidak, kami akan membersihkan kalian semua. Mengerti?"
Preman itu mengangguk cepat dengan wajah penuh ketakutan. Pria besar itu melepaskannya, membiarkannya jatuh ke lantai dengan bunyi keras. Setelah itu, dia berjalan keluar minimarket tanpa menoleh ke belakang.
Yuanyun menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia mengambil beberapa barang dari rak, lalu menuju meja kasir. Kasir itu masih terlihat terguncang, matanya kosong, tidak memperhatikan Yuanyun sama sekali. Akhirnya, Yuanyun meninggalkan uang di meja, memastikan nilainya sesuai dengan barang-barang yang ia ambil, lalu pergi.