Menanti Jatuhnya Talak 3

Tiga bulan sudah waktu berlalu, rumah pak Yanto yang biasanya sepi kini penuh kedatangan tetangga.

Maklum saja, karena besok akad nikah akan di langsungkan di rumah kediaman Pak Yanto.

Zhe zha berada di depan cermin meja rias nya, sedang mencoba gaun pengantin miliknya yang baru saja tiba.

Zhe zha berputar-putar di cermin meja riasnya, sambil tersenyum-senyum sendiri melihat gaun yang di kenalannya tersebut ternyata begitu pas di tubuhnya.

Sebuah gaun pengantin yang di pesan langsung oleh Yoga untuknya.

Zhezha dan Yoga memang tak pernah bertemu selama tiga bulan terakhir, mereka hanya menjalin hubungan lewat telpon, itupun sangat jarang sekali karena selain sibuk, kendala jaringan di kampung mereka juga jadi menjadi salah satu faktor .

" Wah, mas Yoga pasti semakin cinta, jika melihat aku yang tampak cantik dengan gaun ini, " ucap Zhezha dengan percaya diri. Ia pun tak Puas-puasnya berputar-putar di depan cermin.

Sebuah panggilan telepon mengalihkan Zhezha, segera saja ia menghampiri nakasnya untuk meraih telpon genggam jadul miliknya.

Betapa bahagianya ia ketika melihat nama Yoga tertera di layar handphone.

" Hallo mas, " sapa Zhezha dengan perasaan yang penuh dengan kegembiraan.

" Zhe, gaun pengantinnya sudah sampai?" tanya Yoga bernada datar.

" Sudah Mas, gaunnya indah sekali, sangat pas di tubuhku, " sahut Zhezha dengan gembira.

" Ya sudah, nanti aku telpon lagi. Saat ini aku sedang di perjalanan. "

" Iya Mas, aku... " Zhezha menghentikan Kata-katanya karena mendengar suara sambungan tersebut putus.

Blup

" Huh selalu seperti itu, kalau gak sinyal, Mas Yoga-nya yang sibuk, " dengus Zhezha sambil meletakkan handphone tersebut kembali ke atas nakas.

" Tapi gak apa-apa, karena besok aku dan mas Yoga akan bersanding di pelaminan seharian, seperti raja dan ratu. Dan malam pada malam harinya aku akan... "

Zhezha tak melanjutkan kata-katanya karena ia sendiri malu mengatakannya, meski tak ada siapa pun di tempat itu. Wajah Zhezha merona dengan sendirinya, karena terbayang akan malam hangat dan romantis bersama sang kekasih tercinta pujaan hatinya.

***

Malam berlalu begitu saja, Zhezha baru terbangun dari tidurnya, karena gedoran pintu terdengar dari luar kamarnya.

Tok tok tok

" Sudah pagi! " seru Zhezha ketika melirik petunjuk waktu yang menempel di dinding kamarnya.

Zhezha begitu bersemangat, padahal mungkin hanya satu jam ia terlelap, karena hatinya selalu gelisah menanti pergantian hari.

Tok tok tok

Seruan terdengar seiring suara panggilan namanya.

" Zhezha bangun Zhe! "

" Iya bu! Zhezha sudah bangun! " sahut Zhezha tanpa membuka pintu kamarnya.

Setelah menjawab seruan tersebut, tak terdengar lagi gedoran pintu.

Zhezha bersemangat melangkah menuju kamar mandinya. Beberapa saat kemudian ia pun keluar dari kamar mandi.

Setelah menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba, Zhezha membersihkan tempat tidurnya,karena sebentar lagi para perias akan datang untuk merias wajahnya.

Setelah merapikan tempat tidur, Zhezha kembali menghubungi Yoga.

Telpon pun tersambung.

" Hallo assalamu'alaikum, " sapa seseorang dari sambungan telponnya.

" Waalaikumsalam, calon imamku, " ucap Zhezha menggoda Yoga.

Ha ha ha, tawa Yoga terdengar garing.

" Ada apa Zhe? " tanya Yoga.

" Kamu dimana mas? " tanya Zhezha.

" Aku sudah berada di rumah pak Burhan. Kenapa? " tanya Yoga balik.

" Gak, aku pikir kamu masih di perjalanan, karena subuh tadi aku telpon kamu gak aktif. "

" Iya aku baru sampai pukul empat tadi pagi, dan ini langsung mau siap-siap. "

" Iya loh Mas, jangan terlambat loh, ini tuh pernikahan yang sudah kita rencanakan sejak lima tahun yang lalu, " tutur Zhezha.

