Mampuhkan sesosok wanita muslimah itu menaklukkan hati suaminya yang berhati dingin melalui doa malam nya, berhasilkah atau sebaliknya yang akan terjadi di dalam pernikahan mereka hasil perjodohan itu.
Dan bagaimana kelanjutannya ikuti terus kisahnya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda sri ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4.
"Ngapain kamu masih di situ, masih terpesona ya sama wajah rupawan saya. tapi jangan berharap saya mau sama kamu karna sampai kapan pun itu gak akan pernah terjadi.” ucap dewa dengan lantang, begitu sambil tatapan tajam pada Laila. sedangkan laila sendiri hanya tertunduk walau hati nya sakit, namun ia tidak boleh nampak lemah di depan sang suami, yang tidak menganggap dirinya. lalu tanpa kata-kata pun Laila beranjak dari hadapan dewa menuju dapur menyimpan dengan menyiapkan luka di dalam hatinya, dan soal olah tidak perduli apapun yang dewasa bilang.
Sedangkan dewa yang melihat Laila pergi begitu saja, tanpa menjawab pertanyaannya menjadi kesal sendiri selalu ia pun beranjak dari ruang tamu ,untuk masuk ke dalam kamar pribadinya buat membersihkan diri untuk berangkat bekerja.
Sudah sampai di dapur Laila menghembuskan nafas untuk menenangkan dirinya dan melupakan apapun yang terjadi tadi.
"Ayo Laila kamu nggak boleh lemah nggak boleh ya terpuruk di depan suami kamu, ayok tunjukkan kalau kamu bisa membuat dia bertekuk lutut kepada mu suatu saat nanti.” ujarhati Laila dengan menguatkan diri sendiri.
Lalu setelah itu Laila membuka kulkas yang berada di dapur itu dan melihat apa ada bahan masakan yang bisa ia masak buat sarapan pagi ini. Setelah mencari-cari Laila hanya menemukan beberapa butir telur dan sepotong sosis, beruntung saja persediaan beras masih ada walaupun tidak banyak, lalu setelah itu ia memasak beras lalu meracik bumbu yang akan ia buat nasi goreng buat sarapan pagi hari ini sebelum ia memulai aktivitas mengajar seperti biasanya.
Dengan cekatan dan kelihayan tangannya Laila membuat nasi goreng tersebut tidak memakan waktu begitu lama, sampai akhirnya nasi goreng itu pun sudah siap dan tersaji di meja makan, sampai harum masakan Laila masuk ke dalam kamar mewah dewa, membuat sang empu yang mencium masakan tersebut menjadi lapar seketika, lalu setelah ia siap dengan jasnya dia pun keluar dari kamar untuk melihat siapa yang berani masak di dapurnya tersebut.
Dan ketika sampai di dapur dengan menghentikan langkahnya ketika melihat Laila sedang mencuci perkakas yang tadi ia gunakan, sampai tidak sadar ketika ia berbalik dewa sudah ada di belakang dia dengan menyenderkan bahunya ke sendaren pintu.
"Astaghfirullahaladzim.” Laila begitu kaget dengan dewa yang tepat berada di depannya, Untung saja dia tidak punya penyakit jantung, kalau punya mungkin ia sudah pingsan duluan karena penyakitnya jantungnya kambuh melihat dewa yang berdiri tegak di hadapannya, tanpa senyuman sama sekali dingin macam kanebo kering. Lalu ia pun berucap.
"Oh rupanya kamu tahu yang masak, karena kirain ada orang lain, dan kenapa kamu kaget melihat saya seperti hantu saja." ujar dewa masih dengan wajah tanpa ekspresi dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
"Hemm, iya tadi saya masak ,kemarin kan di perjanjian saya boleh melakukan apapun di apartemen Anda kan ,jadi tidak ada yang salah dan kalau saya masak di sini." timpa Laila dengan berani mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah arah sang suami.
Sedangkan dewa yang melihat Laila dengan intens, namun tak begitu lama ia pun sadar dan membuang pandangannya ke arah lain lalu berucap.
"Silakan saja kamu melakukan apa saja di apartemen milik saya, namun saya minta jangan ada yang berantakan apalagi yang barang kotor berceceran di sana dan sini, karna saya paling tidak suka melihat ruangan yang berantakan. dan satu lagi, ini kartu debit buat kamu, buat kebutuhan apartemen ini dan nafkah dari saya untuk kamu dan kamu tidak perlu masak untuk saya karena saya tidak akan makan di sini kamu urusi saja kebutuhan kamu sendiri." setelah itu dewa pun pergi dari hadapan Laila, padahal waktu masih menunjukkan pukul 06.00 pagi namun ia sudah berangkat,Laila aku sendiri pun tidak tahu suaminya itu kerja apa karena sejak awal ia dijodohkan oleh orang tuanya tidak ada yang memberitahunya sama sekali sampai detik ini.
