Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil tes kesuburan.
Adnan membopong tubuh Istri nya ke kamar, satu kaki mendorong handle pintu. Pintu terbuka lansung merebahkan tubuh Sabrina di ranjang. Di pencetnya remote ac setelah terasa dingin Adnan membentang selimut kemudian menutup tubuh Ina.
Adnan pun segera beristirahat setelah salin kaos merebahkan tubuhnya di samping Istri nya memeluknya erat.
********
Tengah malam Sabrina membuka mata badanya terasa ada yang mengunci. Ia pikir Afina yang menindih, tapi mengapa berat sekali. Sabrina meraba tangan kekar berbulu yang melingkar di dada.
Ia memindai sekeliling memulihkan ingatannya mengapa ia bisa berada di kamar ini? Padahal seingatnya tadi malam tidur di kamar Afina.
Seketika ia ingat belum menjalankan shalat isya. Dia angkat perlahan lengan suaminya setelah berhasil, kemudian duduk menatap Adnan yang sedang damai dalam tidur. Sungguh sabrina tidak menyangka jika sudah marah suaminya ini awet seperti di formalin. Ina mengangkat pelan kaki yang mengunci pinggul nya, agar jangan mengusik tidur Adnan.
Sabrina segera mengganti gamis dengan baju tidur setelah berhasil lolos dari kungkungan Adan.
Ia ambil air wudhu sebelum akhirnya shalat isya. Ia petik tasbih setelah selesai shalat berdzikir dengan khusyu, menengadah kan tangan memohon ampunan, mendoakan orang tua, dan berdoa agar rumah tangga nya langgeng hingga sampai ajal memisahkan.
Walapun pernikahan ini tidak ia rencanakan sebelumnya. Namun tentu tidak ingin mempermaikan sebuah pernikahan.
Sabrina akhirnya kembali tidur.
********
Pagi datang menyapa terdengar lantunan ayat suci al quran. Membangunkan tidur Adnan. Ia duduk di ranjang mengumpulkan nyawa. Pandanganya tertuju pada sosok sang istri yang sudah memakai mukena berwarna putih, duduk bersila di atas sadjadah. Suara merdu itu membuat Adnan terkesima. Tanpa membuang waktu lagi ia sibak selimut yang masih menutup separuh tubuhnya. Segera ke kamar mandi, tidak lama kemudian sudah kembali dengah wajah basah karena air wudhu.
"Tunggu dulu ya" ucapnya sebab Sabrina sudah menutup Al Quran.
"Iya," Sabrina menjawab.
Mereka pun shalat subuh berjamaah.
Selesai berdoa Sabrina melipat mukena kemudian beralih melipat
selimut dan menarik seprai yang berantakan.
Prek prek prek
"Ina..." Adnan menghampiri. Lalu memeluk tubuh Istri nya yang sedang mengibas seprai dengan lidi.
"Apa" jawab Sabrina singkat lalu berputar mengibas seprai di sebelah.
"Kamu masih capek?" tanya Adnan bingung entah mau memulai bicara darimana.
"Capek ngapain?" Sabrina melempar pandang.
"Capek memasak," Adnan seperti kehabisan kata-kata.
"Pagi ini aku belum memasak," Sabrina menjawab asal.
"Maksudnya kemarin.... " Adnan merasa ucapanya seperti mewancarai nara sumber.
"Oh... jadi yang di tanyakan masalah kemarin... terus kemarin kenapa saja? Mas nggak mau tanya, malah marah-marah diam seharian," omel Sabrina.
Hup.
Mulut Sabrina di bekap dengan telapak tangan Adnan. Namun Sabrina berusaha melepas dan akhirnya berhasil. Sabrina menatap nanar suaminya.
"Aku pikir kedewasaan seseorang itu diukur sesuai usia, tetapi ternyata tidak," Sabrina rasanya ingin mengutarakan uneg-unegnya. lalu bersandar di sandaran ranjang di sebelah Adnan. Tetapi jika Sabiri di pinggir kiri, Adnan di pinggir kanan.
Adnan diam sudah bisa mencerna kemana arah pembicaraan istrinya.
"Apa Mas masih kurang percaya dan puas? Padahal sudah mengambil mahkota aku yang selama 22 tahun ini berhasil aku jaga?"
"Ina..." Adnan terperangah akan kata-kata istrinya..
