SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Mereka
Sonia, Angel, dan Naima menyambut kepulangan anak-anak dan suami mereka. Anak-anak itu memeluk ibu mereka masing-masing, selama lima hari mereka tidak bertemu dengan ibu mereka.
“Mama, Zeline kangen mama.” Sonia mengusap wajah anaknya itu.
“Mama juga nak, mama senang kalian baik-baik saja.”
“Laura sama Seyyal mana?”
“Laura masuk rumah sakit Vanno, sudah lima hari ini kondisinya terus memburuk karena memikirkan kalian, dia demam tinggi hingga sering mengigau dan hari ini Seyyal yang merawat Laura.” Jelas Angel, Vanno dan Miller segera menyusul ke rumah sakit, begitu pula dengan anak-anak Vanno.
Arkan, Azkan dan Ayla memilih untuk tetap di rumah, mereka semua membersihkan diri, mereka membutuhkan energi untuk bisa seperti semula, efek obat yang diberikan oleh Ibel waktu itu masih membuat mereka lemah.
Vanno langsung memeluk erat istrinya yang terlihat kurus, lingkar mata Laura juga menghitam.
“Aku sangat takut memikirkan kalian, kenapa kalian begitu lama meninggalkan aku?” tangis Laura dalam pelukan Laura.
“Maafkan aku sayang, kami sudah membuat kamu khawatir hingga sakit seperti ini.” Laura menatap heran pada anak-anaknya, mereka sama sekali tidak bersimpati pada Laura dan malah memalingkan wajah dari Laura.
Seyyal juga memeluk suaminya itu, Seyyal dibawa pulang oleh Miller, sama seperti yang lain, Seyyal sangat merindukan anak dan suaminya. Di jalan, Miller menceritakan semuanya pada Seyyal.
“Anak-anak pasti akan membenciku Seyyal, mereka benar-benar kecewa padaku.” Seyyal memeluk lengan suaminya.
“Mereka tidak akan membencimu, aku akan memberikan pengertian untuk mereka.” Miller mengecup kening Seyyal.
“Aku sangat mencintaimu Seyyal.”
“Aku juga.”
Di rumah sakit, Laura juga sudah mendengar semua cerita dari Vanno. Ketiga anak Laura begitu kecewa padanya, Laura tidak memungkiri kebencian anak-anaknya, dia menerima semua itu dengan lapang dada karena memang dia serendah itu di masa lalu.
“Aku malu dengan sikap mommy, aku malu mom.” Gaby berlari keluar ruangan Laura, disusul oleh Benicio.
“Ini sangat menyakitkan untukku mom, kau begitu rendah, benar yang Gaby katakan, kami malu dengan sikapmu itu.” Laura hanya bisa menangis karena mendapat kebencian dari ketiga anaknya. Hazi menyusul Gaby dan Benicio, mereka pulang ke rumah tanpa mempedulikan kondisi Laura.
Laura menangis dan dipeluk oleh Vanno, dia tidak bisa lagi berkata-kata saat ini.
“Aku akan bicara dengan mereka sayang, kamu tenang ya, semua ini akan selesai.”
“Aku memang begitu hina Van, aku sangat hina.” suara Laura mulai lemah dan dia pingsan, kondisi Laura semakin memburuk.
“Bagaimana istri saya dokter?”
“Ibu Laura mengalami stres berat, ditambah lagi dia tidak mengkonsumsi makanan dalam waktu lima hari ini, kondisinya semakin memburuk, sistem pencernaannya juga tidak baik, kita akan melakukan perawatan intensif untuk Ibu Laura. Usahakan untuk membuat dia tenang, jangan sampai dia stres atau memiliki beban pikiran yang berat, itu akan berefek pada kondisinya.”
“Terima kasih dokter.”
...***...
“Aku ingin tinggal bersama dengan Kakek di Maroko, aku tidak mau lagi hidup denganmu abi, kau memang keterlaluan.” Azad juga marah pada Fian.
“Tolong Azad, jangan seperti ini, abi tidak mau jauh darimu, itu semua masa lalu abi nak.”
“Aku tau masa lalu abi, aku tidak mempermasalahkannya bi, tapi kau sudah menyakiti umma, asal kau tau, dia selalu menangisi mu setiap hari, aku masih bisa terima kalau kau memiliki istri lain waktu itu, tapi mengetahui kau pernah memukul ibuku, aku tidak bisa menerimanya, kau sangat keterlaluan.” Fian berlutut di hadapan Azad, dia memang keterlaluan saat itu, dia sudah menyakiti Syena secara lahir dan batin.
“Tolong jangan pergi nak, katakan apa yang harus abi lakukan untuk menebus semua itu?”
“Tidak ada bi, bagaimana kau akan menebusnya? Syena Almira itu sudah tiada dan selama ini kau sudah hidup bahagia tanpa ibuku.” Fian semakin terisak mendengar perkataan anaknya, Naima, Rayyan dan Sofi hanya bisa menangis melihat luapan amarah Azad.
