NovelToon NovelToon
Bos Jutek Itu Suamiku

Bos Jutek Itu Suamiku

Status: tamat
Genre:CEO / Duda / Cintapertama / Berbaikan / Tamat
Popularitas:867.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Edelweis Namira

Ayra tak pernah menyangka bahwa hidupnya bisa seabsurd ini. Baru saja ia gagal menikah karena sang tunangan-Bima berselingkuh dengan sepupunya sendiri hingga hamil, kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang tak kalah mengejutkan: bos barunya adalah Arsal—lelaki dari masa lalunya.

Arsal bukan hanya sekadar atasan baru di tempatnya bekerja, tetapi juga sosok yang pernah melamarnya dulu, namun ia tolak. Dulu, ia menolak dengan alasan prinsip. Sekarang, prinsip itu entah menguap ke mana ketika Arsal tiba-tiba mengumumkan di hadapan keluarganya bahwa Ayra adalah calon istrinya, tepat saat Ayra kepergok keluar dari kamar apartemen Arsal.

Ayra awalnya mengelak. Hingga ketika ia melihat Bima bermesraan dengan Sarah di depan matanya di lorong apartemen, ia malah memilih untuk masuk ke dalam permainan Arsal. Tapi benarkah ini hanya permainan? Atau ada perasaan lama yang perlahan bangkit kembali?

Lantas bagaimana jika ia harus berhadapan dengan sifat jutek dan dingin Arsal setiap hari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KABAR DARI RUMAH

Ayra buru-buru masuk ke dalam lift tanpa memperhatikan siapa saja yang ada di dalamnya. Tangannya masih sibuk menggenggam ponsel, sementara matanya terpaku pada layar. Ia tidak peduli dengan keadaan sekitar, apalagi lift ini memang cukup ramai dengan karyawan yang baru saja kembali dari istirahat siang.

Ayra masih fokus men-scroll TikTok. Ia tertawa kecil saat melihat video kucing kaget, lalu dengan santai menggeser ke bawah. Pandangannya berhenti pada sebuah video yang menampilkan pasangan yang sedang bulan madu di Mekkah dan Madinah. Musik latarnya begitu lembut, menambah suasana romantis di dalam video itu.

Ayra tidak menyadari bahwa Arsal ternya berdiri di sampingnya. Tubuhnya yang tinggi dengan mudahnya melihat apa yang Ayra lihat di ponselnya. Arsal menaikkan alisnya. Mata elangnya menangkap jelas bagaimana Ayra menatap video itu cukup lama, bahkan sampai ekspresinya berubah sedikit. Ia tidak tahu apakah itu ekspresi kagum atau Ayra memang sedang membayangkan sesuatu.

Bibir Arsal sedikit terangkat. "Menarik," Gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan.

Sekretarisnya menoleh. "Pak?"

Arsal hanya menggeleng pelan, masih tetap menatap layar ponsel Ayra yang kini menampilkan komentar orang-orang yang membahas betapa indahnya bulan madu di tanah suci.

Ayra, di sisi lain, sama sekali tidak sadar bahwa sejak tadi Arsal mengamatinya. Ia masih asyik scroll, bahkan mulai membaca caption video dengan serius.

Namun, ketika pintu lift terbuka dan orang-orang mulai keluar, tubuh Ayra sedikit terdorong ke samping karena dorongan dari karyawan lain. Ia baru tersadar saat bahunya menyenggol seseorang dan saat ia menoleh, ia langsung membeku.

Itu Arsal. Kini setelah tiga hari pasca ajakan menikahnya pada Arsal, Ayra sangat senang karena lelaki itu tidak masuk ke kantor karena ada pekerjaan di luar kota tiga hari yang lalu. Setidaknya Ayra tidak perlu melihat wajah datar Arsal, apalagi ia masih malu karena pertemuan terakhir mereka yang memalukan.

Tatapan pria itu santai, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum kecil. Matanya masih menatap ke layar ponsel Ayra. Menyadari hal itu, Ayra langsung mengunci ponselnya dan memeluknya di dada, seperti seseorang yang ketahuan melakukan kesalahan besar.

