NovelToon NovelToon
Berondongku Suamiku

Berondongku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Ibu Tiri
Popularitas:63.9k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Kirana harus menerima kenyataan bahwa calon suaminya meninggalkannya dua minggu sebelum pernikahan dan memilih menikah dengan adik tirinya.

Kalut dengan semua rencana pernikahan yang telah rampung, Kirana nekat menjadikan, Samudera, pembalap jalanan yang ternyata mahasiswanya sebagai suami pengganti.

Pernikahan dilakukan dengan syarat tak ada kontak fisik dan berpisah setelah enam bulan pernikahan. Bagaimana jadinya jika pada akhirnya mereka memiliki perasaan, apakah akan tetap berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga Puluh Satu

Begitu Mami Vania keluar dari apartemen sambil melemparkan kalimat-kalimat yang seharusnya dilampirkan biaya terapi, suasana tiba-tiba sunyi. Hening. Hanya terdengar suara AC yang mendengung pelan dan detak jantung dua orang dewasa yang baru mengalami kerusakan mental sementara.

Samudera dan Kirana sama-sama menatap pintu yang baru saja tertutup, seperti berharap kalau Mami akan kembali lalu berkata, “Tadi bercanda, kok.”

Tapi tidak. Kirana menghela napas panjang, wajahnya masih merah seperti habis sprint dari ujung tol ke ujung tol lagi. “Um … aku ambil air minum dulu ya.”

“Ah iya … iya. Minum, silakan … harus." Samudera gugup tak tahu harus bicara apa. Sam merasa otaknya error. Cache nya penuh.

Tak beberapa lama kemudian, mereka akhirnya beres-beres lagi atau lebih tepatnya, kabur dari suasana canggung yang diciptakan oleh ibunya. Sam menawarkan diri mengantar Kirana pulang untuk mengambil beberapa dokumen penting yang ia butuhkan.

Dan di sinilah mereka sekarang. Langit sore tampak cantik ketika mobil sport mewah milik Samudera berhenti perlahan di depan rumah keluarga Kirana. Mobil itu terlalu mencolok untuk lingkungan kompleks yang biasanya hanya dilewati sepeda motor, mobil keluarga, atau kadang pedagang cilok.

Mesin mobil mengaum lembut sebelum mati. Samudera menoleh, memastikan Kirana benar-benar baik-baik saja.

“Kamu yakin nggak apa-apa pulang sendiri? Mau aku temenin masuk?” tanya Sam, suaranya pelan, nada hati-hati seperti dia bicara sama kucing liar yang mudah kabur.

Kirana menggeleng cepat. “Nggak usah. Aku cuma ambil berkas kok.”

Samudera mengangguk. “Oke. Aku tunggu di sini. Ingat, biarkan aja baju-bajumu. Nanti kita beli pulang dari sini. Uang amplop yang Mami berikan banyak. Cukup buat beli bajumu hingga beberapa tahun ke depan."

"Aku tak butuh banyak baju. Simpan saja uangnya. Aku masuk dulu."

Kirana membuka pintu mobil dan turun. Angin sore membuat rambutnya sedikit berantakan, tapi justru membuatnya terlihat cantik. Samudera sempat terpana beberapa detik. Untung Kirana nggak lihat.

Begitu Kirana menutup pintu mobil, dua pasang mata langsung melebar kaget dari teras rumah. Irfan dan Tissa.

Dua manusia yang entah kenapa selalu tampak seperti sedang ikut kompetisi “Siapa yang paling ingin membuat hidup Kirana susah”.

Di teras, keduanya sedang duduk sambil minum teh. Begitu melihat Kirana keluar dari mobil sport yang bisa bikin tetangga ngomong tujuh RT, mereka langsung berdiri.

“Kak Kirana?” tanya Tissa pelan.

Irfan langsung mengintip mobilnya. “Itu … mobil siapa tuh?”

Kirana sama sekali tidak menoleh. Tidak menyapa. Tidak senyum. Tidak memberi salam pembuka. Ia berjalan lurus-lurus saja ke pintu rumah seperti robot yang sudah disetting hanya untuk tujuan tertentu.

Saking fokusnya, Tissa dan Irfan sampai harus minggir untuk menghindari tabrakan.

"Sombong banget, mentang-mentang dapat orang kaya. Awas aja nanti kalau ternyata hanya buat mainan. Aku akan tertawa paling keras," ucap Tissa.

"Kirana sepertinya sudah melupakan aku. Tak ada sedikitpun perasaan padaku lagi," ucap Irfan dalam hatinya.

Kirana membuka pintu rumah, masuk, dan menutupnya tanpa kata.