"Jangan potong dulu kalau aku belum selesai bicara," tandasnya.
"Belum ada seminggu loh Mas, membuktikan jika aku ini masih suci, tapi Mas masih mencurigai aku sama Kevin?" Ina geleng-geleng kepala.
"Maaf In," lirih Adnan. Ia merasa kata-kata Ina telah memukul mundur.
"Jika aku mau, sudah dari dulu memilih Dia, tapi buktinya, aku memilih Mas, terlepas sejauhmana usia kita terpaut, tapi aku kecewa dengan sikapmu yang seperti anak kecil,"
"Sudah In" Adnan tidak kuat lagi mendengar kata-kata istrinya lalu mendekat menenggelamkan wajahnya di pangkuan Sabrina.
Sabrina mengamati kepala Adnan tangannya terangkat hendak mengusap kepala namun ia urungkan.
"Mas bangun deh, aku mau memasak sarapan," kata-kata Sabrina sudah kembali lembut.
"Tidak usah membuat sarapan In, biar Bibi saja," cegah Adnan.
"Ya sudah aku mau membangunkan Afina," Sabrina melihat jam sudah jam 5 lebih.
"Iya sebentar,"
*******
Jam sembilan pagi di salah satu rumah sakit, Bella sedang menyerahkan hasil check kesuburan bersama David suaminya.
"Bagaimana hasilnya dok?" tanya David. Sebagai seorang suami ia juga ingin mempunyai keturunan.
Bella melirik suaminya. "Suami saya ada masalah kan, dok?" potong Bella, padahal pertanyaan David belum di jawab.
"Secara keseluruhan saudara David tidak ada masalah," dokter membaca hasil tes tersebut secara rinci.
"Tetapi kenapa kami belum di berikan keturunan Dok?" desak David. David lega karena hasilnya ia subur, tapi kecewa kenapa sudah 4 tahun menikah belum diberi keturunan jika memang ia subur.
Dokter belum menjawab ia ambil hasil tes milik Isabbela meneliti seksama.
"Tetapi masalahanya justeru ada dalam diri saudari Bella," jujur dokter.
"Kenapa bisa begitu dok? Tidak mungkin ada masalah dengan rahim saya, karena pernikahan dengan suami pertama saya, kami menghasilkan anak," Bantah Bella panjang lebar.
"Tetapi memang begini kenyataanya Nona, apakah Anda belumnya banyak minum minuman keras, hingga membuat kesuburan Anda mengering?" tanya dokter kemudian.
David hanya bisa menatap nyalang wajah istrinya di sebelah. Kecewa pasti, tetapi David tentu tidak akan memperburuk keadaan.
"Tidak! Tidak mungkin! Pasti hasil tes ini salah, saya akan periksakan kandungan saya di tempat lain," kata Bella tidak punya perasaan, kemudian meninggalkan tempat itu.
"Maafkan istri saya Dok," David merasa malu pada dokter kemudian menyusul istrinya keluar. David mengedarkan pandangan ternyata Bella sudah berjalan jauh.
Bella berjalan gontai. Ia merasa kesal, marah dan kecewa mengapa justeru dirinya yang mengalami masalah? Padahal ia selama ini yakin bahwa kandungan nya tidak ada masalah.
"Bella... tunggu," David berhasil mengejar istrinya.
"Sudahlah Bella, sekarang sudah tahu masalahnya, yang terpenting saat ini kita berusaha agar kandungan kamu tidak masalah lagi. Kita pulang ke negara A dan berobat disana," walaupun David kecewa namun ia bersikap lebih bijak.
Bella tidak menjawab lalu menyetop taksi. Setelah Bella masuk mobil, David menyusul.
"Mau kemana Tuan... Nona?" tanya supir taksi.
"Antar saya ke sekolah tk AL INAYAH Bang," pinta Bella.
"Jangan, Bang! Antar kami ke apartemen xxx saja," tolak David tegas.
"Tidak! Antar kami ke tk," Bella tidak mau kalah.
Di dalam mobil pasutri itu bertengkar tentu David tidak ingin istrinya mendatangi Afina. Yang ada akan menyebabkan masalah baru dengan Adnan.
"Jadi saya harus antar kemana ini? Jika tidak jadi mohon turun dari taksi saya. Saya harus cepat cari setoran," supir taksi pun akhirnya kesal juga menyaksikan pertengkaran Bella dengan David.
.
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
hajar bello