Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Kalandra Hardian?
Beberapa jam sebelumnya...
[Mas Jendral, lapor! Ini gawat sekali. Pak Firman sepertinya mau menjual Mbak Kalila kepada seorang pria bernama Pak Glen. Katanya, malam ini, Pak Firman akan membawa Mbak Kalila ke Golden Hotel, kamar 402.]
Geligi Jendral saling beradu saat membaca pesan dari Eko, salah satu anak buah Firman. Sejak pertemuan mereka ketika proses jual-beli salah satu toko milik Firman, Jendral memang sudah menjadikan Eko sebagai orangnya.
Eko setuju menjadi mata-mata. Ia bergerak secara diam-diam dan melaporkan semua kejadian yang ia anggap penting kepada Jendral.
"Sudah gue tebak kalau hal seperti ini bisa saja terjadi," gumam Jendral sambil mengeratkan genggamannya pada ponsel yang ia miliki.
"Gue harus kabarin Kala. Dia wajib tahu apa yang akan terjadi sama adiknya."
Jendral segera meluncur untuk menemui sang sahabat. Tak lupa, ia mengabari terlebih dulu supaya Kala tidak kemana-mana.
"Apa?? Lo nggak salah informasi kan, Jend?" tanya Kala dengan ekspresi yang sangat terkejut.
"Informasi gue dijamin akurat, Bro! Nggak mungkin salah."
Kalandra berdesis marah. Tangannya tampak mengepal erat.
"Sialan!! Gue nggak nyangka kalau si pengemis @njing itu bakalan bertindak sampai sejauh ini," geram Kalandra murka. "Belum cukup dia bikin adek gue menderita, sekarang dia malah mau ngejual adek gue. Benar-benar b@ngsat!!"
"Terus, Lo mau gimana?" tanya Jendral.
"Gue mau balas dendam sama si pengemis @njing itu, Jend!"
"Saran gue, mending Lo suruh Kalila buat selesai bermain-main sama si pengemis itu. Ini bahaya, Kala! Resikonya besar. Jangan sampai, Kalila ikut terbakar akibat api yang dia buat sendiri."
"Adek gue nggak bakal kebakar, Jend! Gue yakin soal itu."
Jendral menghela napas dalam-dalam. Kalandra tipe orang yang keras kepala dan berapi-api. Menasehatinya tak akan mempan.
"Jadi, Lo maunya, gimana?"
"Kita teror si Firman sampai mampus!" Kalandra menyeringai sinis.
Rencana pun mulai disusun dengan rapi. Kalila juga ikut terlibat didalamnya dan memberikan usulan yang seketika membuat kedua pria itu hampir jantungan.
"Jangan main-main Kalila!! Bagaimana mungkin kamu bersedia mengikuti rencana si pengemis itu, hah? Kalau kamu salah perhitungan, bagaimana?" seru Kalandra dengan nada panik.
"Ini satu-satunya cara, Bang! Kita harus buat Mas Firman terpuruk sedalam-dalamnya. Kalila mau lihat dia merasakan penderitaan yang bertubi-tubi."
"Kalian berdua memang sama saja! Sama-sama manusia tukang dendam!" cibir Jendral.
"Kayak Lo enggak aja, Jend!" sahut Kalandra.
"Bang Jendral jangan sampai telat datang buat nyelamatin aku," kata Kalila sambil menatap Jendral.
"Ck! Saya tahu, apa yang harus saya lakukan. Jadi, nggak usah ingetin saya!" sahut Jendral dengan ketus.
"Awas kalau Bang Jendral beneran datang telat! Aku bakal bikin perhitungan sama Abang!" ancam Kalila.
Jendral memutar bola matanya malas. Apakah perempuan itu pikir bahwa Jendral akan takut dengan ancamannya?
"Kalau memang segitu takutnya saya telat datang, kenapa harus bikin rencana seekstrem ini?"
"Karena aku percaya sama Bang Jendral," jawab Kalila sambil menatap pria itu penuh arti.
Meski belum terlalu mengenal Jendral, namun Kalila sudah percaya penuh kepada pria itu. Kalila yakin, setiap orang yang setia berada di sisi sang Kakak, pastilah benar-benar orang yang bisa dipercaya.
"Jangan terlalu percaya! Saya bukan Tuhan. Segala kemungkinan bisa saja terjadi."
*
*
*
"Eungghh!!!"
Kalila perlahan mulai terbangun dari tidurnya. Ia mengerjakan matanya beberapa kali. Dipindainya pemandangan sekitar sambil berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk menembus retina matanya.
"Astaga!"
Kalila langsung bangun. Dia mengecek pakaiannya apakah sudah terbuka atau tidak.
"Nggak ada apapun yang terjadi sama kamu," celetuk Jendral yang baru saja memasuki ruangan sambil membawa sepiring buah dan segelas susu.
Seketika, Kalila bernapas lega. Ia berusaha mengingat semua kejadian sebelum dirinya tertidur karena efek obat.
"Kita dimana, Bang Jend?" tanya Kalila.
"Masih di hotel yang sama," jawab Jendral.
"Si br3ngsek Glen, bagaimana?"
"Sudah kami beri pelajaran."
"Bang Jend, nggak langsung laporin dia ke polisi, kan?"
"No," geleng Jendral. Ia memasukkan sepotong buah apel ke dalam mulutnya. "Seperti rencana kamu, kita pergunakan dia dulu sebagai senjata untuk menyerang Firman, setelah itu baru dia kita kirim ke penjara."
