Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sulit Mengartikan
"Benarkah? Bagaimana jika denganku?" Ujar Sonny.
Deg!
Seketika Arin membeku! Merasa terkejut mendengar perkataan pria disebelahnya, apa yang baru saja lelaki ini katakan??
Perlahan Arin menoleh ke samping, memandang wajah Sonny dengan sejuta kebingungan, kenapa Sonny bertanya hal itu?? Apa pria itu memiliki maksud lain seperti yang kini tengah Arin pikirkan??
Tenggorokan Arin terasa tercekat hingga sulit mengeluarkan suara, tubuhnya sedikit gemetar, ia harus tau apa maksud dari perkataan Sonny ini.
"M-maksud mas apa?" Tanya Arin terbata-bata.
Tiba-tiba Sonny menghentikan mobilnya, lalu menoleh ke kiri hingga pandangan mereka berada dalam satu garis yang sama.
Jantung Arin seakan ingin melompat dari tempatnya, tak kuasa memandang mata itu yang sama sekali tidak bisa Arin artikan.
"Bukankah sudah jelas yang kukatakan tadi?" Ucap Sonny.
Deg.
Deg.
Deg.
"A-apa...?" Lirih Arin tak mengerti.
Sonny semakin mendekatkan tubuhnya membuat Arin refleks mundur untuk menjaga jarak dengan lelaki itu.
Mata Sonny meneliti seluruh wajah Arin, tak ada ekspresi yang terpancarkan dari raut wajah Sonny malah terkesan serius sehingga membuat bulu kuduk Arin berdiri dengan tegak.
"Pffttt...... Hahahaha......!! Muka mu memerah Arin, aku ingin tertawa melihatnya. Hahaha..."
Setelah berhasil membuat Arin sulit bernafas Sonny malah tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah Arin yang memerah bak udang rebus segar.
Arin langsung salah tingkah, ia memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Rasanya ia ingin bersembunyi di lubang semut guna menutupi rasa percaya dirinya yang terlalu tinggi.
Arin sadarlah! Kau pikir apa yang akan mas Sonny lakukan padamu?. Umpat Arin dalam hati
"Mana Meimei mau liat! Tante.... Liat sini" Pinta Meimei saat mendengar tawa sang papah.
"Udah udah kasihan nanti tante Arin malu, lagi. Sekarang kita turun ya, kita makan malam disana" Tunjuk Sonny pada restoran yang berada tepat didepan mobil Sonny terparkir.
Ketiga orang itu pun keluar dari kendaraan sedangkan Arin masih diam ditempat seraya menormalkan kembali detak jantungnya.
"Hufftt..... Ya ampun, aku malu sekali!" Imbuh Arin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Sudah aku duga kalau aku tidak akan fokus jika berada di dekat mas Sonny! Ya Tuhan.... Rasanya aku ingin pulang saja"
Namun keinginan Arin tak bisa terpenuhi, mau tak mau ia harus turun dan menghampiri ketiga orang tersebut serta melakukan kegiatan malam hari yang pastinya akan terasa lama bagi Arin.
***
Kini Arin, Sonny, Meimei dan juga Noval sudah duduk di salah satu meja restoran. Mereka tengah melihat-lihat menu untuk makan malam kali ini.
Membolak-balikan buku menu guna mencari makanan yang sekiranya menggugah nafsu makan keempat orang tersebut.
"Saya mau pesan spaghetti bolognese dan orange juice nya ya mbak" Ucap Arin pada pelayan yang mencatat pesanan mereka.
"Baik, ada lagi?"
"Saya pesan steak ayam dan dan minuman greentea" Sahut Sonny.
"Bunda Noval mau yang ini" Ucap Noval menunjuk buku menu.
"Meimei juga!" Tambah Meimei.
"Oke, mbak kami pesan chicken cordon bleu dan chocomilk masing-masing dua ya"
"Baik, mohon tunggu sebentar ya" Pelayanan tersebut pun berlalu dari sana.
"Kok Meimei ikut-ikutan kak Noval terus sih?" Imbuh Noval pada Meimei.
"Biarin, emangnya gak boleh?" Balas Meimei.
"Emangnya Meimei suka? Nanti kalau makanannya gak habis gimana?" Kata Noval terus terang.
"Habis kok! Meimei kan makannya banyak" Elak Meimei berujar.
"Kata siapa? Meimei kalau makan di rumah gak pernah habis"
"Kak Noval juga!" Tuduh Meimei.
"Enak aja, liat aja nanti bakal kak Noval habisin makanan tadi"
"Meimei juga!" Ujar Meimei tak mau kalah.
"Kak Noval yang bakal habis duluan!"
