FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Novel perdana author.
Berawal dari gadis biasa yang menghadapi diskriminasi dan hinaan orang banyak di sekitarnya, Clara membuktikan kemampuannya dengan bekerja sebagai ahli keuangan yang mengesankan bagi seorang bos konglomerat. Di satu sisi, Clara menjadi salah seorang kepercayaan bagi atasannya. Namun, di sisi lain ia menyadari bahwa pekerjaannya berkaitan dengan hal-hal berbahaya yang tidak manusiawi. Pertemuan kembali dengan Kent, sahabat pada masa remajanya, memberikan Clara keberanian untuk menguak kejahatan orang-orang kelas atas yang berkaitan dengan berbagai kasus misterius. Akankah Kent tergerak untuk menolong Clara seperti sedia kala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Clara dan Kent
"Mengapa kau diam saja?" desak Adi, sadar dirinya telah berbicara sendiri walau sedang bersama dengan Kent.
"Tidak bisa. Pokoknya, kita tidak akan bekerja sama dengan gadis itu," tegas Kent.
"Kenapa? Bukankah posisinya akan sangat membantu pekerjaan kita? Ingatlah, aku dan kau saat ini dibayar oleh negara bak pasukan khusus untuk melakukan misi ini. Bisa-bisa kita tidak dibayar jika mengecewakan atasan," peringat Adi.
"Dia itu tidak berguna sama sekali, terlalu lemah, jauh berbeda dengan Debry," tambah Kent.
"Wah, kau tidak perlu begini. Bukankah kalian dulunya cukup akrab?" kata Adi masam.
"Tunggu.. Kau tahu ini semua darimana?" sanggah Kent.
"Bukan apa-apa," dalih Adi.
"Jangan berusaha menutupi apapun dariku. Katakan, bagaimana kau mendapatkan informasi semacam itu!" sentak Kent tiba-tiba.
"Iya, iya, akan kukatakan. Jangan memelototiku seperti itu. Kurasa, kau tidak pernah sadar siapa pihak di balik kekuatan militer yang mendukung ayahmu selama ini. Aku bahkan pernah ditugaskan untuk menjagamu saat masih remaja. Sayangnya, pasukan pembela ayahmu ini kalah, sehingga kita berdua harus berpisah dari ayah kita.. Bicara soal ayahku, dia merasa sangat bersalah karena gagal melindungi keluargamu. Pada akhirnya, ayahku yang sudah banyak mendapat pertolongan dari Bapak Sean Wahyudi memutuskan untuk bergabung secara sukarela dalam komunitas Rosario, semua itu demi mengawasi dan melindungimu."
Alasan tersembunyi Adi akhirnya dipahami oleh Kent.
"Kalau begitu, kau berbohong padaku ketika mengatakan bahwa ayahmu diculik dan dijadikan bagian dari komunitas Rosario?" tanya Kent lagi.
"Benar.. Lagipula, menculik ayahku tidak semudah itu, Kent. Seperti yang pernah kukatakan padamu, ayahku dulunya seorang Kapten."
"Benar juga. Seorang dengan pangkat Perwira seperti ayahmu pasti sangat tangguh. Aku pun belajar dasar bela diri darinya selama bertahun-tahun," respon Kent setuju.
"Aku tidak bermaksud membuatmu marah, tapi aku hanya penasaran..," ulang Adi.
"Soal apa?" tanya Kent.
"Clara Raharja. Aku paham kau tidak dekat dengan Non Debry. Namun, setidaknya kau pasti mempedulikan gadis polos seperti Nona Clara," sebut Adi.
"Kurasa, kau juga perlu memperbaiki mental dan cara berpikirmu jika ingin bekerja sama denganku. Kau salah besar, aku tidak mempedulikan gadis itu sama sekali," jawab Kent ketus.
Adi pun tidak dapat mengulangi perkataannya dan hanya menelan ludah. Dia berpaling dari Kent tanpa suara.
"Cih. Sifat kasarnya itu menurun dari siapa, sih? Tidak mungkin Bapak Sean mengajarinya untuk berbicara begitu. Kalau begitu, jawabannya hanya Rendra Rosario," omel Adi kesal, seperti berbisik.
"Aku pergi dulu," seru Kent dari jauh kepada Adi, sebelum pemuda itu menghilang dari tempat.
Baru berpikiran negatif, Adi tersadar dan menambahkan; "Hmm.. Sepertinya bukan, dia hanya menirukan ucapanku sebelumnya."
Kent yang sudah berada di luar untuk mencari udara segar mulai berjalan-jalan seorang diri di sekitar komplek tempat tinggal keluarga Sucipto.
"Bisa-bisanya dia menyebutkan nama anak itu beberapa kali di hadapanku.. Jika dia memang tahu aku dan gadis itu pernah dekat, mengapa dia keras kepala begitu?" geram Kent, melampiaskan kata-katanya yang tak terucapkan.
Tidak seorang pun tahu apa saja yang telah dialami oleh Kent selama bertahun-tahun terpisah dengan Clara, apalagi saat dirinya benar-benar kehilangan segalanya, saat dirinya menderita dan sebatang kara.
Sekitar 15 tahun lalu, saat Kent berjanji akan selalu berada di sisi Clara dalam bahaya sekalipun, pemuda itu diserang terlebih dahulu sebelum Clara berhasil melarikan diri.
"Clara, kau tidak apa-apa?" panggil Kent, seketika berhasil melepas tali belenggu pada tubuhnya dengan cara digesekkan berulangkali pada sudut tiang besi yang cukup tajam, lalu mengoyakkan tali yang mengikat tubuh Clara.
"Kent, di belakangmu!" jerit Clara ketakutan, seketika melihat sosok penyerang yang masuk.
Prang!
