“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Nyonya Tidak Meminta Apapun Dari Anda, Tuan
Abraham menutup kembali laci dan pintu lemari, wajahnya sangat suram. Apa yang dilakukan Alea ia anggap sebagai bentuk penghinaan.
Apa yang wanita itu inginkan? Dia bermain sudah terlalu jauh.
“Tuan Muda,” panggil kepala pelayan, yang memasuki kamar Alea.
“Iya.”
“Yohana sudah menyiapkan makan siang untuk Anda, Sekretaris Lee bilang, sejak pagi Anda belum makan.”
Abraham yang sedang kacau tentu tidak berselera untuk makan sekalipun sejak pagi perutnya belum terisi, “Nanti saja. Apa Lee, sudah mengantar Jessika?”
“Sudah Tuan.”
“Jika dia kembali, katakan aku menunggunya di ruang kerja,” ucap Abraham seraya berjalan keluar kamar Alea.
“Baik, Tuan.”
Sebelum lelaki ini menuju ke ruang kerjanya, Abraham bertanya pada kepala pelayan, “Jam berapa Alea pergi?”
Tanpa ada yang ditutup-tutupi, kepala pelayan menjawab, “Jam sepuluh malam, tepatnya dua hari yang lalu, saat Nona Jessika mulai menginap di Villa ini,” penjelasan kepala pelayan penuh dengan tekanan di setiap kata demi katanya.
Menginap!
Tentu saja Abraham kaget dengan adanya kata ‘menginap’ kenapa sampai menginap! Dia kira, Jessika datang baru hari ini.
“Siapa yang memberi izin dia menginap? Dan kenapa kamu tidak melapor padaku atau Lee, jika Jessika menginap, di Villa ini?” Marah Abraham.
“Maafkan saya Tuan, Nyonya Liam bilang, sudah mendapat izin dari Anda. Soal melapor, bukankah Anda sendiri yang meminta saya untuk tidak melaporkan apapun kepada Anda jika itu menyangkut, Nona Alea?”
Nona Alea!
Lagi, Abraham dibuat terkejut. Dia tidak sedang berulang tahun, tapi hari ini begitu banyak mendapat kejutan. Panggilan yang tidak biasa dari kepala pelayan sontak menyambar telinga Abraham, “Kamu panggil dia siapa?” tanya Abraham. Kepala pelayan pasti salah sebut.
“Nona Alea.”
“Nona Alea!” Abraham memicingkan mata, seraya mengulangi ucapan kepala pelayan.
“Benar Tuan, maafkan saya, sebelum pergi, Nyonya…maksud saya Nona Alea, meminta saya dan pekerja lainnya untuk tidak lagi memanggil beliau dengan sapaan Nyonya Muda, melainkan Nona Alea.”
Abraham mengepalkan jari-jari tangannya, dia tidak terima dengan semua ini, “Jangan pernah mengubah panggilan untuk siapapun yang tinggal di Villa, tanpa perintah dariku, ingatkan pada pekerjaan lainnya,” kata Abraham dingin.
Tapikan, Nona Alea sudah tidak tinggal di Villa ini…
“Baik, Tuan Muda.”
**
Selain wajahnya yang tampak suram dan gelap, kabut hitam pun menyelimuti hati lelaki ini.
Dia terlalu penakut, pengecut, tidak mungkin dia bisa pergi begitu saja.
Dia selalu bergantung padaku, dia tidak akan berani, melepaskan gelar Nyonya Abraham tidak semudah yang kamu bayangkan, Alea. Pikir Abraham.
\*\*
Di tempat lain, seperti apa yang disampaikan kepala pelayan. Dua hari yang lalu Alea pergi dijemput Pengacara Andreas.
Alea semakin membulatkan niatnya ingin bebas dari penjara Abraham, ingin mengakhiri secara baik-baik tanpa ada konflik, tapi lelaki itu malah mengutus Nyonya Sandra, membawa Jessika ke Villa Mars.
Villa Mars sangat pribadi bagi Abraham, hanya orang-orang yang dianggap dekat, penting, dan layak untuk mendatangi Villa.
Itu artinya Abraham sangat mementingkan Jessika, pikir Alea. Hingga ia memutuskan pergi lebih cepat dari rencananya yang ingin menunggu dan berbicara pada Abraham terlebih dahulu.
Sudah dua hari ini Alea tinggal di Apartemen milik, pengacara Andreas. Alea tidak mau pulang kerumahnya, karena itu sama saja bunuh diri. Vika pasti marah besar, tidak menutup kemungkinan jika Vika bisa membunuhnya, atau mungkin menyeretnya kembali ke Villa Mars.