" Iya, gak terlambat, kamu tenang saja, aku selalu ontime kok. "

tok tok tok

" Zhezha! " seruan seseorang berbarengan dengan gedoran pintu terdengar lagi.

" Iya Bu! sebentar! " sahut Zhezha sambil menjauhkan mikropon telepon genggamnya.

" Sudah dulu ya Mas, aku mau berdandan yang cantik, " ucap Zhezha.

" Iya, " sahut Yoga datar.

Mereka pun memutus sambungan telpon tersebut.

Zhezha menghampiri pintu kemudian membukakan pintu .

Pintu terbuka dan tampaklah dua orang wanita paruh baya yang membawa dua koper.

" Oh silakan masuk, " ucap Zhezha sambil membuka pintu kamarnya dengan sediki lebih lebar.

Kedua MUA tersebut pun masuk ke kamar Zhezha dan menjalankan mulai menjalankan tugasnya.

Zhezha di rias begitu cantik dengan sanggul modern dan kebaya indah yang terbuat dari kain sutra dan tile berkualitas tinggi.

Butuh waktu satu setengah jam untuk menyelesaikan riasan di wajah dan rambut Zhezha.

Zhezha yang sudah cantik, semakin cantik dengan penampilan saat ini.

Zhezha tersenyum-senyum membayangkan Yoga yang akan pangling dengan kecantikan hari ini.

Zhezha memalingkan pandangannya ketika mendengar suara iring-iringan pengantin tiba di rumahnya.

Seketika telapak tangan dan kakinya menjadi dingin.

Di dalam kamar, ia mendengar suara iringan pengantin dan suara MC yang menyambut kedatangan calon mempelai pria. Ingin sekali Zhezha berlari dan membuka pintu karena sudah tak sabar ingin melihat calon suaminya.

Deg

Deg

Deg

Jantungnya berdetak kencang menahan rasa rindu dan penasaran terhadap sosok calon suaminya.

Zhezha menyentuh dadanya, karena jantungnya tersebut terlalu kuat memompa, hampir saja Zhezha kehilangan kewarasan karena begitu bahagia.

" Sabar dong Zhe, tunggu sebentar lagi kenapa? setelah pertemuan dengannya nanti, kamu sudah sah menjadi istri Yoga prasetiya. " ucap Zhezha sambil mengusap dadanya.

***

Di luar rumah kedatangan Yoga di sambut meriah oleh penyambut tamu dari keluarga Zhezha maupun penduduk kampung.

Ketampanan Yoga sontak jadi pusat perhatian penduduk kampung, selain itu pernikahan Zhezha kali ini bisa mematahkan mitos yang berkembang, jika seorang gadis setelah usia dua puluh tahun belum menikah, maka gadis tersebut terkenal kutukan dan akan jadi perawan tua.

Nyatanya, setelah memasuki usia lebih dari dua puluh satu tahun, Zhezha juga menikah, justru ia menikah dengan sosok lelaki yang nyaris sempurna.

Beberapa gadis belia yang dulu masih kecil tersenyum memanggilnya dan menyapa Yoga.

" Kak Yoga seru mereka! "

Yoga tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah mereka.

Para gadis belasan tahun tersebut pun histeria seperti mendapatkan lambaian tangan dari artis idola mereka.

Yoga memang tampak semakin tampan dan keren dengan balutan busana pengantin prianya berwarna putih.

Setelah acara penyambutan dan beberapa ritual pra nikah yang harus ia jalani, akhirnya acara akad nikah pun segera di laksanakan.

Yoga dan Pak Yanto saling berhadap-hadapan dengan sebuah meja kecil sebagai pemisahan antara mereka.

Seorang penghulu dan Mc menghampiri calon menantu dan mertua tersebut.

" Bagaimana Nak Yoga? " sudah siap? " tanya penghulu.

" Siap Pak, " sahut Yoga dengan tegas.

" Pak Yanto, anda sudah siap untuk melakukan prosesi ijab qabul? " tanya penghulu.

" Siap," ucap Pak Yanto dengan nada sedikit lemah.

" Baiklah jika sudah siap, kita mulai saja ijab qabul nya. "

Sesuai intruksi dari penghulu, kedua lelaki beda generasi tersebut pun saking berjabat tangan.

" Yoga prasetiya, saya nikah dan kawinkan kamu dengan putri kandung saya yang bernama Zhezha Zaskia dengan Mas kawin berupa uang tunai senilai seratus juta di bayar tunai! "

" Saya terima nikah dan kawinnya Zhezha Zaskia binti Apiranto dengan Mas kawin tersebut di bayar tunai! " ucap Yoga dengan lantang dan satu helaan nafas.

" Bagaimana para saksi sah? " tanya penghulu.

Bersambung dulu ya gengs.