Ayra langsung keluar dengan tergesa-gesa saat lift terbuka. "Jangan deh, jangan bertemu Arsal lagi." Rutuknya ketika sudah berada jauh dari Arsal.

...****************...

Langit sudah gelap ketika Ayra melangkah keluar dari kantor. Udara malam terasa sedikit menusuk, membuatnya merapatkan outer yang ia kenakan. Sepanjang hari ini ia disibukkan dengan rapat bersama Haikal dan Bima, membahas konsep acara untuk peringatan Hari Anak nanti. Tubuhnya lelah, pikirannya pun masih dipenuhi berbagai detail pekerjaan yang harus ia kerjakan dalam waktu dekat.

Tapi sebenarnya ia lebih lelah karena harus bekerja dengan Bima.

Kini ia berjalan menuju gerbang kantor, bermaksud menunggu taksi. Namun, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di hadapannya. Ayra tidak perlu menunggu kaca jendela turun untuk mengetahui siapa pemilik mobil itu. Ia mengenali mobil itu milik siapa.

Ayra mendesah pelan. Sejujurnya, setelah rapat tadi, ia hanya ingin pulang dan beristirahat. Tapi kini, kehadiran Bima justru memperpanjang harinya.

Kaca mobil perlahan turun, memperlihatkan wajah lelaki itu yang tersenyum padanya. “Ayo, aku antar pulang,” Ajaknya.

Ayra menggeleng. “Nggak perlu. Aku bisa naik taksi." Jawab Ayra lalu bermaksud melanjutkan langkahnya.

Namun Bima tetap melajukan mobilnya dengan pelan. "Pulang bareng aku aja, Ay. Udah malam." Ajak lelaki itu lagi.

Ayra berhenti. Matanya menatap Bima dengan malas. "Nggak usah. Aku nggak mau istrimu cemburu. Lagipula aku nggak suka merepotkan suami orang." Jawab Ayra ketus.

Namun, seperti biasa, Bima bukan tipe yang menyerah begitu saja. “Udah malam, nggak baik sendirian. Lagipula, aku juga mau bicara sama kamu.”

Ayra menatapnya dengan ekspresi tak tertarik. “Nggak mau."

Bima masih saja bersikeras, dan Ayra mulai merasa gelisah. Ia tidak ingin berdebat dengannya di tempat umum seperti ini. Namun, sebelum ia bisa berkata lagi, matanya menangkap Arsal keluar dari keluar gedung.

Ayra mungkin gila, atau mungkin juga otaknya terlalu lelah untuk berpikir panjang. Tapi entah kenapa, naluri pertamanya adalah menggunakan kesempatan ini untuk kabur dari Bima. Tanpa pikir panjang, ia mengangkat tangan dan memanggil nama lelaki itu.

“Pak Arsal!” Serunya lantang.

Arsal yang baru saja melangkah santai langsung menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Ayra bahkan tidak menunggu reaksinya. Ia sudah berjalan cepat mendekati lelaki itu, wajahnya menampilkan ekspresi penuh permohonan.

“Saya boleh numpang, Pak?” Tanyanya tanpa basa-basi. "Saya mohon, Pak, sampai pertigaan aja. Nanti saya bisa pulang naik taksi untuk sampai kontrakan."

Arsal menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah mobil Bima yang masih terparkir tak jauh dari mereka. Tatapan matanya tenang, namun jelas menangkap situasi yang terjadi.

"Masuk." Kata Arsal segera masuk ke mobilnya.

Ayra tidak berpikir dua kali. Ia langsung melangkah cepat ke sisi mobil Arsal, membuka pintu, dan masuk tanpa melihat ke belakang.

Sementara itu, Bima hanya bisa menatap dari dalam mobilnya, ekspresinya sulit dibaca.

Arsal pun melangkah santai menuju mobilnya, lalu melirik sekilas ke arah Bima sebelum akhirnya masuk ke dalam. Tanpa membuang waktu, mobil itu melaju menjauh, meninggalkan Bima yang masih terdiam di tempatnya.

