Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa ini milik pria itu
Seorang wanita datang menemui Larissa ketika gadis cantik itu baru saja memulai pekerjaan nya.
" Ris, kamu di panggil Bu Mely. "
Larissa meninggalkan pekerjaan nya, meskipun sedikit bingung Ia melangkah ke ruangan pemilik toko tempat nya bekerja.
Setelah mengetuk pintu terdengar sahutan dari dalam, perlahan Rissa melangkah masuk.
Mely memintanya duduk dengan isyarat dan Larissa pun mengangguk patuh.
" Sudah berapa lama kamu bekerja disini. "
Larissa lagi-lagi di buat bingung dengan pertanyaan bos nya itu, hatinya membatin mengenai semua hal pagi ini.
" Sangat di sayangkan, kamu sudah lama bekerja disini bahkan kamu juga adalah karyawan teladan, namun sayang sekali. Aku dengar kemarin ada masalah disini dan itu bersangkutan dengan orang baru yang kamu bawa. Larissa, kamu tentu tau peraturan disini dan dari kabar yang aku terima, ini sudah benar-benar tidak bisa di toleransi. Aku tidak mau hal ini membawa pengaruh buruk pada tempat ini bahkan pada karyawan yang lain. "
Larissa yang sempat di buat bingung kini mulai faham mengenai situasi yang di alaminya saat ini.
Meskipun begitu Ia merasa ada sesuatu yang janggal, bagaimana bisa Bu Mely mengambil keputusan tiba-tiba seperti ini. Larissa ingin menjelaskan mengenai sahabat nya itu pada wanita di depan nya namun wanita itu seolah tidak memberinya celah untuk membela diri.
Pilihannya hanya dua, Larissa mengijinkan Arsy keluar dari pekerjaan nya atau dirinya juga keluar kalau tetap memaksakan kehendak.
Sungguh pilihan yang sulit, Larissa sangat membutuhkan pekerjaan nya. Apalagi jaman sekarang, susah menemukan pekerjaan hanya bermodalkan ijazah sekolah menengah atas.
Sekarang Larissa baru menyesal kenapa dulu tidak sekolah dengan benar, padahal kedua orang tuanya cukup mampu membiayai pendidikan nya.
...******...
Larissa melangkah memasuki sebuah ruangan, Ia datang bukan dengan tangan kosong namun ada beberapa yang Ia bawa untuk sahabatnya itu.
" Loh Sus, kemana pasien disini. "
Ternyata Ia tidak mendapati keberadaan Arsy, hanya seorang wanita cantik yang bertugas membersihkan tempat itu.
" Oh Mbaknya temannya pasien yang sebelumnya disini ya. " Larissa mengangguk cepat dan kembali bertanya kemana sahabat nya itu, apa sudah siuman dan di ijinkan pulang. Tapi kenapa Arsy tidak memberi kabar padanya.
" Belum Mbak, pasien meminta di pindahkan ke ruang sebelah. Katanya ada keluarga nya yang lain yang kebetulan juga sedang di rawat di rumah sakit ini. "
Larissa menghela nafas, sedikit lega. Ia berpamitan pada suster itu lalu melangkah pergi ke ruangan dimana Bude Lastri di rawat.
Senyum terpancar di wajah Larissa ketika melangkah masuk ke ruangan yang di maksud, Ia benar menemukan sahabatnya itu disana.
" Hallo Bude, bagaimana kabarnya sekarang. Apa yang Bude rasakan. "
" Bude baik Ris, alhamdulillah. Oh ya, makasih kamu sudah menjaga Arsy dengan baik. Bude tidak tau apa yang akan terjadi kalau tidak ada kamu. "
" Bude tidak perlu berterima kasih, Arsy ini bukan orang lain. Dia adalah sahabat ku bahkan seperti saudara ku, kami tumbuh bersama dan Bude juga tau itu. "
Tidak ada yang salah dengan ucapan Larissa, mereka memang tumbuh bersama selama ini, baru terpisah ketika mereka sama-sama bekerja di kota.
Larissa memang tidak mau terpisah dari Arsy, bahkan dulu Ia rela tidak melanjutkan pendidikan nya karena Arsy terpaksa berhenti di tengah jalan.
Ibu tiri nya tidak menginginkan Arsy melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan alasan buang- buang uang. Kenyataan tidak seperti itu, Rita tidak mau Arsy terlihat lebih unggul dalam segala hal di banding anak kesayangan nya.