"Terimakasih, karena Bang Jendral sudah membantu aku."
Jendral menganggukkan kepalanya. "Sama-sama."
"Maaf, kalau aku jadi ngerepotin Bang Jendral."
"Nggak masalah. Toh, saya juga lagi bosan gara-gara nggak ada kesibukan apapun. Jadi, santai saja!"
Sepasang alis Kalila terangkat tinggi saat mendengar jawaban dari pria itu. Dalam hati, Kalila cukup penasaran dengan kehidupan Jendral yang sebenarnya.
Kata sang kakak, Kalandra pria yang sangat kaya. Tapi, kenapa ada orang kaya yang tidak melakukan kegiatan apa-apa setiap harinya? Atau, apakah Jendral hanya sedang libur? Bisa jadi, pikir Kalila.
"By the way, sekarang sudah jam berapa, Bang Jend?" tanya Kalila.
Jendral menatap jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.
"Sudah jam sembilan pagi," sahutnya dengan santai.
"Astaga, aku telat ngantor!" Kalila menepuk jidatnya.
"Santai saja, Kalila! Kamu kan adiknya si bos galak itu. Jadi, nggak mungkin kamu kena masalah meski sedikit telat."
"Bang Jend nggak akan ngerti! Hari ini aku ada presentasi jam sepuluh pagi. Aku harus segera berangkat!"
Kalila buru-buru turun dari tempat tidur. Ia langsung mencari tas, Hp dan sepatunya.
"Loh, barang-barang aku, kemana?" tanya Kalila panik.
"Apa yang kamu cari?"
"Tas, dompet, HP, sama sepatu."
"Kamu nggak bawa semua itu tadi malam, Kalila. Mungkin, ketinggalan di mobil suami tersayang kamu itu?"
Kalila sigap memanyunkan bibirnya. Dia kesal mendengar ucapan Jendral yang menyebut Firman sebagai suami tersayang dirinya.
"Jadi, gimana caranya aku harus ke kantor kalau kayak gini?" keluh Kalila.
"Bolos aja, Dek! Gampang, kan?"
Mata Kalila mendelik. Bibirnya misuh-misuh tak jelas akibat solusi dari Jendral yang sangat menyesatkan.
"Saranku, kamu jangan muncul dulu dihadapan Firman selama beberapa hari ke depan. Biarkan Glen yang memulai langkah pertama!"
*
*
*
Bugh! Prang!
Beberapa furniture yang terbuat dari kaca langsung pecah berantakan ketika anak buah Glen dengan sangat kejam sengaja merusaknya dengan tongkat baseball yang di pegang oleh masing-masing orang.
"Pak, gawat! Pak Glen dan anak buahnya mengamuk di depan. Barang-barang kita dihancurkan semua, Pak!" lapor Eko dengan panik kepada Firman.
"Apa? Pak Glen mengamuk? Kenapa?"
"Saya juga nggak tahu, Pak. Lebih baik, Bapak lihat ke depan saja!"
Firman segera berlari keluar. Kepalanya langsung cenat-cenut saat melihat toko meubel miliknya benar-benar sudah sangat berantakan.
Dari yang terlihat, sepertinya Firman akan menanggung kerugian yang tidak sedikit.
"Apa yang Anda lakukan, Pak Glen?" tanya Firman yang langsung menghampiri Glen.
Plak!
Glen menghadiahkan tamparan keras ke pipi Firman.
"Sialan kau, Firman! Beraninya kau menjebakku!"
"Menjebak? Saya tidak mengerti, Pak Glen!"
"Perempuan yang kau kirim semalam, sebenarnya siapa, hah?" tanya Glen dengan murka.
"Dia Kalila. Istri saya. Bukannya, Pak Glen sudah tahu?"
Grep!
Glen langsung menarik kerah baju Firman dengan emosi.
"Kamu salah, Firman! Dia bukan hanya Kalila istri kamu. Dia juga adik kandung dari Tuan Kalandra Hardian. Dan, gara-gara kamu, saya sekarang sedang dalam keadaan terjepit! Kamu yang bikin saya sengsara, Firman!" geram Glen dengan gigi bergemelatuk.
"Karena kamu sudah banyak merugikan saya, maka tenor pinjaman kamu akan saya majukan. Bulan depan, pinjamanmu harus dilunasi berikut bunganya sebesar lima puluh persen!" imbuh Glen penuh amarah.
"P-pak... i-itubterlalu berat. Saya mana sanggup."
"Bukan urusan saya!" sahut Glen seraya berlalu pergi.
Firman langsung terduduk lemas. Otaknya dipenuhi dengan masalah hutang dan juga identitas Kalila.
"Kalila adik kandung dari Kalandra Hardian? Siapa Kalandra Hardian ini? Apa dia orang hebat? Kenapa Pak Glen jadi ketakutan begitu? Kalau kakak kandung Kalila memang sangat kaya, aku bisa tinggal minta uang saja sama dia. Aku harus menuntut dia untuk mengembalikan seluruh biaya yang pernah aku keluarkan selama ini untuk adiknya. Enak saja, dia hidup berlimpah kemewahan selama bertahun-tahun sementara aku harus menanggung biaya makan adiknya!"
bhkn sbntr lgi km jdi gembel ples kena pnyakit kelamin.... krna istrimu lia & vivi itu smuanya jalang... /Facepalm//Facepalm/