Lalu Laila mengambil kartu yang diletakkan di meja makan ,sambil menghela napas ia pun masuk ke dalam kamar untuk persia-siap pergi mengajar, ya benar, Laila adalah seorang guru di sekolah dasar di salah satu sekolah di ibukota tersebut. setelah Laila berberes dan mengenakan baju seragam sekolah serta hijabnya ia pun keluar menuju dapur untuk mengambil nasi goreng yang ia buat tadi, dan memasukkannya ke dalam bekal makanan ia akan memakan bekal nasi tersebut jam istirahat sekolah nanti.
Ini jam sudah menunjukkan pukul 06.40 pagi,dengan cepat Laila membereskan tempat tersebut dan pergi meninggalkan apartemennya lalu turun dengan lift menuju lantai bawah. Sampainya di lantai bawah lalu menepuk keningnya karena ia melupakan sesuatu yaitu, kendaraan untuk menuju sekolah tempat ia mengajar di sana.
"Ya Allah kenapa aku bisa lupa ,kan motor masih di rumah ayah sama ibu ya udahlah sehabis mengajar nanti mampir bentar ke rumah dan sekalian belanja kebutuhan dapur, sekarang naik angkot ajalah dulu, sudah agak telat juga ini.” gumam Laila, lalu berjalan ke tepi jalan besar untuk menyetop angkot, dan tak lama ia berdiri angkat pun datang dari arah kanan lalu, setelah itu ia pergi menuju sekolah tempat yang mengajar.
Untung saja jam 07.15 Laila sampai di sekolah, dan
dengan terburu-buru ia turun dari angkot dan membayar ongkos lalu berjalan cepat menuju gerbang yang Untung saja belum ditutup oleh pak satpam.
"Assalamualaikum pak Basir." sapa Laila kepada satpam itu, dengan senyuman hangat, yang menunggu di gerbang sekolah.
"Waalaikumsalam buk Laila, tumben telat biasanya paling cepat berangkatnya daripada yang guru yang lain." ujar pak Basir satpam di sana, dengan membalas sapaan senyum laila.
"Hehehe iya pak, tadi ada sedikit kendala makanya saya telat, kalau gitu saya masuk dulu ya pak assalamualaikum.” pamit Laila, dengan cepat berjalan ke arah sekolah.
"Waalaikumsalam Bu Laila,aduh bu laila udah cantik banget, solehah baik pula, kalau saya ganteng udah saya gaet ibu, semoga aja yang menjadi suaminya bu Laila sangat bersyukur beristrikan buk laila nanti nya." tutur kata pak Basir yang melihat Laila masuk ke dalam sekolah.
Dengan cepat Laila masuk ke ruangan guru, dan sampai sana ia bertemu dengan sahabat, yaitu citra adinda dan ayu melati,serta menyapa guru-guru yang lain dengan sopan, lalu Laila duduk di bangku yang tertera nama nya.
"Assalamualaikum Bu laila yang cantik,apa kabar,makin cantik aja hari ini." ujar citra sambil mendekati Laila yang baru saja sampai
" Waalaikumsalam Bu Citra kamu juga cantik kok begitupun dengan buk ayu." jawab Laila dengan senyuman manis,serta sempipit yang ada di kedua pipi nya,akan terlihat bila ia tersenyum.
" Is kamu bisa aja Laila." kata ayu yang menyambung obrolan mereka.
Nah kenapa Citra dan ayu tidak menanyakan kabar pernikahan ia dan dewa, karena pernikahan tersebut tidak diumbar oleh Laila sendiri dikarenakan atas permintaan dari dewa waktu pertama kali mereka mau menikah, awalnya sih Laila keberatan namun, setelah ia pikir-pikir lagi, apalagi sang suami tidak menyukai pernikahan mereka. apa lagi pernikahan mereka cuma bertahan selama satu tahun, mungkin itu juga alasan salah satu dewa menyembunyikan pernikahan mereka dari teman-teman atau kerabat mereka karena tidak mau memperkenalkan diri sebagai istrinya, yang orang dari kalangan biasa. Namun Laila tidak boleh menampakkan kesedihan di depan teman-temannya,agar mereka tidak curiga.
"Ya udah yuk ,kita ke kelas masing-masing, pelajaran akan segera dimulai kalau gitu aku pergi dulu ya assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab di Citra dan ayu yang duduknya tidak jauh jauh.
"Kamu menyadari nggak sih, adanya beres dengan Laila, apa lagi ia izin 2 hari.” ucap ayu yang sejak pertama memperhatikan Laila namun ia tidak berani terucap ketika ada orangny, dana baru sekarang ini mengeluarkan rasa penasarannya kepada Citra.
"Aku pun juga begitu, namun aku tidak mau buru-buruk sangka ya udahlah nggak usah dipikirkan lagi begitu kita langsung masuk aja ke dalam." kata citra sedangkan ayu mengikuti mengikuti apa kata Citra saja walaupun dengan penasaran tinggi, lalu meninggalkan ruang guru untuk masuk dalam kelas siswa mereka masing-masing.
.....