Semua nya tidak terlalu sulit karena Lukman selaku Ayah kandung Arsy yang begitu mencintai wanita licik itu, sehingga apapun yang di katakan olehnya selalu di turuti meskipun kadang terbilang mustahil.
Alhasil Arsy memilih bekerja, tidak cukup sampai disitu. Arsy juga masih di tuntut untuk membiayai adik tiri nya itu. Separuh dari gaji perbulan nya di serahkan kepada ibu tirinya.
awal- awal Arsy protes namun ketika sang Ayah turut bicara akhirnya Ia pun hanya bisa mengalah dan menerima.
" Sudahlah Sy, bisa tidak kamu itu jadi anak tidak usah membantah. Kamu itu pintar, tanpa sekolah tinggi pun kamu pasti mudah untuk mendapatkan pekerjaan di luar sana. Tapi tidak dengan adik mu, apa kamu nggak punya rasa iba sedikit pun padanya. Seharusnya sebagai kakak kamu harus mengalah dong sama adik mu. "
Kata itu masih terekam jelas di ingatan Arsy, bagaimana Ayah nya begitu membela adik tirinya di banding dengan nya.
\*\*\*
" Maaf Ris, karena aku kamu jadi terkena masalah. Aku akan menemui Bu Mely dan meminta maaf padanya, kamu tidak boleh menerima ini semua. Ini adalah salah ku dan aku akan menjelaskan semuanya kalau perlu aku akan memohon padanya agar kamu bisa tetap bekerja disana. "
Larissa menggeleng masih dengan senyum menghiasi wajahnya, kini mereka sudah berada di kontrakan milik Bude Lastri.
Bude pun sudah di ijinkan pulang, meskipun masih nampak lemah.
Wanita itu penasaran mengenai masalah kedua wanita muda itu, untuk itu Lastri pun langsung menanyakan masalah apa yang sedang mereka bahas.
" Bos seperti apa dia, masa karyawan pingsan saja langsung di pecat. Lalu apa hubungannya dengan mu Nak, kenapa malah kamu juga ikutan di pecat. "
Arsy dan Larissa saling pandang, keduanya bingung harus menjawab apa.
" Nak, ada apa. Apa kalian masih tetap ingin menyembunyikan sesuatu dari Bude. Hm Bude tau, Bude ini bukan orang tua kalian...
Larissa ingin buka suara namun Arsy menghentikan nya dengan isyarat, akhirnya Larissa memilih diam.
Arsy menghampiri Bude nya dan duduk di sisi ranjang, di raih dan di genggamnya tangan itu.
Arsy menguatkan dirinya, menyakini bahwa semua akan baik- baik saja. Terdengar helaan nafas berat sebelum mengalir cerita yang membuat getar di dalam hati.
" Sebenarnya Arsy....
" Katakan saja Nak, Bude akan selalu bersama mu. "
Seakan tau kalau ada masalah besar yang akan Ia ketahui, jadi Lastri sudah mempersiapkan mentalnya.
" Arsy hamil Bude, maafkan Arsy.... "
Arsy menundukkan kepala tidak berani melihat kekecewaan di wajah Lastri, Ia tau ini benar-benar menyakiti hati wanita itu.
Ternyata di luar dari perkiraan Arsy, Lastri langsung menarik tubuh Arsy kedalam pelukan nya.
" Jangan menangis, ada Bude. Bude tidak akan meninggalkan mu sendiri. "
Tangannya mengusap pelan punggung yang bergetar itu, sebenarnya Lastri pun terguncang namun di depan Arsy Ia mencoba baik- baik saja.
Wanita muda ini sedang butuh dukungan, pelukan bukan nasihat yang mungkin akan melukai hatinya.
Lama keduanya berpelukan sampai tangis Arsy mereda, begitu juga dengan Larissa. Ia juga menepuk pelan punggung sahabatnya.
Mereka gantian berpelukan, mencurahkan segala rasa di dalam hati.
" Apa ini milik Pria itu. "
Lastri bertanya dengan penuh ke hati-hatian, Arsy pun mengangguk pelan. Percuma juga menutupi semuanya, toh Ia pun tidak akan mampu berdiri sendiri. Cepat atau lambat semuanya pun akan ketahuan nanti.
Larissa yang belum tau siapa pria yang di maksud oleh Bude dan juga Arsy, hanya bisa sabar. Namun satu orang yang saat ini terbesit di otaknya adalah mantan suami sahabatnya.
Larissa memilih diam, Ia yakin kalau nanti sahabatnya itu akan mengatakan semuanya padanya nanti. Tidak perlu terburu-buru mencari tau.
***
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke