Gadis kutu buku tiba-tiba mendapatkan sistem play store yang menyatakan jika update bumi akan segera terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VPN
[Sosok dalam kegelapan terhibur melihat amarah Jiren.]
[Keberanian mengagumi keberanianmu, meski menganggapmu bodoh—dan itu membuatnya semakin menyukaimu.]
[Pembawa Cahaya merasa khawatir akan nasib para survivor akibat masalah yang kau ciptakan.]
[Kebijaksanaan tertarik untuk melihat strategi yang akan kau gunakan menghadapi Raid.]
Notifikasi demi notifikasi terus bermunculan di benak Scarlett, membuatnya semakin jengkel.
'Aku tidak bisa bergerak bebas jika terus diawasi.'
Dia perlu cara untuk melepaskan diri dari pengawasan para dewa.
[Bagaimana jika Anda membeli aplikasi VPN?]
Sistem Play Store tiba-tiba memberi saran, yang langsung diterima Scarlett tanpa ragu. Dia segera membuka toko aplikasi dan mencari VPN.
[Berhasil membeli Proxy VPN.]
Dengan harga 20 juta poin, Scarlett mendapatkan alat yang dapat mengecoh para dewa.
"Aku harap ini bekerja," gumamnya, lalu mengaktifkan aplikasi tersebut.
Aplikasi itu menciptakan tampilan palsu, menipu para dewa agar tidak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalam Penthouse.
Sebenarnya, ada opsi VPN yang lebih kuat, yang bisa sepenuhnya memblokir akses para dewa ke dalam area ini. Namun, jika dia melakukan itu, justru akan menimbulkan kecurigaan entitas tinggi terhadapnya.
Setelah VPN aktif, Scarlett berbalik dan menendang kaki Roshana yang masih tergeletak di lantai.
"Nona Manajer, kau tak perlu lagi berpura-pura pingsan."
Menyadari dirinya telah ketahuan, Roshana perlahan bangkit. Wajahnya masih menyiratkan ketakutan akibat ancaman Raid yang semakin mendekat.
"Waktu kita tidak banyak. Jika kau tertarik bekerja sama denganku, ikutlah," ujar Scarlett sebelum melangkah masuk ke dalam Penthouse.
Tak punya pilihan lain, Roshana hanya bisa mengikuti dari belakang.
***
Waktu tiga jam yang diberikan untuk persiapan Raid terasa seperti lelucon.
Namun, Scarlett selalu punya cara untuk menghadapi situasi, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun.
Selain tambahan waktu, sistem juga menyediakan 100 koin emas yang bisa digunakan untuk membeli berbagai barang di toko. Itu memang sangat membantu, tetapi sayangnya hanya para Awakener yang bisa mengakses toko sistem, sementara mereka yang belum terbangkitkan tak bisa memanfaatkan koin emas mereka.
Saat tiba di Penthouse, Roshana menghirup dalam-dalam udara segar di dalam ruangan. Setelah berhari-hari terjebak dalam hotel yang pengap dan menjijikkan, rasanya seperti mendapat anugerah.
Tatapannya langsung tertuju pada makanan dan air bersih di meja makan. Tenggorokannya terasa kering, membuatnya menelan ludah tanpa sadar. Ia bahkan mengabaikan dua sosok yang sudah duduk di meja.
Namun, kesadarannya segera kembali saat merasakan tatapan tajam dari Crow. Dia buru-buru menundukkan kepala, tak ingin membuat kesalahan yang bisa berujung pada kehilangan kepala.
Selain Crow, di meja itu juga ada Eliot yang masih tak sadarkan diri.
"Selamat datang, Nona Manajer," sapa Crow santai. Roshana segera membalas dengan anggukan sopan.
Sementara itu, Scarlett memasuki ruangan lain, meninggalkan mereka bertiga.
"Jangan sampai para dewa berpikir aku tuan rumah yang buruk," ujar Crow, lalu menunjuk sebuah kursi di depannya.
"Duduklah dan nikmati apa pun yang ada di depanmu. Aku yakin kau pasti sudah sangat tersiksa karena takut minum air bisa membuatmu bermutasi, bukan?"
Bagi Roshana, kata-kata itu bukanlah undangan, melainkan perintah. Tanpa ragu, ia segera duduk.
Begitu ia menempati kursinya, sebuah robot pelayan menuangkan segelas air. Tanpa pikir panjang, Roshana segera menghabiskannya dalam suatu tegukan. Rasanya begitu menyegarkan, seolah ia baru saja keluar dari padang pasir dan menemukan oasis.
"Jadi, bisakah kita berbicara sambil makan?"
Nada suara Crow terdengar biasa saja, tapi bagi Roshana, itu seperti sindiran tajam. Ia langsung tersedak dan buru-buru menegakkan postur tubuhnya agar terlihat lebih sopan.
Padahal, Crow sama sekali tidak berniat menyindir. Gadis itu bahkan menyodorkan sepotong roti, tapi Roshana menolak, mengira itu bagian dari ejekan.
