"Untuk hidupku sendiri, akan ku lakukan apapun yang bisa dilakukan, agar dapat bertahan hidup di dunia Aneh ini." ( Athena / Phoenix)
*****
'Phoenix'. Sebuah nama samaran dari seorang pensiunan yang bekerja sebagai psikolog kriminal.
Ia telah lama bekerja sama dengan para penyelidik di kepolisian untuk mengungkap banyak pelaku kejahatan. Banyak penghargaan serta mendali emas yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya.
Namun, hal itu tidak menyebabkan semua orang senang dengan kemampuan prediksinya. Terutama para penjahat yang telah di tangkapnya.
Pada akhirnya, Phoenix harus pasrah menerima kematiannya di tangan salah satu penjahat yang sempat ia tangkap.
Tapi..... Benarkah Phoenix benar-benar mati?
Atau takdir malah memberikan kesempatan kedua padanya untuk hidup di dimensi lain?
Simak kisahnya dalam cerita ini.
😌😌😌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. Kerjasama di antara adik dan kakak.
Kali ini, Athena tidak menggunakan kemampuan api hitamnya untuk melawan para para zombie itu.
Ia ingin menghemat energi dan menggunakannya untuk menyerang zombie tier 3.
Reagan juga melakukan hal yang sama, terutama sebab dirinya telah banyak menggunakan kemampuan gunturnya saat penyerangan gelombang zombie pertama.
Para zombie lebih sulit di tangani akibat kontrol zombie tier 3, dan jatuhnya korban di pihak manusia tidak bisa di hindari. Terutama pada pihak penyintas yang tidak mampu melindungi diri sendiri.
Raungan zombie silih berganti, seolah mereka sedang saling berkomunikasi. Athena dan Reagan tidak menghentikan tangan dan kakinya untuk memusnahkan para zombie tersebut, meski raungan terdengar menakutkan.
Pada akhirnya, setelah sejumlah usaha jumlah zombie tipe rendah perlahan mulai menyusut, akan tetapi hal itu membuat zombie tipe mental semakin marah.
ROARRRRR....
Pada akhirnya, ia mulai menyerang Athena dan Reagan. 2 orang yang paling banyak membunuh anak buahnya.
"Hati-hati pada serangan mentalnya." ucap Athena memperingati.
"Tenang saja. Aku memiliki mental yang cukup kuat." jawab Reagan acuh.
"Aku hanya mengingatkan. Jangan remehkan musuh." balas Athena sambil memutar kedua bola matanya malas.
"Aku tahu, jangan khawatir." jawab Reagan datar.
Athena akhirnya menghiraukan pria yang menjadi kakak angkatnya itu. Sebagai seorang pemimpin, dia memang harus menyadari tentang untuk tidak meremehkan lawan.
Kini, keduanya bertarung dengan serius, Reagan yang mengeluarkan benih petir, sementara Athena yang membentuk api hitamnya seperti cambuk.
Tak lupa, gadis itu juga masih mengeluarkan bola-bola api hitam dan mengarahkannya pada zombie tier 3.
Meski zombie itu dengan gesit menghindari bola apinya, setiap kali ada celah, cambuk beserta benih petir akan sesekali melukainya.
"Zombie itu benar-benar sulit untuk ditangani." keluh William yang juga sedikit membantu mereka berdua, dalam menyerang zombie tier 3.
"Wajar saja, kekuatannya 1 level lebih tinggi dari pada kami." balas Athena yang tidak berhenti melambaikan cambuk api hitamnya.
Ledakan demi ledakan silih berganti. Jalanan yang awalnya di penuhi mobil bekas, sekarang di penuhi tumpukan mayat zombie.
Setelah beberapa waktu berusaha, zombie tier 3 juga menunjukkan banyak kesalahan selam pertarungan.
Dia tidak bisa melukai Athena dengan serangan mentalnya, sedangkan pihak lawan telah banyak melukainya hingga ia membutuhkan banyak waktu untuk memulihkan diri.
Oleh sebab itu, zombie tier 3 mengorbankan seluruh pasukannya untuk menjadi perisainya.
