Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima menit lagi akhirnya mereka bisa melihat rumah papan dua tingkat yang berdiri kokoh di tengah lapangan rumput yang sudah mengering. Rafan memastikan sekali lagi alamat yang mereka tuju dan ternyata memang tempat inilah yang dikatakan Andrea.
Rafan membelokkan stir kearah lapangan tersebut, ia sengaja parkir di dekat pintu agar mudah memindahkan Vanya nantinya kedalam mobil.
Tok....tok...
"Hallo, selamat sore!"Lisa mengetuk pintu sembari mengucapkan sapaan.
"Hallo!"Lisa mencoba mengintip lewat lubang pintu, hanya ruang tamu biasa yang ia lihat, tidak ada yang aneh, tempat ini pun tidaklah mirip rumah sakit. Dibandingkan itu, rumah ini lebih mirip dengan bangunan terbengkalai yang sudah lama ditinggalkan.
Benarkah Vanya ada disini atau ibunya sedang berbohong?
"Hallo, ada orang didalam?!"Lisa setengah berteriak, ia ketuk pintu itu lebih keras lagi,
TOK...TOK..TOK...
"Tidak ada orang?"Rafan menghampiri Lisa setelah ia selesai menyiapkan kursi belakang untuk tempat Vanya duduk atau tidur. Pria itu ikut mengintip lewat lubang pintu.
"Apa yang kalian lakukan disini?"Satu suara bertanya dari belakang, nada bicaranya penuh intimidasi. Lisa dan Rafan kompak berbalik,
Tepat setelah itu, saat mata kedua nya mendapati orang bertopeng yang mereka lihat di tikungan jalan, pintu terbuka dan sepasang tangan membekap mulut keduanya menggunakan sapu tangan.
Rafan sempat berontak tapi tidak lama setelah itu tubuhnya lemas dan jatuh begitu saja di depan pintu. Lisa juga tidak memiliki nasib yang lebih baik,
"Vanya," Kesadarannya perlahan menghilang dan nama adiknya itu hanya bisa ia ucapkan dalam bentuk gumaman samar.
...°°...
Wanita itu duduk diatas kursi putar di sudut kamar kost, ruangan berbentuk persegi yang sangat sumpek terlebih lagi saat siang hari. Diantara jari tengah dan jari telunjuk nya terselip sebatang rokok, mengepulkan asap dan ia dengan sangat santai menikmati nya sambil memejamkan mata.
"Andrea!"
Panggilan dari luar pintu mengalihkan atensinya. Segera ia berdiri, lalu membuka lebar pintu, Andrea berdiri bersandar pada daun pintu sembari menunggu orang yang baru datang mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini bayaranmu,"
Andrea mengambil amplop tebal yang di sodorkan lalu memeriksa nya sekilas. Kepalanya mengangguk puas melihat jumlah uang yang ia dapatkan.
" Dia menunggumu, Andrea, kamu tidak ingin menemui nya?"
"Tidak perlu. Belum waktunya,"Andrea menggeleng lantas kembali masuk kedalam dan mengunci pintu.
Di depan cermin Andrea berdiri memperhatikan lekuk tubuhnya yang sudah berubah, wajah cantiknya yang dulu sangat mulus sekarang sudah terdapat beberapa kerutan. Dulu bentuk badannya sangat indah bak gitar spanyol, sekarang hanya tinggal kulit pembalut tulang.
" Andai kejadian itu tidak pernah terjadi, aku tidak akan berakhir menyedihkan."Ia bawa kedua tangannya membelai pipinya, matanya memancarkan penyesalan yang amat besar.
Sambil menghela nafas panjang, Andrea membuka laci, ia menyimpan banyak pisau disana. jemarinya mengusap jejeran pisau lembut, lantas mengambil satu pisau lipat dan menyelipkan di pinggangnya.
...°°...
Lisa mengerang, kelopak matanya bergerak pelan lalu kemudian kedua matanya mulai membuka. Ia merotasi kan matanya ke sekeliling, mengamati dimana ia sekarang. Di kamarnya? Tapi, warna merah tua bukanlah warna kamarnya, lalu lampu kuning yang menggantung di langit-langit juga nampak asing.
Kepalanya menoleh ke samping, Lisa merasa pusing namun ia perlahan mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.
Ia ada dimana?
