Sesa adalah gadis cantik dan anggun yang secara diam - diam mencintai kekasih dari sahabat.
Memendam cinta kepada seorang pria selama 10 tahun lamanya. Tapi cinta tak berpihak padanya di saat sahabatnya menggandeng seorang pria sebagai kekasihnya yang tak lain adalah pria yang selama ini di cintai Sesa.
Tidak ingin melukai sahabatnya Sesa lebih memilih untuk melupakan cintanya. Tapi apa yang terjadi tak sesuai dengan harapan, di saat Sesa mencoba melupakan pria itu, justru mereka malah terikat sebuah benang merah.
Lalu apa yang harus Sesa lalukan? Akankah Sesa menolak keinginan keluarganya demi kebahagiaan sahabatnya? Atau lebih memilih mengikuti keinginan keluarganya meski hatinya sendiri terluka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dekat tapi jauh
"Saya bilang disini saja" Tekan Yuga.
"Tap.. tapi"
"Tenanglah, saya tidak akan memakan mu. Lagipula saya juga tidak mau melakukan itu dengan orang yang tidak saya cintai"
Lagi, luka-luka kecil selalu Yuga berikan untuk Sesa. Jika hatinya bisa dilihat mungkin sudah penuh sayatan.
Sesa akhirnya mengalah dengan egonya. Berlahan mulai membaringkan tubuhnya membelakangi Yuga.
Di saat seperti ini, Sesa tak bisa pergi ke alam mimpi. Matanya ia pejamkan namun pikirannya berkelana. Sementara Yuga masih bersandar di headboard dengan buku tebalnya yang hampir satu jengkal tebalnya.
"Besok kita akan ke toko perhiasan, saya jemput saat makan siang" ucap Yuga langsung ke intinya.
"Iya mas" Sesa hanya bisa mengiyakan karena kalimat Yuga barusan bukan ajakan atau pertanyaan, mana bisa Sesa menolak.
Yuga mematikan lampu kamar meninggalkan dua lampu tidur di sisi kiri dan kanan ranjang. Yuga membaringkan diri di sisi yang lainnnya.
"Ya Allah jantungku rasanya ingin keluar" batin Sesa saat merasakan Yuga mulai berbaring dibelakangnya.
Beberapa saat kemudian terdengar dengkuran halus dari Yuga, menandakan pria itu sudah terlelap. Entah karena lelah atau tak peduli dengan keberadaan Sesa, pria itu tetap saja bisa tertidur dengan nyaman.
Sesa memberanikan diri membalikkan tubuhnya menghadap wajah suaminya.
Sesa mengagumi wajah simetris suaminya. Wajah yang sangat sempurna dilihat dari sisi manapun.
"Apa hanya disaat seperti ini aku bisa sedekat ini dengan mu mas? memandang mu tanpa rasa takut. Kamu dekat sekali di depan mataku tapi terasa sangat jauh tak tergapai. Jika hatimu bak sebuah jagung, sudikah kamu memberiku walau hannya sebiji saja mas?"
***
"Pagi ma" sapa Sesa kepada Vani yang sedang asik memasak di dapur.
"Pagi sayang, udah cantik aja kamu nak"
"hehe iya ma, Sesa bantu ya ma?"
"Ini tinggal ditata ke meja makan aja sa, yang ini biar mama yang lanjutkan" tunjuk Vani pada sayur yang masih ada di atas kompor.
"iya ma"
Sesa sudah selesai menyiapkan semua makanan di atas meja, termasuk tah hangat dan kopi pahit khusus untuk papa mertuanya.
"ma Sesa bangunin mas Yuga dulu ya"
"iya Sa"
Tiba dikamar ternyata Yuga sudah terbangun dari tidurnya. Sesa mendengar suara gemercik air dari kamar mandi menandakan suaminya sedang mandi. Sesa masuk ke walk in closet menyiapkan baju untuk suaminya, berharap kali ini Yuga akan memakainya. Sesa meletakkan di atas meja kaca di ruangan itu.
Sesa kembali ke meja makan yang ternyata sudah berpersonil lengkap, hanya tinggal dirinya dan Yuga.
"Yuga sudah bangun sa?" tanya kakek.
