Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.
Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6 Rasain!
"Bang?" panggil Bulbul, gadis itu berjalan mencari Kenzo ke kamar remaja itu.
Tangannya terulur membuka knop pintu kamar Kenzo dan hanya memunculkan kepalanya ke dalam. Matanya menerusuri setiap sudut kamar itu.
Bibirnya mengerucut, menyadari Kenzo tidak ada di kamarnya. "Ci Abang keana cih!" ujarnya, dan menutup kembali pintu kamar tersebut.
Kaki pendeknya kembali berjalan melangkah membawanya ke lantai bawah. Matanya terfokus ke bawah, memperhatikan setiap pijakan pada undakan tangga.
Entah hendak kemana gadis itu, terlihat sudah menggendong tas di punggungnya. Tak lupa rambutnya yang telah kuncir dua dan poni yang sengaja di biarkan tergantung.
"Bang Jojo? Ih emana cih kok endak ada!" gerutunya dan berjalan ke arah dapur dimana telah ada Winda sedang mengambil air putih di sana.
"Mama, Mama. Bang Jojo keana kok endak ada, dali adi Bulbul caliin tau!" tanya Bulbul, bibirnya mengerucut kesal.
Winda menyimpan gelas yang ia gunakan tadi untuk minum. "Emang kamu mau kemana Bul. Udah bawa tas segala?"
"Bulbul, mau main. Kemalin, kemalin, kemalinnya lagi ci Epul janjian cama Bulbul buat main baleng," sahutnya tangannya terulur menyingkirkan poninya yang sedikit menghalangi bulu matanya.
Winda mendengkus mendengar penuturan anaknya itu. "Terus kamu ngapain nyari Bang Jojo?"
"Ihh, Mama. Bulbul tu, mau minta tolong cama Bang Jojo buat antelin Bulbul ke lumah Epul!"
"Kenapa gak sendiri aja, kan rumah si Eful deket, cuman kehalang lima ruman doang dari rumah kita," Winda menyahuti, sambil berjalan ke arah meja makan.
"Endak mau Bulbul atut, ental kalo Bulbul di ejal kaya Bang Jojo cama ci Emboy gimana?" jelas Bulbul sambil menghentakan kaki kirinnya ke lantai.
Winda menyernyit. "Emboy? Siapa Bul?"
Bulbul berdecak pelan. "Ih, Mama. Itu lo gogognya Pa Jinudin!"
"Jinudin siapa Bul? Di komplek kita gak ada namanya pak Jinudin!" ujar Winda.
"Ada Mama, kata Bang Jojo kemalin!" kekeh Bulbul mantap Winda kesal.
Winda berdecak, merotasikan matanya kesal. "Terserah deh Bul. Kalo Pak Jaenudin, Mama tau!"
Bulbul menggaruk hidungnya yang tiba-tiba terasa gatal. "Iya itu maksud Bulbul, Mama ihh."
Winda mendengkus, "Makanya kalo ngomong tuh yang bener Dek!"
Bulbul mengerucut bibirnya, gadis itu tidak menyahuti lagi karena ia sadar. Ia belum bisa berbicara sepenuhnya dengan benar. "Mama, jadi Bang Jojo keana?!" tanya Bulbul lagi, ia ingat dengan tujuannya menghampiri Winda.
Winda menatap anaknya itu sekilas. "Di depan kayanya Bul, coba liat deh."
Tanpa menyahuti lagi Bulbul berbalik badan dan melangkah pergi dari dapur ke teras depan.
Matanya melihat ke sekitar teras rumahnya, dan ya, Kenzo ada di sana tengah duduk di lantai dengan kaki yang di silakan dan fokusnya ke layar ponsel.
Bulbul menghampiri Kenzo. "Bang, antelin Bulbul yu."
"Mau kemana sih, enggak ah, gak liat apa Abang lagi sibuk juga!" sahut Kenzo tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lawan bicaranya.
Bulbul menggaruk pipinya, menatap Kenzo heran padahal cowok itu gak lagi ngapangapin cuman duduk bersila sambil memiringkan ponselnya dan menggerak-gerakan ibu jarinya di layar ponsel tersebut.
"Ih, Bang antelin Bulbul ke lumah ci Epul!" rengaknya.
Kenzo berdecak, "Enggak, di bilang lagi sibuk juga! Pergi aja sana orang rumah tuh bocah deket kok!"
"Endak mau anti ci Emboy kejal Bulbul, kaya Abang kemalin!" ujat Bulbul masih merengek dengan tangan menarik-narik lengan baju kaos yang di gunakan Kenzo.
"Tinggal lari kenapa, susah amat!"