Sayangnya, itu tidak berlangsung lama, sebab banyak dari tentara yang membantu mengalahkan para zombie tingkat rendah agar tidak menjadi gangguan bagi pemimpin mereka untuk mengalahkan bos para zombie itu.
Pertarungan terjadi hingga 1 jam sebelum Athena dan Reagan berhasil mengalahkan zombie tipe mental dan akhirnya para tentara dibantu para penyintas berhasil memusnahkan seluruh zombie yang ada.
.....
"Hah, pertarungan kali ini benar-benar melelahkan." ujar William berkomentar, sambil duduk ditanah.
Bukan hanya William, tapi semua orang terkecuali Reagan dan Athena, semua menghela nafas lega sambil terduduk di tanah yang di kelilingi mayat zombie.
Athena mengabaikan ucapan pria itu dan berjalan lurus menuju arah mayat zombie tier 3 berada.
"Sistem, ambilkan inti kristal itu dan segera berikan padaku." ucap Athena memerintah.
Ia merasa jijik kalau harus mengobrak-abrik kepala zombie sendiri. Jadi Athena merasa bersyukur, saat sistem mengatakan inti kristal akan secara otomatis berada dalam ruang sistem, tanpa harus ia sendiri yang mengeluarkannya.
Namun saat ini, dia harus berpura-pura mengambilnya sendiri. Maka dari itu, Athena mengeluarkan sarung tangan dan belatinya, kemudian berpose seolah-olah ia sedang mengeluarkan inti kristal tersebut.
"Sudah mendapatkan apa yang kau inginkan?" tanya Reagan, yang muncul secara tiba-tiba dari arah belakang.
"Ya. Aku sudah mendapatkannya. Senang bekerja sama dengan anda." ucap Athena tenang.
"Lalu bagaimana dengan syarat ku?" tanya Reagan.
"Ini, percaya atau tidak, semua informasi yang kau butuhkan mengenai inti kristal ada dalam buku itu." ucap Athena sembari memberikan kakak angkatnya sebuah buku.
"Buku novel? Apa anda sedang bercanda dengan ku sekarang?" tanya Reagan sedikit kesal.
"Baca dahulu dan anda akan mengerti. Juga jangan marah-marah, nanti cepat tua." balas Athena tetap tenang dan sedikit becanda, walau di tekan oleh aura Reagan.
Pria itu menyipitkan ke dua matanya. Ia masih ragu dan mengabaikan ejekan gadis itu, namun tetap menerima pemberian gadis itu.
"Baiklah, Karena urusan kita sudah selesai, aku pergi." ucap Athena berterus terang.
"Tunggu, aku belum tahu siapa nama penolong kami?" tanya Reagan, mencoba meraih tangan orang itu.
Entah mengapa, dia sedikit enggan melihat gadis yang menyembunyikan wajahnya di balik masker pergi.
Terlebih dengan kekuatan yang sangat besar itu, dia berharap agar bisa memasukannya ke dalam tim.
Tapi sayangnya, gadis itu dengan gesit menghindar.
"Nana, anda bisa memanggil saya dengan sebutan itu." Jawab Athena asal, tanpa mau menatap sang kakak.
Gadis itu bingung dengan perubahan sikap dari sang kakak yang awalnya datar, dingin, dan acuh, sekarang malah nampak tertarik padanya. Akan tetapi, ia abaikan untuk saat ini.
"Tunggu, boleh saya tahu tujuan anda? Kami bisa memberi tumpangan untuk menuju kesana?" tanya Reagan menawari tumpangan.
Sejujurnya ia sendiri merasa aneh dengan dirinya. Reagan tidak pernah menawari orang tumpangan, orang lainlah yang akan meminta perlindungan.
"Tidak perlu. Tim ku tidak jauh dari sini, jadi selamat tinggal." ucap Athena tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengannya, lalu bergerak dengan terburu-buru.
Setelah berbelok di persimpangan, dan melihat jika pihak lain tidak mengejar, ia menghela napas lega.
Kali ini dia tidak mengeluarkan sepatu roda untuk kembali ke pom bensin, melainkan mengeluarkan skateboard.