"Sudah kek mas Yuga sedang mandi, sentar lagi selesai"
Tak..tak..tak..
Semua mata beralih menatap pemilik suara sepatu yang turun dari tangga. Rasa kecewa kembali menyerang Sesa, Yuga kembali tak memakai pakaian pilihannya. Namun dengan sekejap Sesa mampu mengurai kekecewaannya.
"Pagi" sapa Yuga pada semuanya.
Suasana sarapan terjadi begitu saja, hanya obrolan ringan anggota keluarga wiratama.
***
Suasana hening kembali terjadi di dalam mobil. Yuga akan mengantar Sesa ke cafenya terlebih dahulu. Tidak mungkin Yuga akan membiarkan Sesa berangkat sendiri mengingat mereka berangkat dari rumah orang tuanya.
"Nanti saya jemput saat jam makan siang" Pesan Yuga saat tiba di parkiran cafe.
"Iya mas" Sesa mengulurkan tangannya ke arah Yuga.
Tapi yang didapat Sesa adalah kediaman suaminya tanpa pergerakan tangan untuk menyambut Sesa. Dengan kecewa Sesa menarik tangannya kembali.
"Aku ingin mencium tangan mu saja kamu nggak mau mas" keluh Sesa dalam hatinya.
"Terimakasih mas, hati-hati saat berkendara" dengan tersenyum tulus Sesa hanya bisa mengatakan itu sebelum keluar dari mobil suaminya.
"pagi mba Sesa" sapa seorang karyawan.
"pagi" balas Sesa ramah.
Sesa menghampiri dewi yang sedang menyiapkan bahan untuk membuat cake.
"Hari ini ada pesanan ngga wi?"
"Ada mba diambil nanti siang, cuma tinggal finishing sama packing aja kok"
"Ya udah sini biar aku aja" Sesa meletakkan tasnya asal dan menyambar appron untuk melindungi bajunya.
Saat membuat kue seperti ini biasanya Sesa akan melupakan semua masalahnya, karena menurut Sesa menghias cake adalah menciptakan sebuah keindahan. Maka dari itu saat memulai menghias sesa berharap setelah selesai semua masalahnya akan berubah menjadi kebahagiaan.
Sesa kembali ke ke ruangannya untuk beristirahat sebentar sebelum Yuga menjemputnya. Kepalanya ia sandarkan pada sandaran kursi, matanya terpejam menikmati dinginnya AC di ruangan itu. Baru saja sesa akan terlelap bunyi ponsel mengharuskannya membuka mata. Sesa mengangkat panggilan tanpa melihat si penelpon terlebih dahulu.
"Halo?"
". . . . . . . "
"Oh mas yuga sudah didepan? Baik sebentar lagi Sesa turun mas"
tut.. tut..tut..
Panggilan diputus begitu saja.
Sesa berjalan keluar tergesa-gesa. Matanya mencari keberadaan mobil suaminya. Ketika Sesa berjalan mendekat tiba-tiba kaca penumpang bagian depan terbuka.
"Hai istri" Della menyapa Sesa dengan nada seramah mungkin, namun terdengar seperti cibiran untuk Sesa.
Sesa terkejut bukan main, bukannya Yuga akan membawanya untuk membeli cincin pernikahan? Lalu kenapa Della bisa disini? Apa Della juga akan ikut?? Semua pertanyaan ada dibenak Sesa.
"Hai Della" Sesa membalasnya dengan senyuman lembut.
"Ayo cepat naik"
"Iya" Sesa duduk di kursi belakang, sedangkan suami dan kekasihnya duduk di depan.
Sungguh pemandangan yang indah yang menyakitkan bagi Sesa, melihat suaminya bercengkerama hangat dengan Della, sedangkan dengan Sesa, yah kalian tau sendiri sikap Yuga pada Sesa.
"Aku sudah terbiasa melihat mereka mesra dari dulu. Bahkan untuk saat ini dan kedepannya pun kau harus tetap sama Sa" Batin sesa untuk menghibur dirinya sendiri.
Ketiganya sudah sampai di Central Jewelry, tempat dimana perhiasan mahal dan mewah dijajarkan disini.
Sesa mengikuti Yuga dan Della yang tak mau lepas bergandengan mesra. Seakan sengaja menunjukkan kepada Sesa siapa ratu di hati Yuga sebenarnya.