Setelah memastikan bahwa mobil Bima tidak lagi di belakang mobil Arsal, Ayra bermaksud menghentikan mobil Arsal. Namun tiba-tiba ponselnya berdering. Kontak ibunya terpampang di layar.

"Assalamu'alaikum, Ma,"

"Wa'alaykumussalam, Ra, kamu apa kabarnya?" Tanya Laras dari seberang.

"Aku baik, Ma. Umma sama Abi gimana?"

"Baik. Apalagi setelah ada yang lamar kamu kemarin."

Ayra langsung menegang. Pikirannya berputar cepat. Lelaki yang datang melamar? Kemarin?

Ayra mengernyit heran. Ia melirik sekilas ke arah Arsal sebelum menjawab. "Melamar? Siapa yang melamar siapa, Ma?" Tanya Ayra pelan, agar Arsal tidak mendengar ucapannya.

Terdengar suara ibunya tertawa. "Kamu ini gimana sih, Ra, itu si Arsal datang kemarin sama mamanya buat ngelamar kamu. Dia bilang kamu udah tahu."

Ayra hampir menjatuhkan ponselnya. Kepalanya langsung menoleh ke arah Arsal, yang masih memasang ekspresi santai seperti tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Umma sampai kaget lho, tiba-tiba ada lelaki yang datang dengan serius ngomong ke Abi dan Umma kalau dia ingin menikahi kamu. Kenapa kamu nggak kasih tahu Umma dulu kalau lagi dekat sama lelaki?"

Mulut Ayra terasa kering. "Umma, Ayra-"

"Malam, Umma. Ayra lagi sama saya." Sapa Arsal tiba-tiba.

Ayra menoleh pada Arsal. Menatap lelaki itu dengan tajam, mulutnya mengisyarakatkan agar Arsal diam. Namun lelaki itu tidak peduli. Senyum miring khas Arsal semakin membuat Ayra jengkel.

"Loh, ada Nak Arsal. Kalian lagi dimana?" Suara Laras tampak terkejut namun juga terdengar riang.

"Ayra numpang pulang, Umma. Udah dulu, ya. Ini masih di jalan. Nanti Ayra telepon Umma lagi dan jelasin semuanya." Ujar Ayra masih menatap Arsal dengan kesal.

"Baiklah. Kalian hati-hati, ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Umma." Ayra langsung menutup teleponnya begitu Arsal menjawab salam ibunya.

Ia menoleh ke Arsal dengan ekspresi campuran antara syok, marah, dan frustasi. "Bapak kenapa datang ke rumah saya?"

Arsal menoleh sebentar ke arahnya, dengan wajah datar ia menjawab dengan santai, "Minta izin umma-abi kamu untuk menikahi kamu."

Ayra menghela napasnya. "Saya... Bapak tidak menganggap itu serius, kan?" Tanya Ayra frustasi.

"Saya serius. Sama seriusnya dengan kamu yang tiba-tiba mengajak saya menikah." Jawab Arsal sambil fokus menyetir.

"Tapi saya tidak serius saat itu, Pak. Semuanya terjadi secara tiba-tiba," Ucap Ayra pelan.

"Kamu yang ngajak, kamu juga yang harus bertanggung jawab. Lagipula Ibu saya menyaksikan semuanya saat itu."

Ayra menoleh dengan mata membelalak. "Apa?"

Arsal mengangguk santai. "Kamu harus tahu, beliau sangat antusias dengan itu. Makanya kemarin beliau mengajak saya ke rumah kamu." Jawab Arsal.

Pernyataan Arsal membuat Ayra semakin frustasi. "Kenapa kamu nggak bilang dari tadi sih, Sal?" Tanpa sadar ia sudah berbicara tidak resmi pada Arsal.

"Mau aku-kamu jadi sekarang?" Arsal tersenyum samar, walaupun ia bisa melihat jelas bagaimana ekspresi pasrah Ayra.

