Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.
Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?
"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."
"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Dudut Si Pembuat Onar
Dudut sedang berlarian menganggu Kani yang sedang sibuk bersiap-siap berangkat kerja.
"Dut. Di rumah yang baik ya. Jangan buang air sembarangan oke," ucap Kani sambil menggendong kucingnya yang bernama Dudut.
Dua hari yang lalu ia menemukan kucing kecil itu di dekat rumah baswara sedang kedinginan mencoba mencari tempat berteduh dari hujan yang turun, Kani merasa iba dan berinisiatif untuk merawatnya. Ia membawanya masuk ke rumah dan membersihkan tubuh kucing berwarna coklat muda itu.
Kani mengecek semua hal sebelum dia pergi dan memastikan pintu rumah terkunci lalu melangkah keluar. Di depan rumah terparkir sebuah mobil putih dan keluarlah si pengemudi yang ternyata seorang wanita cantik berambut coklat, kulitnya putih bersih seperti selebriti pikir Kani.
Wanita itu mendekatinya sembari memperhatikan keadaan rumah dari kejauhan, "Permisi, maaf apa kau tinggal di sini?" tanyanya pada Kani yang sedang mengunci pagar
.
"Iya benar." Wanita itu tampak sedang berbicara pada dirinya sendiri.
"Apa Baswara sudah menjual rumah ini?".
Kani dengan cepat menyanggah, "Baswara masih tinggal di sini, maaf anda mencari siapa ya?".
Wanita itu tidak menjawab melainkan memperhatikan Kani dari atas hingga ke bawah seolah-olah sedang menilai sesuatu, "Ah! Kau pasti istrinya yang baru. Kalau begitu aku permisi." Wanita itu lantas kembali masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Kani yang tampak kebingungan.
***
Baswara sampai di rumah sekitar jam delapan malam, ketika masuk rumah dia menyadari Kani belum pulang.
Anak kucingnya tampak sangat bersemangat melihat Baswara melangkah menuju kamarnya dan ternyata langkahnya terhenti karena tepat di depan pintu kamarnya ada kotoran kucing dan membuat pria itu luar biasa kesal
Dia melempar tasnya dengan asal ke sofa di ruang keluarga lalu melepas jas dan melonggarkan dasinya. Diambilnya ponsel dan mencoba menghubungi Kani, tidak diangkat.
Dudut seperti mengetahui kalau pria itu marah, anak kucing itu hanya duduk diam di samping dekat meja makan sambil memperhatikan Baswara yang menatap tajam ke arahnya sampai akhirnya sang pemilik tiba.
Kani melangkah masuk ke dalam rumah dan menemukan Baswara yang sedang berkacak pinggang menatapnya marah.
"Ada apa?" tanyanya bingung.
"Lihat itu!" ucap Baswara sambil menunjuk ke arah pintu di depan kamarnya.
"Ya ampun. Dudut!" Kani merasa bersalah pada Baswara karena awalnya dia berjanji kalau akan menjaga baik-baik kucing itu, namun sekarang malah terjadi hal seperti ini.
"Maaf. Akanku bersihkan." Kani bergegas membersihkan kotoran itu berharap Baswara bisa memakluminya.
"Sudah kubilang di awal. Kalau kau tidak bisa menjaganya bawa dia keluar," ucap Baswara dengan penuh rasa kesal dan dibalas dengan tatapan tajam Kani.
"Ini bukan masalah besar dia hanya buang kotoran dan sudah bersih. Oke ini salahku karena lalai, tapi aku kan tidak bisa menjaganya terus," ucapnya sambil membuang kotoran itu ke tempat sampah. Kani mengambil Dudut dan menggendongnya.
"Lalu kenapa kau membawanya masuk ke rumah. Lihat, kau bahkan tidak bisa mejaganya kan," ucap Baswara yang masih berapi-api.
"Dia kedinginan di luar sana dan aku sebagai manusia yang punya hati memutuskan untuk menjaganya di sini." Kata-kata Kani terasa punya maksud tertentu pikir Baswara.
"Jadi maksudmu aku tidak punya hati?".
Kani membalasnya, "Aku tidak bilang begitu, meskipun aku juga mempertanyakannya. Tapi yang pasti aku memohon kebaikan hatimu. Hanya sampai aku menemukan tempat baru untuknya." tidak sampai disitu Baswara maju beberapa langkah dan berhenti dekat sekali dengan tempat Kani berdiri.
