Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Di suatu pagi saat usiaku masih 5 tahun. Seorang gadis datang bersama adiknya. Dia sangat cantik saat tersenyum dengan ceria. Singkat cerita kami jadi sering bermain bersama. Tapi ada yang tidak aku suka darinya. Dia selalu memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan kakak atau mbak atau sejenisnya. Dia selalu bilang bahwa dia adalah seorang kakak. Bahkan sesekali dia memaksa.
Aku tidak suka itu. Aku sama sekali tidak pernah menganggapnya sebagai kakak ataupun saudara. Aku menyukainya, waktu itu aku menyukainya sebagai teman dan seiring berjalannya waktu aku merasakan rasa lain.
Cinta, ya aku mencintainya. Neha, aku mencintaimu. Aku mencintaimu dulu, sekarang dan yang akan datang. Maka dari itu aku sama sekali tidak pernah mau memanggilmu kakak atau mbak karena rasaku bukan demikian.
Aku cinta kamu Neha, maaf karena telah mencintaimu. Dan maaf aku baru mengatakannya sekarang.
Jika pernikahanmu langgeng, maka selamanya aku akan menyimpan rasa cintaku ini.
Tapi sekarang tidak, aku ingin mengungkapkannya. Aku tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya karena terlambat.
Neha, tunggu aku dan izinkan aku untuk masuk ke dalam hatimu.
Dari orang yang mencintaimu, Neel.
Neha membaca kata demi kata surat dari Neel dengan begitu hati-hati. Dia tidak melewatkan satu katapun, dan tanpa sadar air matanya keluar.
" Lho, ini kenapa. Aku kok nangis?"
Ia sama sekali tidak tahu mengapa air matanya bisa keluar seperti itu. Dirinya jelas bingung. Rasa cinta, dia merasa yakin bahwa tidak ada rasa demikian di dalam hatinya. Selama ini meskipun Neha tidak pernah menganggap Neel adik tapi dia menganggap dia sebagai teman. Tapi mengapa hatinya sangat sesak saat membaca semua tulisan tangan Neel.
Tulisan yang Neha tahu bahwa itu ditulis dengan sangat hati-hati dan penuh limpahan perasaan. Neha bisa merasakan perasaan Neel tersampaikan oleh tulisan itu.
" Mbak, Mbak nggak apa-apa? Apa yang Neel katakan emang?"
Neha memberikan surat Neel kepada Nayaka. Secara sepintas Nayaka melihat dan membacanya. Dan Neha mengerutkan alisnya karena ekspresi wajah adiknya itu sama sekali tidak berubah.
" Kamu udah tahu?"
" Hemm ya udah. Dah dari dulu juga aku tahunya. Mbak aja ayang kelewat nggak peka sama perasaan Neel. Bahkan Nero pun tahu, mungkin juga semua orang yang dekat sama kita tahu."
" Oh ya Allah."
Neha mengusap wajahnya kasar. Dia merasa sangat bodoh. Bagaimana bisa selama ini dia menyakiti pria itu.
Ya, Neha merasa sangat bersalah. Selama ini dia selalu bercerita kepada Neel perihal kehidupannya bersama Dimitri. Mulai dari Dimitri menembaknya, lalu melamarnya dan setelah menikah pun Neha kerap menceritakan perihal kehidupan pernikahannya kepada Neel.
Sekarang saat dia mengetahui isis hati Neel, rasanya ia ingin memukul kepalanya sendiri. Neha sangat menyesali itu.
" Yah tapi apapun itu kan Neel juga udah pergi kan. Mbak nggak usah merasa bersalah juga."
Neha hanya diam, dia tidak bisa bereaksi tentang apa yang diucapkan oleh Nayaka baru saja.
Neha pun mengambil ponselnya. Dia menuliskan sesuatu dan mengirimkannya.
Hanya centang satu. Chat yang dikirimkan Neha kepada Neel hanya centang satu yang berarti saat ini ponsel Neel berada dalam mode pesawat atau dimatikan.
Tidak masalah, yang terpenting Neha sudah mengirimkan apa yang ingin dia katakan. Untuk berbicara langsung, Neha masih belum berani. Dia juga masih bingung harus bagaimana dengan ungkapan hati temannya itu.