Di ruang tengah, Papa Kirana sedang duduk santai menonton acara TV dengan volume pelan. Saat melihat putrinya masuk, wajahnya langsung berubah, bukan lagi datar, bukan marah. Tapi hangat.

“Loh, Kirana?” Papa menurunkan remote. “Kamu pulang, Nak?”

Kirana tersenyum kecil. “Iya, Pa.”

Papa berdiri, mendekat. “Kamu mau menginap? Kamar tamu sudah Papa bersihkan. Ada selimut baru, bantalnya Papa jemur pagi tadi. Kamu pasti capek kan?”

Kirana menggeleng halus, langkahnya menuju kamarnya. “Pa, aku sudah bilang dari dulu. Kalau aku sudah menikah, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Aku cuma ambil berkas-berkas penting. Habis itu pulang.”

Papa tertegun, tapi matanya lembut. “Nak … menginaplah. Sebentar saja. Kamu kan masih pengantin baru. Apa kata tetangga nanti?”

Kirana menghela napas. “Pa … bukankah selama ini Papa tak pernah peduli. Aku rasa tak ada pengaruhnya aku menginap atau tidak!"

“Kiran, jangan salah paham. Papa juga sayang kamu."

"Pa, aku mau cepat. Maaf ...."

"Baiklah, lain kali kamu harus menginap." Papa menatap ke arah pintu. “Mana suamimu?”

Kirana berhenti, memicing sedikit. “Suamiku ada di luar. Tunggu di mobil.”

Tatapan Papa langsung berbinar seperti lampu jalan yang tiba-tiba nyala pas magrib.

“Oh? Dia ikut antar kamu?” Wajah papa seperti baru dapat voucher belanja. “Tunggu sebentar.”

Papa berjalan cepat ke luar rumah, meninggalkan Kirana yang memijat kening karena tahu apa yang akan terjadi.

Begitu Papa muncul di halaman depan, Irfan dan Tissa langsung bengong melihat beliau melewati mereka tanpa salam, tanpa komentar, tanpa ceramah. Fokusnya cuma satu, mobil sport di depan rumah.

Samudera yang sedang duduk dengan kaca jendela terbuka sedikit, kaget waktu melihat satu sosok tiba-tiba mendekat. Samudera buru-buru buka pintu dan turun.

“Pa! Eh ... Pak! Om!” Samudera gugup, bingung harus manggil apa. “Selamat sore!”

Papa tertawa pelan. “Panggil Papa saja, Sam.”

Dari dalam mobil, Sam bisa merasakan Kirana memutar bola mata walau tidak melihatnya langsung. Tapi Sam tidak berani protes.

Papa mendekat, senyumnya hangat, tidak dibuat-buat. “Sam, ayo masuk. Mampir dulu. Kita makan malam bareng. Kamu sama Kirana belum makan. Papa sudah masak asem-asem daging.”

Samudera melirik pintu rumah lalu kembali kepada papa. “Wah, terima kasih banyak, Pa. Tapi, aku nggak bisa lama-lama. Ada kerjaan nanti malam.”

Papa menepuk bahu Samudera pelan, gesturnya penuh kehangatan. “Oh begitu. Kalau begitu lain kali ya. Tapi kamu boleh, kok, menginap kalau capek. Rumah ini rumah kamu juga.”

Di teras, Tissa hampir saling mencubit lengan sendiri, tidak percaya bahwa Papa mereka bisa sesopan dan selembut itu.

“Pa …,” panggil Tissa pelan, tapi Papa mengabaikan.

Samudera tersenyum simpul tapi sopan. “Terima kasih banyak, Pa. Lain kali aku mampir. Hari ini aku benar-benar harus pulang setelah Kiran selesai.”

Papa mengangguk. “Tidak apa. Yang penting kamu antar dia dan jaga dia baik-baik. Papa senang melihatnya datang denganmu.” Samudera hanya bisa mengangguk.

Papa lalu merentangkan tangan, memberi isyarat. " Kalau gitu masuk sebentar, Sam. Ngobrol di teras juga boleh. Papa buatkan teh.”

Sam kembali menggeleng pelan. “Nggak apa, Pa. Aku nunggu di mobil saja. Biar Kirana cepat selesai.”

Papa akhirnya mengiyakan walau terlihat sedikit kecewa. Papa menatap Irfan dan Tissa yang hanya berdiri di teras sambil menatap Sam seperti menatap hamba Allah yang tersesat tapi kaya.

“Tissa, kamu kenapa bengong? Ayo, bantu Kirana. Jangan bikin dia kerja sendiri,” ucap Papa keras, nada tegas namun penuh wibawa.

Tissa tampak cemberut. Dia lalu mengajak suaminya Irfan masuk dengan Papa yang berjalan di belakang mereka.