"Kurasa kau terlalu nyaman di rumah ini," dagu Kani terangkat tanda menerima perang yang digaungkan pria itu.
"Bukankah memang seharusnya begitu? aku ingat di dalam kontrak ada pernyataan yang berbunyi 'Pihak pertama harus membuat pihak kedua merasa nyaman dan aman tinggal bersamanya' dan sekarang aku sedang membuat diriku nyaman di sini." Mereka pun saling memandang tajam seakan tatapan itu bisa membunuh satu sama lain.
"Kau benar-benar menyebalkan," sahut Baswar berlalu dari hadapan Kani.
Wanita yang juga kesal itu balas berbisik, "Dasar manusia tidak punya hati."
Keesokan harinya Kani sedang menikmati hari liburnya. Sore nanti dia membuat janji dengan Chika untuk jalan-jalan bersama sebelum bertemu dengannya Kani memutuskan untuk pulang ke rumah lamanya sekaligus untuk mengambil barang di sana.
Setibanya di rumah yang selalu membuatnya rindu akan kehadiran samg nenek, dia menemukan Kevin yang sedang memperbaiki lampu depan.
"Apa lampunya mati?" tanyanya yang membuat pria itu terkejut.
"Kau mengejutkanku. Dari dua hari yang lalu lampunya mati aku baru sempat menggantinya sekarang," Kevin pun perlahan naik ke tangga untuk mencapai lampu yang rusak dan menggantinya dengan yang baru, sementara Kani memegangi tangga itu.
Setelahnya Kani dan Kevin duduk bersama di teras depan, memandangi taman neneknya yang terbengkalai. Dia berharap nanti bisa menyisihkan sedikit waktu untuk menata ulang taman itu.
Kevin sekilas memandangi wanita itu yang tampak cantik mengenakan mini dress bermotif floral dipadukan dengan jeans biru muda sedangkan rambutnya dikuncir asal-asalan.
"Ada bekas cakaran kucing di tanganmu," ucap Kevin sedikit khawatir.
"Oh ini, aku baru saja membawa seekor kucing dari jalan, dia masih kecil dan tidak punya tempat tujuan," ujar Kani memberi penjelasan singkat.
"Dulu aku juga punya satu, tapi kemudian mati tertabrak mobil. Mungkin aku akan mencoba mencari seeekor kucing untuk dirawat, jika dipikir-pikir aku punya cukup waktu untuk merawatnya," Kani langsung terpikirkan ide cemerlang dan kemudian dengan mata berbinar menatap penyewanya itu
.
"Apa kau mau merawat kucingku?" tanyanya berharap.
"Aku? Boleh saja. Tapi kau tidak keberatan ?" Kani akhirnya bisa lega mendengarnya.
"Tentu saja tidak. Aku akan sangat senang kalau kau mau merawatnya karena untuk sekarang sepertinya aku dalam keadaan yang sulit untuk menjaganya, aku sangat berterima kasih," ucap Kani senang sambil memberi senyum cerahnya pada Kevin yang terpesona melihatnya
.
"Tidak masalah bagiku."
Tepat pukul lima sore Chika menjemput Kani di rumah neneknya, sepanjang perjalanan didalam mobil temannya itu sibuk bertanya tentang penyewa barunya, kasihan Axel pikirnya.
"Kau tau. Axel akhir-akhir ini selalu bertanya apakah aku ingin menikah segera, aku jadi agak risih dengan itu," Kani yang mendengarnya langsung duduk tegak dan menatap temannya dengan senang.
"Bukankah itu hal yang bagus, lagipula kau punya mimpi untuk menikah diumur 30-an kan," Chika sebagai subjek dari pembicaraan itu tampaknya kurang setuju.
"Sejujurnya aku sudah tidak lagi punya keinginan itu. Aku merasa hubungan kami belum sedalam itu untuk melangkah ke tahap yang lebih serius." Kani setidaknya paham dengan apa maksud temannya itu.
"Apa kau sudah menjelaskan itu padanya? Supaya dia tidak salah paham," ucap Kani sambil melihat pemandangan di luar.
"Biar saja dia terus mencoba sampai lelah, aku ingin tau seberapa gigih pria itu," ucap Chika disambut tawa pelan Kani di sampingnya
Chika memarkirkan mobilnya di pinggir jalan besar mereka memutuskan untuk mengunjungi kesalah satu toko baju favorit temannya itu yang terletak di ujung jalan.