"Silahkan tuan nyonya ada yang bisa kami bantu" Sapa seorang karyawan toko ramah.
"Kita cari cincin pernikahan kak" Bukan Sesa yang menjawab melainkan Della.
"Baik kak sebelah sini, silahkan di pilih" beberapa model perhiasan diperlihatkan karyawan itu kepada Della.
"Sayang kamu mau pilih yang mana?"
"Terserah" jawab Yuga tak semangat.
Sesa hanya diam dan tak berniat protes sama sekali. Hatinya sudah sakit melihat semua ini, mereka berdua sama sekali tak menganggap keberadaan Sesa disini. Jika seperti ini untuk apa Sesa ikut? Apa mereka sengaja ingin menyakiti hatinya.
"Uppss maaf, kan pengantinnya dia kok malah aku yang pilih sih. Maaf ya sa, soalnya gue masih ngga nyangka aja loe bisa jadi istri pacar gue" Entah kenapa Della melontarkan kata-kata seperti itu untuk Sesa. Bukankah Sesa sudah menjelaskan bahwa pernikahan ini diluar kendalinya. Tapi kenapa seolah Della dan Yuga melimpahkan semua kesalahan pada Sesa.
"Pilihlah sesukamu" Kini pria yang notabennya menjadi seorang suami membuka suara.
Tak mau berlama-lama dan ingin segera pulang akhirnya Sesa langsung memilih cincin secara asal. Tak mau pusing dengan harga atau modelnya yang tidak Yuga sukai. Yang penting sehabis ini sesa akan kembali ke cafe tak mau mendengar nada sinis Della lagi.
"Yang ini mba" tunjuk Sesa pada sepasang cincin sederhana dengan masing-masing memiliki satu berlian di tengahnya.
"woww pilihan ini bagus sekali nyonya. Cincin ini melambangkan kesederhanaan cinta yang sejati. Cincin ini hanya di buat menjadi lima seri dan ini yang terakhir" jelas karyawan itu.
"Cih cinta sejati katanya" Della mencibir lagi dan lagi.
"Bungkus yang itu" Suara Yuga memutuskan untuk segera membayarnya. Sebenarnya Yuga juga sudah tak mau melihat Della mengeluarkan kata-kata pedasnya. Entah kenapa Yuga sedikit iba dengan Sesa yang hanya diam mendengar cemoohan Della.
"Baik tuan"
Pembayaran sudah selesai dilakukan, ternyata harga cincin itu pun tak murah, hampir dapat satu rumah mewah sebagai perbandingannya.
"Nanti malah pulanglah sendiri, saya tidak bisa menjemputmu" Yuga berkata tanpa menatap Sesa namun Sesa tau kalimat itu tertuju padanya.
"Gapapa mas, Sesa akan pulang sendiri"
"Bagus deh, jangan ganggu kita berdua ya" Ucapan Della kembali menyakiti hati Sesa.
Sesa memilih tak menyahut omongan Della.
"Kalau gitu aku ke cafe naik taksi aja ya mas, Sesa duluan, permisi" Sesa berucap tanpa mau di sela. Sungguh sudah tak tahan berdekatan dengan mereka.
Sementara Della tersenyum miring melihat Sesa berjalan menjauh.
***
Sesampainya di cafe,
"Wi kalau ada yang cari saya bilang saja saja ngga ada ya Wi" Sesa berjalan cepat tanpa menoleh ke arah Dewi.
"Tapi mba..." belum selesai Dewi bersuara tapi Sesa sudah menghilang di balik pintu.
Ceklek..
Sesa membuka pintu ruangannya lalu duduk begitu saja di kursi kerjanya. Tak melihat bahwa seseorang telah menunggunya dari tadi di sofa.
"Hmmm" dehem Maya.
"Maya" Sesa terkejut melihat sahabatnya ada disini siang-siang begini. Bukankah jam makan siang suah habis.
"Gue mau dengar penjelasan veris loe" Seru maya to the point.
-
-
Hayoo pada penasaran ngga sama Maya?? Apa Maya bakalan marah juga sama Sesa?? Tunggu episode besok ya readers. Love you all😘😘😘😘