Naima yang selama ini selalu memberikan kasih sayang penuh pada Azad mulai mendekati anak itu.
“Selama ini abi mu sudah memberikan yang terbaik untuk kita nak, dia juga sudah dihukum atas perbuatannya pada ibumu, hatinya selalu dipenuhi sesal atas kepergian Syena, ummi mohon sayang, berbaik hatilah menerima kami.” Naima juga ikut berlutut pada Azad yang membuat Azad terkesiap lalu meminta Naima untuk berdiri.
“Jangan seperti ini ummi, selama ini ummi sudah menjadi ibu yang baik untukku, tapi kesalahan abi, aku belum bisa menerimanya.”
“Kau bisa menghukumku dengan apapun Azad tapi tolong jangan tinggalkan aku.” Fian masih terus memohon pada putranya dengan Syena itu.
“Maaf bi, aku tidak mau menghukummu, aku hanya ingin pergi darimu.”
“Jangan pergi Azad, aku tidak siap untuk kehilangan putra ku, bagaimana aku akan menjalani hidup jika anakku pergi?” Naima menangis dan langsung dipeluk oleh Azad.
“Jangan menangis lagi ummi, aku tidak akan kemana-mana, tolong jangan menangis.”
“Tolong maafkan abi Azad, maafkan abi.” Azad memeluk Fian, dia memaafkan pria yang ada di hadapannya itu.
“Berhentilah menangis bi, umma akan marah padaku jika aku menyakitimu seperti ini.” Mereka akhirnya berpelukan, Rayyan dan Sofi ikut bahagia karena Azad bisa menerima semua keadaan ini.
...***...
Sean memeluk Sonia, dia menangis dalam pelukan istrinya itu, menyesali semua perbuatan yang pernah dia lakukan pada Sonia.
Melihat rekaman itu membuat hati Sean kembali terluka, rasa sesal itu kembali tiba.
“Jangan diingat lagi, semua sudah berlalu Sean, kita sudah melewatinya bersama dan saat ini kita hanya perlu membangun kenangan manis dalam hidup kita.”
“Anak-anak membenciku Sonia, mereka sangat kecewa padaku, aku ini bajingan, andai aku mencari tahu dulu semua tentangmu, pasti semua ini tidak akan terjadi, aku terlalu bodoh karena mengemukakan emosi terlebih dahulu padamu sampai kau menderita di tanganku, aku hampir membunuhmu Sonia.” Sonia memeluk suaminya, berusaha untuk membuat Sean tenang terlebih dahulu.
Zay sebagai anak laki-laki, sangat kecewa pada Sean, pria yang dia anggap sebagai panutan ternyata pernah melakukan kesalahan yang membuat mamanya menderita.
Video siksaan Sean pada Sonia itu membuat hati Zay sangat sakit, dia bisa melihat bagaimana Sonia menahan sakit yang teramat ketika Sean menderanya.
Semua video yang dimiliki oleh Ibel itu merupakan hasil rekaman yang dia kumpulkan dari mereka semua, selama bertahun-tahun Ibel mengumpulkan semua itu.
Mengenai video yang dituju untuk Kenzo, Vanno dan Fian, itu semua memang ada rekamannya tapi Miller dan Sean bukan merekam sendiri perbuatan mereka. Perbuatan Sean itu pernah direkam oleh Khadijah saat ingin memberikan informasi pada Nila dan perbuatan Miller direkam oleh orang suruhan Zinov saat Miller menculik Seyyal.
Semua itu didapatkan oleh Ibel dan Zinov secara diam-diam dari berbagai sumber.
Sonia memasuki kamar Zoya dan Zeline, mereka langsung memeluk Sonia lalu menangis. Sedangkan Sean mencoba untuk bicara dengan Zay, yang sedari awal sudah begitu terlihat kalau dia menahan emosinya.
“Apa sekejam itu papa dulu sama mama? Sesakit itu mama bertahan dengan papa ya?” tangis Zeline dalam pelukan Sonia.
“Kenapa papa sangat jahat ma? Aku begitu kecewa.” ujar Zoya.
Sonia menceritakan awal mula kenapa hubungan mereka bisa seperti itu, Sonia mencoba untuk memberi pengertian pada kedua putrinya.
“Papa kalian sudah melakukan yang terbaik untuk hidup mama selama ini nak, tidak ada yang bisa menandingi rasa cinta papa pada mama. Cukuplah rasa sesal itu yang menjadi hukuman untuknya, tolong kalian jangan membenci dia juga.” Zoya dan Zeline kini mengerti dengan apa yang terjadi, Sonia juga tidak menyalahkan atau menyudutkan Sean, semua ini juga terdapat kesalahannya.
...***...