Sama seperti sepatu roda, dia juga pandai memainkan skateboard. Namun ia tidak ingin main-main saat ini. Di perkirakan, para pengawal itu sedang mencemaskan nya sekarang.
Oleh sebab itu, ia kembali ke pom bensin dengan melewati jalan yang tadi ia lewati saat berangkat.
...****************...
...****************...
Reagan melihat punggung gadis itu dengan wajah datar, tapi ada kekecutan dalam raut wajah tersebut.
Seolah, seseorang telah merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Tapi ia juga sadar bahwa itu pemikiran yang sangat konyol. Jelas keduanya baru saling bertemu. Lalu, mengapa muncul perasaan kesal saat orang tersebut menolak tawarannya?
Dia bahkan sudah berbaik hati untuk menolong mereka. Tapi, kenapa ia pergi begitu saja setelah membunuh zombie tier 3 dan mendapatkan inti kristal?
"Mungkinkah sejak awal dia hanya menginginkan inti kristal itu, sehingga ia mau datang menolong? Dan memanfaatkan kami untuk membantunya? " tanya Reagan dalam hati, sambil tertegun sejenak.
Jika tebakannya benar, bukankah gadis itu benar-benar licik?
"Tapi, dia juga memiliki kontribusi untuk membantu. Jika tidak, dengan kemampuan ku dan tim yang telah lama kelelahan, mereka hanya akan jadi makanan para zombie itu." gumam Reagan sambil mengerutkan keningnya.
Pria itu tidak mengerti, apakah orang itu baik atau licik. Tapi, ia berharap dapat bertemu dengannya kembali.
.....
"Ini sudah hampir sore hari, tapi nona belum juga kembali. Saya khawatir terjadi sesuatu pada nona." ucap salah seorang pengawal dengan raut wajahnya cemas-nya.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita mencarinya?" tanya pengawal lain yang sama cemas-nya.
Ke empat pengawal itu menolehkan kepalanya pada sang kapten, menunggu persetujuannya.
Daniel saat ini sedang menyandarkan punggungnya pada mobil. Dia juga cemas, bahkan lebih khawatir.
Bagaimanapun, nona Athena telah menjadi tanggung jawabnya, dengan cara apa ia akan berbicara dengan atasan.
Tapi sebagai kapten, dia harus berpikir rasional. Bukankah tidak ada kabar juga disebut kabar baik?
"Kita tidak bisa pergi dari sini. Bagaimana jika setelah kita pergi, nona malah kembali?" ucap Daniel membuat semua anak buahnya juga ragu.
"Kalau begitu, kita bagi 2 tim. 1 tim pergi untuk mencari nona, sementara tim 2 tinggal dan menunggu." ucap Ryan mencoba memberi solusi terbaik yang ia pikirkan.
Tapi, sebuah suara menghentikan tindakan mereka.
"Tidak perlu, aku sudah kembali." ucap Athena, berjalan sambil memegang skateboard di tangan kanannya.
"NONA!" seru semua orang.
Athena sedikit terkejut atas seruan mereka, namun ia tersenyum lembut saat menatap semua mata yang mengkhawatirkannya.
"Aku benar-benar minta maaf sebab telah membuat para pria besar ini khawatir. Tapi kalian tenang saja, aku kembali tanpa luka satu pun. Aku baik-baik saja. " ujar Athena menekankan kata bahwa ia berada dalam kondisi baik.
Semua orang mendesah lega saat memperhatikan bila kondisi sang nona memang nampak baik tanpa adanya luka.
"Baiklah, karena nona sudah kembali, lebih baik kita segera meninggalkan tempat ini. Lagipula kita masih memiliki janji." ucap Daniel tidak ingin membuang-buang waktu lagi.
Semua orang setuju, termasuk Athena. Ini memang keputusan yang benar untuk secepatnya meninggalkan tempat ini, kota ini.
Berurusan dengan kakaknya, hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah. Bahkan jika ia kuat, namun hubungan persaudaraan keduanya tidak berjalan baik.
Jadi, lebih baik jauhi dia.
.
.
.
TO BE CONTINUE.
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