Suara pecah belah suatu benda membuat Clara semakin ketakutan sampai memejamkan mata. Saat membuka matanya kembali, Clara melihat darah segar mengalir dari lengan kanan Kent yang melindunginya dari bahaya.
Di belakang Kent, seorang pria dewasa terkapar dalam kondisi memegang pecahan pot tanaman, beserta luka gores berdarah dan memar pada bagian wajahnya.
"Jangan takut, Clara. Aku akan memberimu aba-aba, setelah itu berlarilah sekuat tenaga melalui pintu belakang yang setengah terbuka itu," suruh Kent, seraya menunjukkan jari telunjuk kirinya ke arah pintu berjarak sekitar 10 meter dari posisi mereka.
"Lalu, bagaimana denganmu?" tanya Clara, sambil menangis.
"Yang penting, kamu harus menyelamatkan dirimu. Pintu belakang itu seharusnya langsung menghadap ke jalanan atau halaman luar," balas Kent, dengan cekatan mengunci 3 pintu depan yang terhubung ke bagian dalam bangunan.
Mendengar ucapan Kent, gadis itu malah menolak untuk pergi.
"Tidak, pokoknya aku tidak bisa meninggalkanmu seorang diri di tempat seperti ini!" kata Clara keras kepala.
"Jangan bersikap kekanakan! Untuk apa kau menemaniku di sini? Apa kau ingin dijual oleh para penjahat itu? Sudah sewajarnya bagiku yang laki-laki dan jauh lebih kuat darimu untuk mengutamakan keselamatan gadis lemah sepertimu!" sentak Kent marah.
Di saat seperti ini, Clara paham bahwa Kent hanya terpaksa bersikap kasar kepadanya. Walau begitu, Clara membisu dengan tatapan kosong karena ketakutan.
"Clara!" tegur Kent keras terhadap gadis itu.
"Ba--Baiklah..," respon Clara akhirnya.
"Gadis pintar. Kalau begitu, berjanjilah padaku bahwa kau akan melarikan diri dan melaporkan kondisi di tempat ini kepada polisi," kata Kent.
Setelah mengamati sekelilingnya, barulah Clara paham bahwa ada 3 orang lain yang dijadikan sandera secara bersamaan dengan mereka. Masalahnya, tubuh ketiga orang sandera yang lain itu sedari awal diikat dan terbaring di atas tanah dengan tak sadarkan diri. Satu di antara mereka nampak terluka parah pada bagian pergelangan kaki hingga sekujur tubuhnya.
"Kent.. Kamu juga harus selamat. Aku.. Aku tidak bisa kehilangan sahabatku satu-satunya," isak Clara.
"Baik, aku berjanji kepadamu. Aku pasti akan menyusulmu dengan selamat," ucap Kent, sembari tersenyum hangat kepada Clara.
Entah mengapa, senyuman Kent membuatnya merasa sedikit lebih tenang dan perlahan mulai dapat berpikir kembali.
"Baiklah. Aku akan melakukan apapun sesuai aba-aba darimu," putus Clara.
Dengan cekatan, Kent melepaskan tali pengikat pada tubuh ketiga korban, lalu menyerahkan barang-barang pribadi yang sebelumnya telah disita oleh para penjahat kepada Clara.
"Terima kasih, anak muda.. Kamu sangat pemberani," ucap salah seorang korban wanita paruh baya yang perlahan membuka matanya.
"Apa Ibu baik-baik saja?" tanya Kent, seraya membantu wanita itu mengangkat tubuhnya hingga terduduk.
Wanita itu langsung menangis tersedu-sedu dan sepertinya susah berkata-kata, karena melihat putranya yang masih tidak sadarkan diri dan terluka parah.
Korban yang satu lagi ternyata adalah suami wanita tersebut. Kent mengecek beberapa luka fatal pada tubuh pria itu dan ternyata kondisinya sudah tak bernyawa. Akibatnya, wanita itu terus menangis dengan meraung-raung.
Baru menyaksikan duka yang memilukan itu, tiba-tiba salah satu dari 3 pintu ruangan tertutup tersebut dibobol secara paksa dan beberapa orang pria berpakaian serba hitam yang lain langsung masuk dengan membawa senjata.
"Lari!" seru Kent kencang, sehingga Clara langsung paham dan membawa wanita paruh baya itu lari bersamanya.
Dengan sekuat tenaga, Kent membuka paksa besi penutup saluran air yang digunakan sebagai pelindung dari lawan, kemudian menyerang dengan potongan benda tajam yang dipungutnya.
Melalui keberaniannya, Kent berhasil melukai setidaknya 3 orang pria dewasa, serta memastikan kaum hawa melarikan diri terlebih dahulu.
"Mereka kabur dari pintu belakang!"
Mendengar seruan para penjahat, wanita paruh baya itu menjadi panik dan ketakutan hingga terjatuh. Sayangnya, ia tewas tertembak, sehingga Clara harus berjuang menyelamatkan dirinya seorang diri. Sementara itu, Kent langsung tertangkap oleh lawan berjumlah 8 orang, dan kemudian dibuat tak sadarkan diri dengan serangan stun gun.
Tidak hanya itu, setelah sadar Kent terus dipukuli hingga hampir kehilangan nyawanya. Di saat dirinya berputus asa, mendadak seorang bernama Rendra Rosario memutuskan untuk melarikan Kent dari yang lain dan merawatnya hingga pulih, tentunya dengan harga setimpal yang harus dibayarkan oleh Kent di kemudian hari.
Mulai hari itu, sebuah trauma membekas dalam diri Clara. Namun, tidak sama dengan Kent. Satu-satunya yang membekas dalam diri lelaki itu adalah keinginan untuk membalas dendam, walau harus mati sekalipun.
- Bersambung -
MISTERIUS
😝