Di zaman kacau seperti ini, banyak orang tela melakukan apapun untuk mendapatkan sepotong roti, tapi Roshana justru sebaliknya. "Dasar wanita aneh." Pada akhirnya, Crow hanya menghela napas dan membiarkannya.
***
"Kita memiliki waktu kurang dari tiga jam. Hahaha, mari kita lihat apa yang bisa kita lakukan."
Crow menyampaikan rencananya pada Roshana.
"Untuk saat ini, kita harus mendapatkan Awakener sebanyak-banyaknya."
Roshana setuju dengan usulan Crow.
"Karena kau terlihat begitu ahli dalam menggiring para tikus, seperti yang kau lakukan dengan Mafia dan polisi, maka ini adalah tugasmu."
Sindiran Crow membuat Roshana merinding. Dia tidak menyangka Crow sudah tahu bahwa penyerangan yang dilakukan Mafia Bloodhound dan polisi adalah idenya.
"Tikus-tikus itu sangat mengganggu. Perbuatanmu membuat tanganku kotor."
Crow menyesap tehnya dengan tenang, tetapi tatapannya menunjukkan kemarahan.
Roshana ketakutan hingga ke tulang. Dia khawatir akan nasibnya, takut hari ini akan menjadi akhir hidupnya. Namun, Crow mengatakan sebaliknya.
"Hari ini ada event besar yang membuatku sangat senang. Jadi kali ini, aku bisa mengabaikan kesalahanmu."
Perkataan Crow bagaikan angin segar bagi Roshana.
Roshana berterima kasih karena diberikan kesempatan.
Dia berjanji akan membujuk para penghuni hotel untuk bertarung melawan monster di lantai dasar agar bisa menjadi Awakener, sehingga mereka bisa digunakan sebagai prajurit dalam menghadapi Raid.
Namun, mendengar itu, Crow justru tertawa terbahak-bahak.
"Bukan sebagai prajurit," sanggahnya.
"Lalu?" Roshana kebingungan.
Dia mengira Crow menginginkan para Awakener sebagai prajuritnya untuk menghadapi Raid.
Namun, tentu saja, itu salah besar.
"Aku hanya ingin melihat pria tampan itu bangkrut."
"Pria tampan? Apa maksud Anda Jiren?"
Crow mengangguk pelan. Mulut Roshana terbuka lebar begitu mengetahui alasan tidak masuk akal itu.
Crow menginginkan jumlah Awakener bertambah bukan karena dia butuh tambahan kekuatan untuk menghadapi Raid.
Melainkan, dia hanya ingin membuat Jiren bangkrut dengan menghabiskan koin emasnya untuk para Awakener.
Scarlett kembali dengan membawa sebuah senapan dan botol kaca berisi makhluk menjijikkan.
Roshana merasa ingin muntah saat melihat makhluk yang terlihat seperti bola yang terbuat dari segerombol cacing kecil itu.
"Apa itu?" tanyanya ketakutan. Dia merasa makhluk menjijikkan itu akan diberikan padanya.
"Ini adalah makhluk imut yang diciptakan dari eksperimen kami," ujar Crow dengan bangga.
"Bisa dibilang, mereka adalah anak kami berdua," ungkap Scarlett.
Roshana tidak tahan dengan kengeriannya saat melihat Scarlett mengeluarkan bola cacing itu dari dalam toples kaca.
"Jangan takut. Mereka akan memberikanmu kekuatan."
"Ti... Tidak, terima kasih. Aku tidak akan memakan sesuatu yang sepertinya akan membuatku sakit perut." Roshana berusaha menolak dengan halus.
Scarlett tertawa cekikikan mendengar penolakan itu.
"Tentu saja. Jika kau memakan Upgrader sebanyak ini, maka tubuhmu akan kurus kering." Scarlett memainkan bola cacing itu ditangannya seperti bukan hal aneh.
Crow berdehem seakan tidak senang melihat Scarlett memainkan para cacing. Tapi Scarlett justru mengatasi Crow hanya iri melihat anak-anak itu lebih menyukai nya dibandingkan dirinya.
Crow tidak dapat mengatakan apapun karena itu adalah kebenaran. "tenang saja sayang, ibu akan selalu melindungi kalian dari ibu tiri yang jahat." Scarlett menggosok bola cacing ke pipinya, membuat Roshana tidak tahan ingin muntah.
"Berhenti membuang-buang waktu!" Bentak Crow. Yang justru membuat Scarlett tertawa terbahak-bahak.
Scarlett mengambil sejumput cacing, memisahkannya dari yang lainnya.
"Biar aku tunjukkan padamu."
Sejumlah Cacing kecil, yang hanya berukuran beberapa sentimeter, berkerumun di ujung jarinya terlihat menjijikkan. Lalu, Scarlett menusukkan jarinya ke dalam telinga Eliot, yang sontak membuat pria itu terbangun dan langsung menjerit kesakitan.