“Nyonya, Tuan Abraham sudah menerima surat gugatan cerai.”
Alea yang sedang termenung menatap jendela kaca, berbalik melihat Pengacara Andreas, “Dia pasti senang menerimanya, kan!”
“Saya belum mendapat konfirmasi apapun dari Sekretarisnya, tapi saya rasa tidak. Nona, Anda jangan khawatir, jika Tuan Abraham mempersulit kita masih bisa menggunakan cara lain. Saya hanya minta Anda mempersiapkan diri untuk menghadiri persidangan.”
Alea mengangguk, “Aku mengerti.”
Abraham tidak akan mempersulit, justru dia pasti senang.
\*\*
“Tuan, Anda memanggil saya?” Sekertaris Lee, masuk ke ruang kerja Abraham yang amat gelap, tidak ada cahaya di ruangan itu. Semua lampu dipadamkan dan gorden pun tidak dibuka, ruangan ini seperti tengah menggambarkan suasana hati Abraham saat ini.
Dalam kegelapan Abraham menyahut, “Periksa ini,” sambil melemparkan kartu hitam yang ia ambil dari kamar Alea.
Meskipun gelap, tapi Sekertaris Lee sigap menangkap kartu itu tanpa ada kesalahan.
“Ini milik Nyonya?”
“Ya.”
Sebelumnya Sekertaris Lee sudah mendapatkan informasi dari kepala pelayan mengenai kepergian Alea, jadi dia tidak perlu lagi bertanya kenapa Abraham harus memeriksa Kartu Hitam itu.
“Saya akan segera melakukannya, Tuan.”
“Apa yang wanita itu minta?” Tanya Abraham kembali.
Sekretaris Lee berjalan menuju jendela besar, ia membuka gorden tebal, cahaya sore yang hangat memasuki ruang yang nampak dingin itu. Tapi wajah Abraham masih tetap buram meskipun ruangan sudah terang.
Sekertaris Lee, mengeluarkan sesuatu dari balik saku Jasnya, ia meletakkan di meja tepat dihadapan Abraham.
“Apa ini?!”
“Surat gugatan cerai, Nyonya Muda.”
“Lee, aku bertanya apa yang wanita itu inginkan tapi kenapa kamu malah membawa kertas ini padaku, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk membuangnya?” Abraham murka, tapi dari lubuk hatinya yang paling dalam dia ingin tau apa isi surat itu.
“Maaf Tuan, apa yang Anda tanyakan jawabnya ada di sana.”
“Buang!” Titah Abraham, tegas.
Sekretaris Lee meraih amplop putih itu, tapi bukan untuk membuangnya. Lelaki yang ketampanannya tidak kalah jauh dari Abraham ini, malah membuka isi amplop.
Abraham melihat tapi tidak marah, dia membiarkan Sekretaris Lee melanjutkan kegiatannya, dan setelah beberapa saat lelaki itu bertanya dengan nada sini, “Jadi, apa yang wanita itu inginkan? Uang? Saham? Atau semuanya?”
Abraham masih yakin jika surat gugatan cerai itu tipuan Alea dan Keluarganya.
Sekretaris Lee, melipat kembali kertas yang baru dia baca, “Tuan, Nyonya Muda, tidak meminta apapun dari Anda.”
Tidak meminta apapun!
Tidak mungkin…
Abraham meraih kertas dari tangan Sekretaris Lee, alih-alih membacanya ia justru merobeknya hingga terbentuk jadi beberapa bagian kecil lalu membuangnya begitu saja di lantai.
“Kamu sudah tau, dia ada dimana?”
Dia yang dimaksud tentu saja Alea.
Sekretaris Lee yang gesit dan sangat tahu apa yang akan Abraham tanyakan dan inginkan di masa depan, menjawab dengan yakin, “Di Apartemen, milik Pengacara pribadi Tuan Kim.”
Sebelumnya Sekertaris Lee, sudah melacak keberadaan Alea, sesat setelah mendapat informasi dari kepala pelayan.
“Andreas!” Abraham memastikan.
“Benar Tuan.”
Dia tinggal di Apartemen milik Pengacara muda itu!
Dia benar-benar menantang ku.
Dengan emosi full, Abraham bangun dari duduknya, “Kita kesana sekarang,” ajaknya dan langsung berjalan keluar ruangan.
Sekretaris Lee, hanya bisa patuh lalu mengikuti Abraham dari belakang.