Di sisi lain, Nilam yang sudah mendengar putusan cerai antara Dimitri dan Neha karena dia juga berada di sana. Padahal Dimitri sudah melarang, tapi Nilam nekat untuk ikut datang, dan sekarang wanita itu sudah berada di rumah Dimitri. Tentu saja dia juga membawa Sukiya ikut serta.
Nilam tidak bisa meninggalkan Sukiya karena dia tidak akan bisa melakukan apa-apa tanpa asisten rumah tangganya tersebut.
" Jadi Mbak, ini mau diletakkan dimana?"
Nilam sangat sibuk Mengatur ini itu. Dia membereskan semua barang Neha, kecuali benda berharga. NIlam bukan orang yang bodoh atau sok bersih karena tidak ingin mengenakan barang milik orang lain terlebih itu perhiasan.
Di bawah meja rias, atau tepatnya di dalam laci meja rias, terdapat beberapa perhiasan. Ada kalung, gelang, cincin dan anting. Dan benda yang ia kenal adalah kalung.
Kalung itu adalah kalung hadiah anniversary pernikahan Neha dan Dimitri yang sebelumnya juga sudah ia lihat.
" Hmmm, dia ninggalin ini semua ternyata. Bagus lah, sekarang jadi milik aku kan. Dia ninggalin ini karena berarti dia tidak butuh kan?"
Nilam tersenyum senang. Ini sungguh yang namanya rejeki. Dia tidak mungkin menyia-nyiakan sesuatu yang berharga seperti ini.
Selama ini bekerja, dia tidak pernah sekalipun bisa membeli barang-barang tersebut karena nilainya pasti sangat mahal.
" Nah sekarang aku udah sangat siap menjadi Nyonya Wicaksono. Wellcome to the happy life."
Seharian itu Nilam benar-benar merombak rumah Dimitri. Dia membawa barang miliknya dari rumahnya ke rumah DImitri. Dan dia juga membuat rumah Dimitri menjadi rumah yang ia sukai. Dimana sebenarnya dia belum mendapat izin dari Dimitri.
" Apa-apaan ini Nilam! Apa yang kau lakukan pada kamarku hah!"
Dimitri yang baru saja pulang sangat terkejut ketika melihat kamarnya berubah drastis. Dari seprei hingga korden benar-benar bukan merupakan seleranya.
Dimitri berjalan menuju ke lemari, dia juga terperangah ketika tidak lagi mendapati baju Neha di sana.
" Siapa yang melakukan ini hah!" pekik Dimitri.
Sukiya yang mengerjakan itu semua bergetar ketakutan. Baru kali ini dia melihat Dimitri marah seperti itu.
" Aku yang ngelakuin. mas dia udah jadi mantan kamu, jadi buat apa kamu masih nyimpen barang-barangnya," ucap Nilam santai.
" Kau, beraninya kau!"
" Mas, sadar. Ini semua sudah berakhir. Kamu dan Neha sudah berakhir sejak kita bersama. Asal kau tahu itu."
tap tap tap
Nilam pergi meninggalkan kamar, dan Sukiya berjalan di belakangnya. Ia menyambar kunci mobil dan tas lalu pergi menaiki mobil.
Ia pergi dengan membawa rasa kesal dan marahnya. Sukiya tidak bisa menghalangi Nilam yang pergi begitu saja. Dia tidak punya wewenang untuk melakukan itu.
Dugh dugh dugh
" Kenapa, kenapa sekarang kamu malah kayak gitu hah! Kenapa sekarang kamu malah begitu memikirkan dia padahal kalian udah berpisah. Kamu nggak kayak dulu pas masih sama aku. Kenapa mas kenapa!"
Ckiiiiit
Nilam mengerem secara mendadak. Dia menepikan mobilnya yang hampir saja kehilangan kendali karena sangat marah.
" Hah sial, hampir saja nyawaku melayang. Kalau terjadi apa-apa sama bayiku aku nggak bisa lagi ngiket Mas Dimi. Ya mari kita lakukan dengan baik sayang. Kamu, mama dan papa pasti akan selalu bersama. Mama nggak akan biarin kamu besar tanpa papa mu."
TBC
selamat buat kalian berdua
Bahwa kehadirannya sungguh berharga 🎶