Sebelum keluar dari mobil pandangan Kani bertumpu pada satu titik tidak jauh dari tempatnya berada ada seseorang yang terasa tak asing, "Itu Baswara kan?" ucapnya tak melepas pandangan.
Chika pun menoleh ke titik yang sama dengan Kani dan dia terkejut melihat seseorang yang baru saja keluar dari sebuah restoran menyusul Baswara.
"Sial! Dia sudah kembali," ucap Chika gusar.
Kani sama sekali tidak tau apa maksud temannya itu, "Memangnya itu siapa?" dengan helaan nafas panjang dia menoleh pada Kani yang sedang penasaran.
"Hany, dia mantan Baswara yang dulu pernah kuceritakan.
***
Pukul jam tiga dini hari, Baswara kembali terbangun dari tidurnya ini sudah yang kesekian kali dia tidak pernah bisa tidur nyenyak, selalu saja tiba-tiba terbangun di waktu dini hari seperti ini. Dia berjalan ke dapur yang gelap gulita dan mengambil segelas air putih dan menenggaknya.
"Tidak!" Kani menjerit pelan terbangun dari tidurnya, peluh keringat membasahi keningnya lagi-lagi mimpi yang sama pikirnya. Mimpi buruk dari seseorang yang tidak pernah mau ia temui lagi seumur hidupnya.
Kani bergegas turun dari ranjangnya dan melangkah turun menuju dapur yang tampak sangat menakutkan di malam hari karena tidak ada penerangan apapun.
Kani melangkah pelan sembari menyibak rambutnya yang berantakan. Tiba-tiba matanya terpaku pada sosok bayangan tinggi yang sedang bersender di depan kulkas, bayangan itu tiba-tiba mendekat dan terasa semakin membesar.
"Akhh! Tolong jangan ganggu aku. Kumohon pergilah," ucap Kani yang sangat ketakutan sampai-sampai ia meringkuk dilantai untuk melindungi dirinya.
"Ini aku. Berisik sekali," ucap seseorang yang ia kenali suaranya.
"Bas? Apa yang kau lakukan pagi-pagi buta begini?" tanya Kani setelah lampu dapur dinyalakan dan menyadari bahwa Baswara yang ada di hadapannya sedang berjongkok sembari menyentil pelan dahinya.
"Kurasa pertanyaan itu harus ditujukan padamu. Sudahlah, sana kembali tidur dan jangan membuat keributan lagi," ucap Baswara sembari bangkit berdiri berjalan menuju ruang kerja yang berada tepat di sebelah kamarnya.
"Kenapa tidak kembali tidur?" tanya Kani memperhatikan pria itu, dijawab Baswara sambil lalu.
"Aku tidak bisa tidur lagi."
Baswara duduk di kursi kerjanya sembari memijat pelan kepalanya, beberpa tumpukan berkas tertata rapi di atas meja ada yang sudah dibacanya dan sebagian belum.
Baswara mencoba meraih salah satu dari dokumen itu namun tiba-tiba suara ketukan pintu menghentikannya. Kani sedang berdiri di luar sambil membawa secangkir minuman dan menyodorkannya.
"Ini teh chamomile. Biasa aku minum kalau tidak bisa tidur. Minumlah," ucap wanita itu sembari tersenyum menatap Baswara dengan mata coklatnya yang entah kenapa dia selalu merasa terhipnotis tiap kali memandanginya.
Besok paginya Kani turun ke bawah dan tidak mendapati sosok Baswara di manapun, hanya ada suara berisik dari Dudut yang mengeong minta makan.
Setelah mengurusi si kucing Kani tadinya akan kembali ke kamar dan bersiap-siap untuk pergi namun Baswara tiba-tiba pulang dengan tampang yang lelah sehabis lari pagi.
"Aku lapar. Bisakah kau membuatkan ku si tuan smile itu?" tanyanya sembari menenggak air dingin yang dibalas dengan tatapan bingung Kani.
"Nasi goreng dengan telur aneh yang tersenyum itu," ujar Baswara menjelaskan.
"Ah. Baiklah tapi kuingatkan untuk jangan terlalu sering memakannya. Nanti takutnya kau jatuh hati padaku," canda Kani yang segera mempersiapkan bahan-bahannya.
"Jangan mimpi," ucap Baswara sembari menyentil pelan dahi Kani.
Kurasa aku bahkan takut untuk memikirkan hal itu batin Kani sambil memandangi punggung pria itu.