follow Ig mom_tree_17, tik tok Mommytree17 💕
Lara gadis cantik berusia delapan belas tahun, tak menyangka rencana sang Ibu untuk menjebak kakak tiri mereka yang bernama Edgar agar tak menguasai seluruh kekayaan keluarga Collins justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
Dia terjebak satu malam panas bersama Edgar tanpa keduanya sadari, dan setelah kejadian malam itu keduanya berusaha untuk menutupi scandal tersebut, namun yang terjadi justru perasaan cinta mulai tumbuh dihati keduanya.
Hubungan yang tak seharusnya terjadi di antara keduanya, karena mereka bersaudara satu ayah walaupun beda ibu justru semakin rumit dengan benih yang mulai tumbuh di rahim Lara.
Lalu bagaimana akhirnya jika keluarga mereka mengetahui hubungan yang terjalin antara Edgar dan lara? Dan apa jadinya jika Scandal yang dilakukan Edgar dan Lara justru membongkar kisah masa lalu kedua orang tua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 28
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit, mobil yang ditumpangi Edgar dan Lara kini telah sampai di salah satu Apartemen mewah yang ada di Jakarta. Lebih tepatnya apartemen milik Edgar yang hanya ditempati jika pria itu pulang dari Singapore.
"Lara..." Edgar menepuk pelan pipi wanita itu yang tertidur dengan lelap di kursi penumpang tepat disampingnya. Menatap dengan intens wajah cantik yang selama satu Minggu ini tidak ia temui, dan wajah yang selalu memenuhi pikirannya terlebih setelah kejadian di dalam gudang, dimana ia mencium bibir Lara dan menyentuh tubuh wanita itu dalam keadaan sadar.
Merasa tidurnya terganggu, Lara membuka kedua matanya meskipun terasa berat karena masih mengantuk. Namun betapa terkejutnya Lara saat pertama kali yang dilihatnya adalah wajah Edgar tepat di depan wajahnya.
"Kak..." Lara reflek menjauh hingga tubuhnya menyentuh pintu mobil.
"Kau jangan takut seperti itu, aku tidak akan mungkin berbuat macam-macam." Edgar kembali menegakkan tubuhnya, menatap deretan mobil yang terparkir di seluruh sudut tempat tersebut.
"Ya, kau memang tidak akan berbuat macam-macam, tapi hanya satu macam yaitu ingin memperkosaku." Ucap Lara dengan ketus.
"Aku tidak pernah ingin memperkosamu! Apa kau lupa kejadian malam itu karena kebodohan yang kau lakukan." Balas Edgar dengan sengit.
Lara terdiam dengan kening berkerut. "Iya juga sih. Eh, tapi kau jangan lupa waktu di gudang apa yang sudah kau lakukan? Ingin memperkosaku bukan?"
Deg.
Edgar menatap Lara sembari menelan salivanya dengan susah payah.
"Itu.., waktu itu aku sudah bilang bukan, kalau aku tidak tahu apa yang sudah kulakukan. Mungkin karena efek obat yang kau berikan masih berpengaruh di tubuhku."
"Ha..." Lara menatap tak percaya pada kakak tirinya. "Sudah hampir dua Minggu efek obatnya masih terasa?" tanyanya dengan bingung.
"Ya begitulah," Edgar berusaha untuk tidak gugup agar Lara tidak menyadari kebohongannya. "Buktinya kau juga diam saja saat aku menyentuhmu? Itu pasti karena efek obat nya masih berpengaruh ditubuhmu."
"Iya juga, kau benar kak." Ucap Lara meski tak yakin karena seingatnya ia menolak apa yang dilakukan Edgar, namun juga tak menolak saat mereka berciuman. "Ah, sudahlah jangan membahas masalah itu lagi bikin aku mual saja."
"Mual? Kau merasa mual?" Edgar langsung menatap Lara.
"Ck, tentu saja. Kau pikir sendiri! Kita ini kakak adik satu ayah tapi kita melakukan..." Lara bahkan tidak sanggup untuk mengatakannya.
"Memangnya kita melakukan apa?" Edgar sengaja ingin mengerjai Lara.
"Yaitu, anu anu ... "
"Anu, anu apa?" Edgar semakin bersemangat mengerjai Lara.
"Ck, bercinta, ***. Kalau bahasa biologinya membuat anak." Jawab Lara dengan asal. Alhasil kepalanya di toyor oleh Edgar entah sudah keberapa puluh kalinya.
"Sudah cepat turun! Dari pada perkataan mu makin melantur." Edgar membuka pintu mobil.
Lara pun dengan segera turun dari mobil lalu keduanya berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat tersebut, tanpa ada yang berbicara hingga mereka sampai diruang apartemen milik Edgar.
"Kak apa ini apartemen mu?" Lara seolah merasa de Javu tengah berada di apartemen milik Edgar yang ada di Singapore.
"Ya, dan mulai hari ini kau tinggal disini!"
"What?" Lara menatap tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Kamarmu ada di lantai atas dan kamarku yang itu." Edgar menunjuk pintu berwarna hitam yang ada di sebelah kanan.
Bukannya mendengar penjelasan Edgar, Lara justru mendekat lalu menyentuh kening pria itu.
"Tidak panas," gumam Lara yang terdengar ditelinga Edgar.
"Hei kau pikir aku sakit?" Edgar menghempaskan tangan Lara dengan kasar.
"Ya, aku pikir kau sakit jiwa menyuruhku tinggal disini."
Edgar mentoyor kepala Lara. Bisa-bisanya adik tirinya itu mengatakan ia sakit jiwa.
lanjut thor