Sementara itu, Kirana berada di kamarnya. Ia merapikan map-map penting, ijazah, buku tabungan, dokumen kerja, dan beberapa hal lainnya. Tangannya berhenti sebentar saat ia melihat sebuah foto lama: dirinya dan papanya waktu ia masih kecil, di pesta ulang tahunnya yang ke-7.

Itu foto terakhir dia bahagia dengan sang papa sebelum akhirnya pria itu memilih menikahi Mama tirinya, ibu kandung Tissa.

Saat Kirana keluar dari kamar, Tissa berdiri di lorong dengan tangan disilangkan.

“Kak … kamu sekarang bawa mobil mewah ya?” tanyanya ketus.

“Itu mobil Sam,” jawab Kirana datar.

“Ya, sama aja,” gumam Tissa, bibir manyun.

"Jangan sombong Kak. Paling menikahi Kakak hanya sementara!" ucap Tissa. Kirana tak menjawab karena memang betul mereka hanya nikah sementara.

Papa sudah menunggu di sofa, wajah penuh harap. “Nak, yakin tidak mau menginap?”

Kirana mendekat, memeluk papanya sebentar. “Tidak, Pa." Ia cium tangan papa lalu berpamitan. Papa mengantarnya sampai teras.

Samudera membuka pintu mobil dari dalam ketika melihat Kirana keluar rumah sambil membawa beberapa map tebal. Wajah Kirana terlihat lebih tenang, tapi juga ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Samudera segera turun dan membukakan bagasi. “Sini, aku bawakan.”

Kirana meletakkan dokumen-dokumennya, lalu berdiri di samping mobil.

Papa mendekat, menepuk bahu Samudera sekali lagi. “Sam, terima kasih sudah antarkan Kirana.”

“Sama-sama, Pa. Sudah kewajiban saya,” ujar Sam sopan.

Papa tersenyum. “Hati-hati di jalan."

Papa melepas kepergian putrinya dengan tatapan tanpa kedip. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Sementara itu Tissa dan Irfan juga melakukan hal sama. Sepertinya mereka tak rela melihat Kirana bahagia.

**

Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih.

1
Patrick Khan
maaf mam..br kasih like😭😭😭paketan tbtb zonk😭😭🙏🙏✌️
septiana
mertua mu kocak Kirana.. kalau begini terus bisa bisa nikah kontraknya batal jadi nikah beneran. eh,tapi kan emang mereka udah sah Dimata hukum dan agama.. tinggal mereka aja pinter2 ngaturnya..
Apriyanti
semoga kalian secepat nya saling cinta
Taslim Rustanto
ya ampun mamiiii...ceramahnya ngena bngt...mudh" an mereka cepat menyadari perasaanya ya .Daan lupakan surat kontrak itu.....😊😊😊😊
Eka ELissa
astagaaa....mami ....bner lok GK di komporin mreka ingetin nya kontrak Mulu miii....🤣🤣🤣🤭
Eka ELissa
astaga mami mu kocak samudra TPI bner bgt....🤣🤣🤣🤣🤭
Eka ELissa
astagaaa....miii...autho syook samudra dgr tausiah mu miii...🤣🤣🤣
Eka ELissa
lgian mami dtang kyak jaelangku 🤣🤣🤭....mreka Bru knpa tragedi mii...🤣🤣🤭jatoh...kpleset bis itu... lanjut jatuh cinta mii...🤣🤣🤣🤭
Fitra Sari
lanjut KK doubell up ...
Radya Arynda
alhamdulillah ya alloh kirana buah dari ke sabaran mu begitu manis,dan indah mendapat mertua yang baik,,,semogah kalia cepat bucin sampai mati🫶🫶🫶🫶..buat mereka yang menyakitimu menderitan ....🤣🤣🤣🤣
Apriyanti
lanjut thor
Rahma
aq jg ikut gemes sm ocehan mami Vania susah d lawan, g bakal menang lawan mami Vania 😂😂
vj'z tri
penguasa rumah kalau udah bicara gak da lawan lah 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 dah jelas jahil nya sam turunan kanjeng ratu
D_wiwied
tuh mami aja paham Sam
Teh Euis Tea
duhhh mau bgt punya mertua ky mami vania dan papi dirga, sesayang itu dm mantu😍
Eonnie Nurul
mertua nya sungguh di luar Nurul 🤣
D_wiwied
lhaaaa mami yg salah sapa suruh main masuk2 ajaaa 🤭🤭
Ilfa Yarni
mertua yg kayak gini nih yg keren seneng aku sama mami vania udah lah sam daN jg kM Kirana sobek tuh kertas kontrak kalian ga berguna tau ga
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si mami bikin malu🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!