Sementara gadis itu diam tidak menjawab, Arsal tiba-tiba menghentikan mobilnya. Wajah panik Ayra semakin membuat Arsal berusaha menahan dirinya untuk tidak tersenyum.

"Besok malam aku jemput kamu. Kita akan bertemu dengan keluarga besarku."

"Jangan! Jangan bicara seperti itu!Tubuh saya jadi merinding!" Seru Ayra sambil menutup telinganya.

"Kamu pikir saya hantu?" Tanya Arsal menaikan satu alisnya.

"Iya. Anda sangat menyeramkan!"

"Bagaimana kalau kita menikah akhir pekan?"

Tubuh Ayra rasanya langsung lemas. Bisa-bisanya Arsal mengajaknya menikah seperti mengajaknya liburan. Tanpa aba-aba, tanpa pemberitahuan. Lepas dari Bima, hingga ke Arsal. Ayra rasanya keluar kandang buaya masuk ke kandang harimau.

1
Elizabeth
dri episode pertama sampe hmpir 70 kok tiap bab pasti konflik🤦‍♀️
Elizabeth
𝐡𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐛𝐫𝐨𝐥𝐚𝐧 𝐤𝐧𝐩 𝐥𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐬𝐤𝐢𝐩 𝐡𝐚𝐝𝐞𝐡. 𝐥𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐭𝐨𝐩𝐢𝐤. 𝐲𝐠 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐥𝐚𝐦𝐚 " 𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐥𝐞𝐬
Elizabeth
𝐠𝐚 𝐚𝐝𝐚 𝐬𝐨𝐩𝐚𝐧" 𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐡𝐚𝐛𝐢𝐬 𝐝𝐢 𝐭𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐚𝐲𝐫𝐚 𝐣𝐠 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐦𝐮𝐬𝐥𝐢𝐦𝐚𝐡 𝐲𝐠 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐦𝐞𝐬𝐤𝐢 𝐛𝐥𝐦 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧 𝐝𝐫 𝐦𝐨𝐛𝐢𝐥 𝐥𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐧𝐲𝐞𝐥𝐨𝐧𝐨𝐧𝐠 𝐚𝐣𝐚 𝐠𝐚 𝐜𝐢𝐮𝐦 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐤 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐚𝐩𝐚.. 𝐡𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐧𝐲𝐚
Anna Khairurr
Lumayan
Aidil Kenzie Zie
mampir
74 Jameela
ayra terlalu aneh sikapnya iya kali jaman dlu arsal nyakitin dia yo wajar kl ayra mrh..lhaa disini kn yg ngecewain arsal justru ayra..hhm gedeg heran dg modelan org mcm ayra..🥴
Yeni Yeni
aaammiiinnn yg kenceng...
mobile legend
suami istri goblok
mobile legend
bodoh dan terlalu baik beda tipis
mobile legend
aku agk g sreg dgn keras kapala a ayra
mobile legend
ayra ku rasa mmg ada oon oon a dkt...
Khoerun Nisa
allhmdllh aku bc Ampe tamat cm peran utamanya semuanya ngeselin alias GK tegas suami istri itu bikin kesel yg satu lakinya GK tegas ma pelakor trus bininya trlalu sabodoan
Khoerun Nisa
tor LG GK salt ko BS keramas
Shinta Malik Syahn
baguss
SUPRI YATMI
Helen ganggu ajah nih, udah temenin si kalya ajah gih🤣🤣
SUPRI YATMI
akhirnya pecah duren juga mas Arsal🤣🤣
SUPRI YATMI
waduhh Amanda mau jadi pelakor ya kamu terus terang banget kamu itu manda
SUPRI YATMI
semakin menarik ceritanya, lanjut...bacanya
SUPRI YATMI
sama sama gengsinya tinggi itu nama jodoh 🤣🤣
SUPRI YATMI
khilaf sama istri sendiri gpp bang udah halal kok tinggal ijin dulu lah,,,lanjuut bacanya
Edelweis Namira: Dia tu emang mau tapi gengsi karena pernah ditolak🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!