"Enggak, Meimei yang bakal habis duluan"
"Ya udah kita balapan makannya"
"Ayo, pasti Meimei yang menang" Ungkap Meimei percaya diri.
"Kita liat aja nanti"
Arin dan Sonny hanya terkekeh melihat interaksi kedua anak mereka, sangat lucu ketika keduanya beradu mulut hanya karena masalah sepele.
"Kok malah berantem sih? Kita kan mau senang-senang malam ini. Kalau kalian berantem mendingan kita pulang aja deh" Ujar Arin berpura-pura.
"Yahh.... Jangannnn" Rengek Meimei tak mau.
"Jangan bunda, kan kita udah jauh-jauh kesini" Tolak Noval.
"Kalau gitu jangan pada berantem dong"
"Iya bunda... "
"Iya tante, Meimei gak bakalan berantem"
Akhirnya kedua bocah itu pun menuruti kata-kata Arin, dari pada mereka harus pulang dan tidak jadi menikmati malam minggu yang seru ini.
"Nah gitu itu baru anak pinter" Ujar Arin sambil mengacungkan kedua Ibu jarinya.
Lima menit kemudian makanan yang mereka pesan sudah tertata rapi di atas meja, kini mereka hanya tinggal melahapnya sampai habis.
Setelah makan malam usai Sonny mengajak Meimei, Arin, serta Noval ke taman kota. Mereka berjalan-jalan santai sambil membeli jajanan unik yang belum pernah mereka coba.
Sambil menikmati hiburan gratis yang tersedia disana, mereka berempat seperti keluarga kecil yang saling melengkapi.
Meimei yang berjalan beriringan dengan Arin, sedangkan Noval dan Sonny mengikuti di belakang.
Keramaian malam sangat menyenangkan meski hanya berjalan di tengah kota, tak harus dengan hal yang berbau mewah mereka sudah sangat puas menikmati malam minggu ini.
Senyum dan tawa tak pernah luntur diantara keempat manusia tersebut, mereka lupa akan kesedihan yang dirasakan, sekejap berubah bahagia tanpa ada yang menyadarinya.
***
Mobil hitam Sonny terhenti di depan rumahnya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh dan mereka baru saja pulang ke rumah.
Meimei dan Noval sudah tertidur pulas selama di perjalanan, tampaknya bocah-bocah tersebut sudah tak kuasa menahan kantuk akibat tenaga mereka yang terkuras penuh.
"Terimakasih Arin, saya sangat senang kalian ikut. Meimei sepertinya bahagia sekali" Ujar Sonny sebelum keduanya keluar dari dalam mobil.
"Sama-sama mas, saya juga berterima kasih karena sudah mengajak saya dan Noval untuk ikut. Kami sangat menikmati malam ini" Balas Arin.
"Ya, sama-sama. Saya harap bisa begini terus kedepannya" Ujar Sonny.
Entah kenapa ucapan Sonny seolah ambigu di telinga Arin, ia benar-benar tak bisa mengartikan seluruh perkataan pria tersebut. Disisi lain Arin juga tak mau terlalu percaya diri.
Arin lantas tersenyum samar, tak bisa menjawab ucapan Sonny yang satu ini.
"Ya, sekali lagi terimakasih banyak. Kalau begitu saya pamit keluar lebih dulu"
"Oh ya, silahkan... "
Arin mengangguk dan hendak membuka sabuk pengaman, namun alat itu tiba-tiba macet dan sulit untuk dibuka.
Sonny yang menyadari itu lantas bertanya, "kenapa? Apa sabuk pengamannya macet?"
"Sepertinya begitu, ini sangat sulit dibuka" Keluh Arin yang berusaha membuka tali pengaman mobil.
"Coba biar saya yang membukanya, mungkin hanya kurang kuat" Sonny mendekat dan meraih benda tersebut.
Tubuh keduanya kini menempel seperti seseorang yang tengah berpelukan, sangat dekat! Hingga wangi tubuh mereka dapat tercium satu sama lain.
Sonny masih berusaha membuka benda itu, tetapi perhatiannya teralih kala indera penciuman Sonny mencium aroma wangi dari ceruk leher Arin.
Fokusnya perlahan meluntur, Sonny malah mengikuti insting kelelakiannya, wajahnya mendekati ceruk leher Arin dan mencoba menghirup aroma khas wanita itu.
Arin menegang tatkala merasa jika kulit lehernya tersentuh dengan hidung mancung Sonny, nafas Arin pun tertahan dan sulit untuk menghirup oksigen di ruang sempit tersebut.
Sedangkan Sonny sudah memejamkan kedua matanya menikmati wangi tubuh Arin lebih dalam.