Bulbul berdecak kesal. "Abang Bulbul endak bica lali. Lali Bulbul pelan nanti kalo Bulbul di gigit giana?!"
"Gak akan Bul! Paling kalo di gigit di bawa ke rumah sakit!" sahut Kenzo enteng, masih enggan mengalihkan pandangannya dari layar ponsel itu.
"Ih, Abang! Endak mau pokonya antelin Bulbul duluh!" ujar Bulbul, sambil tetus menarik lengan baju Kenzo.
Namun, usahanya itu tidak menghasilkan apa-apa, terlihat Kenzo masih fokus dengan posisi yang sama. Malah ia sendiri yang cape!
Bulbul mendengkus menatap Kenzo geram. Tanganya terulur merebut ponsel yang tengah di mainkan oleh Kenzo.
"Eh--- Bulbul ngapain sih! Abang lagi main! Cepet balikin sinih!" sewot Kenzo dan hendak merebut kembali ponselnya.
"Endak! Antelin Bulbul dulu!" pintanya sambil menyembunyikan ponsel Kenzo ke belakang tasnya.
"Gak! Kembaliin hp Bang!" ujar Kenzo sambil berusaha merebut kembali Ponselnya.
"Endak, Abang halus antelin Bulbul dulu!" kekehnya dan berbalik badan berlari membawa ponsel Kenzo.
"Bul! Kembaliin gak!"
"Endak!"
Baru saja berlari hendak keluar gerbang rumahnya, namun gadis itu malah terpeleset karena ia tidak melihat pijakan bahwa jalan yang ia pijak tidaklah datar. Akhirnya gadis itu tersungkur ke bawah dengan posisi tengkurap.
"HUAAA! MAMA ATIT!" pekik Bulbul, masih dengan posisi awal. Tersungkur.
Kenzo yang mengejar di balakang, berhenti menatap Bulbul yang sudah tersungkur tak berdaya di sana.
Seketika ....
"BUAHAHAHAH! Astagfirullah emak tolong gue ngakak!" ucap Kenzo sambil terus terawa melihat Bulbul jatuh dengan posisi mengenaskan. Tak lupa cowok itu memukul-mukuli tiang tembok yang ada si sebelahnya, tanpa berniat membantu Bulbul yang masih dengan posisinya sambil terisak.
"Huaaa! Abang jahat!" pekik Bulbul sambil berusaha untuk berdiri.
Kenzo mengusap ujung matanya yang mengeluarkan air mata, sangking enaknya cowok itu menertawakan Bulbul.
"MAMA! PAPA! HUAAA! BANG JOJO AHAT!" teriak Bulbul sambil menyusap matanya menggunakan lengannya.
Bulbul membanting kasar ponsel di tanganya ke bawah yang terlihat jalanan itu terbuat dari semen. Sampai layar ponsel itu terlihat lebih mengenaskan dari pada ia jatuh barusan.
"BUAA---" Seketika Kenzo menghentikan tawanya mendengar Bulbul membanting sesuatu. Ia membelalakan bola matanya menatap ponsel yang baru saja seminggu yang lalu di belikan oleh Aldan.
"ASTAGFIRULLAH! EMAKK HP AINGG!" teriak Kenzo histeris dan tergesa-gesa menghampiri ponselnya yang sudah berserakan kemana-mana.
"BULBUL!" teriak Kenzo menatap marah Bulbul.
"HUAAA! HP AING KUNAON JADI RUJAD, RENGSEK, ANCUR KIEU GUSTII!" ujar Kenzo semakin histeris, memunguti bagian-bagian dari ponselnya.
(Hp gue kenapa jadi rusak, rujad, rengsek, ancur begini gusti!)
"GABLEG ADI BADER-BADER TEUING!" ujar kenzo terdengar beberapa isakan keluar dari mulutnya.
(punya adek bandel banget)
"ADUH GUSTI NU AGUNG! TEU RELA AINGAH, HP AING! HUAAA MAMA!" racau Kenzo tertunduk pasrah menatap ponselnya yang sudah mengenaskan tidak ada harapan untuk hidup lagi.
(Gusti nu agung! Gak rela gue, hp gue!)
"BULBUL! MANEH MAH TEU NYAHO IUE TEH HP MAHAL, YA ALLAH!" ujar Kenzo dengan hidung yang sudah kembang-kempis. "TEU HAYANG NYAHO AINGAH, GANTIAN!" sambung Kenzo dan terduduk lemas.
(Bulbul! Kamu gak tau ini itu hp mahal, ya Allah!)
(gak mau tau gue, gantiin!)
Sementara Bulbul hanya menggaruk kepalanya tidak mengerti dengan bahasa yang Kenzo ucapkan.