Mata Lisa terpejam. Ia mulai ingat apa yang terjadi, tadinya ia dan Rafan sedang dalam perjalanan menjemput Vanya ke rumah papan yang dikatakan ibunya.
Mereka berhasil tiba di rumah tersebut.
Tidak ada orang pada awalnya, lalu orang bertopeng yang mereka lihat di tikungan jalan juga ada di rumah tersebut.
Terakhir yang bisa Lisa ingat adalah saat ada orang yang membekap mulutnya dari belakang dan setelah itu semuanya menjadi gelap. Lalu saat tersadar ia sudah ada disini, siapa yang membawa nya? apakah orang bertopeng?
"Rafan!!" Panggil Lisa. Ia tadi juga pergi bersama Rafan, pasti pria itu juga ada disekitar sini.
Gadis itu berdiri lalu berjalan menuju pintu, ia putar pelan kenop pintu. Diluar ternyata sangat gelap, sebenarnya tidak sepenuhnya gelap karena masih ada cahaya dari balik gorden jendela kaca.
Lisa menarik gorden yang paling dekat dari pintu tempat nya keluar.
Diluar sudah rembang petang, sebentar lagi matahari akan terbenam. Jendela kaca dilapisi teralis besi, Lisa mengawasi keadaan diluar dari balik jendela. Kerutan muncul di dahi gadis itu mendapati yang bisa ia lihat adalah tembok di pinggiran halaman. Menurut perkiraan Lisa tembok itu bisa setinggi gedung sepuluh lantai.
Tempat apa ini?
Menyadari bahwa sebentar lagi akan malam dan ia hanya sendirian disini membuat Lisa ketakutan.
Lisa mulai memeriksa satu persatu pintu yang ia lihat, ia sangat sakit Rafan pasti dibawa kesini. Ia harus menemukannya sebelum hari gelap. Ada waktu sekitar tiga puluh menit lagi, tak mau membuang waktu Lisa membuka pintu satu persatu.
Brak...
Tepat saat Lisa membuka pintu lainnya seseorang keluar dari dalam, mereka bertabrakan. Lisa yang terjatuh mendongak,"Hugo?!"
Terkejut bukan main Lisa bertemu gamers terkenal itu disini, Hugo juga salah satu penghuni Anyelir, Lisa bertemu dengannya saat party month beberapa hari lalu.
"Kamu.. Siapa namamu? Li-lia?" Hugo nampak berpikir keras berusaha mengingat nama Lisa.
"Lisa, namaku Lisa." Kata Lisa.
"Ah, Lisa, kenapa kamu ada disini?" Tanya Hugo.
"Aku tadi pingsan dan saat sadar sudah ada disini," Jawab Lisa, tentu saja ia tidak menjelaskan kenapa ia bisa pingsan. lagipula Lisa dan Hugo tidak saling kenal sebelumnya.
"Kamu sendiri ngapain disini?"
"Eum... " Hugo kelihatan bingung, matanya mengerjap beberapa kali lalu menatap telapak tangannya lekat,
"Ke-kenapa aku ada disini?" Gumam Hugo masih fokus menatap telapak tangannya, seolah ada sesuatu yang sangat menarik disana yang harus mendapatkan perhatian penuh darinya.
" Kecelakaan, "
"Lampunya meledak,"
Hugo masih terus bergumam yang membuat Lisa heran.
"Kamu kecelakaan?"
" Ya, mungkin saja." Jawab Hugo tidak yakin.
Apa Hugo mengalami geger otak sehingga membuatnya tidak bisa mengingat? Batin Lisa.
"kamu mau kemana?" Tanya Hugo mencekal tangan Lisa saat gadis itu hendak pergi.
"Aku harus mencari Rafan," Lisa menarik tangannya, "Hati-hati Hugo, tempat ini agak aneh." Kata Lisa sebelum pergi.
Hugo pria tampan berkulit hitam manis itu mengikuti Lisa dari belakang. Ia masih berusaha mengingat apa yang terjadi padanya, jadi, sebelum dia berhasil mengingat lebih baik baginya bersama orang yang setidaknya pernah ia temui.
Ledakkan keras,
Bola lampu pecah, dan..
Hanya itu yang bisa Hugo ingat. Sesekali Hugo mengacak kasar rambutnya,
Telapak tangan penuh darah,
Astaga! Rasanya kepala Hugo hampir pecah, ia tidak bisa ingat lebih jauh.
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa