NovelToon NovelToon
Splash

Splash

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Elsa safitri

Rasa bersalah yang menjerumuskan Evelin, atlet renang kecil untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa seluruh keluarganya. Kesepian, kosong dan buntu. Dia tidak mengerti kenapa hanya dia yang di selamatkan oleh tuhan saat kecelakaan itu.


Namun, sebuah cahaya kehidupan kembali terlihat, saat sosok pria dewasa meraih kerah bajunya dan menyadarkan dia bahwa mengakhiri hidup bukanlah jalan untuk sebuah masalah.


"Kau harus memperlihatkan pada keluargamu, bahwa kau bisa sukses dengan usahamu sendiri. Dengan begitu, mereka tidak akan menyesal menyelamatkanmu dari kematian." Reinhard Gunner.


Semenjak munculnya Gunner, Evelin terus menggali jati dirinya sebagai seorang perenang. Dia tidak pernah putus asa untuk mencari Gunner, sampai dirinya tumbuh dewasa dan mereka kembali di pertemukan. Namun, apa pertemuan itu mengharukan seperti sebuah reuni, atau sangat mengejutkan karena kebenaran bahwa Gunner ternyata tidak sebaik itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Babak penyisihan

Gunner tidak membuat tanggapan. Dia datang ke tempat itu murni hanya untuk mengantar Luke. Jadi, dia tentu tidak membawa apapun untuk di berikan. Apalagi, dia sendiri tidak tahu bahwa Fanny berada di kamar yang sama dengan Evelin.

"Aku kemari untuk mengantar Luke yang ingin bertemu denganmu."

Gunner menjawab sambil menatap jauh ke samping. Dia berlagak seolah tidak tertarik untuk bergabung dalam pembicaraan. Dia hanya ingin segera keluar dari area hotel tanpa di ketahui.

"Tapi disini ada Evelin. Apa kau bahkan tidak membawa apapun untuk di berikan padanya?"

Fanny kembali bertanya. Pertanyaan selanjutnya terdengar jauh dari topik, namun Luke tampak menikmatinya. Sepasang kekasih itu sepertinya memiliki niat yang sama.

Sementara itu, Evelin yang tampak bingung tidak bergabung dalam pembicaraan. Dia hanya mendengarkan sambil menunggu momen yang pas untuk pergi dari sana.

"Evelin, apa kamu sudah makan malam?"

Gunner tiba-tiba bertanya padanya. Evelin yang terkejut langsung berdiri dengan benar. Karena sangat gugup, dia jadi bergerak dengan ambigu.

"A- Iya.. Aku sudah makan malam."

"Baguslah. Semangat untuk lomba besok. Aku akan duduk di bangku paling depan untuk melihatmu."

Setelah mengatakan itu, Gunner menarik kerah jaket Luke dan menyeret pria itu untuk segera pergi. Luke yang malang terseret dengan mudah. Entah itu karena perbedaan kekuatan, atau karena Luke yang memang tidak membuat penolakan.

Melihat kekasihnya di tarik dan pergi begitu saja, Fanny keluar kamar untuk menyusul. Tentu saja dia tidak mau berpisah dengan kekasih tercintanya itu.

"Gunner! Dasar kau!"

"Sayang.. Kamu harus menontonku besok! Jangan terlambat!"

*

*

*

Keesokan harinya, Evelin dan Fanny bersiap untuk perlombaan besar antar Provinsi. Mereka tampak sangat antusias dalam lomba kali ini. Setelah semua siap, mereka di kumpulkan oleh ketua renang di kampus Hamburg.

"Semuanya, kalian harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk masuk ke tingkat NASIONAL!"

"Baik, Ketua!"

Satu persatu peserta mulai mengganti pakaian mereka. Sementara Evelin dan Fanny yang melakukan renang gaya bebas dan dada, memutuskan untuk menonton di kursi penonton.

Pertama, perlombaan renang gaya punggung 100 meter. Alice Crown, merupakan perwakilan dari kampus Hamburg. Dia terjun ke dalam air dengan akurat, namun lompatannya kurang dan lambat. Alhasil, gadis itu kalah dalam babak penyisihan.

Selanjutnya, perlombaan renang gaya dada yang akan di ikuti oleh Fanny. Dia berlari ke area renang untuk berganti baju sebelum semua perenang di kumpulkan. Saat ini, di kursi penonton hanya ada Evelin yang bergabung dengan Luke dan Gunner.

Ini sangat canggung dan membuat dia berdebar. Namun, dia tampak sangat mahir dalam menyembunyikan setiap ekspresi. Dia masih terlihat santai meskipun jantungnya tidak bisa tenang karena gugup.

"Gunner, apa kau membawa kameramu? Aku ingin memotretnya."

Luke bertanya sambil beranjak dari kursi untuk menyemangati sang pujaan hati. Sementara itu, Gunner mulai mengeluarkan kamera yang dia simpan dalam tasnya. Dia memang sering kali membawa kamera kemanapun dia pergi. Setelah mendapatkan kamera tersebut, dia memberikannya pada Luke.

"Jangan sampai jatuh."

"Kau terlalu berlebihan, bung."

Luke tampak sangat antusias saat dia memegang kamera dan mengarahkannya pada Fanny. Hal itu membuat Evelin tercengang. Betapa manis hubungan mereka.

Berbeda dengannya yang terus mengharapkan si brengsek Gunner. Jika saja dia tidak terlalu menyukai pria itu, dia mungkin akan mudah mendapatkan pasangan. Mau bagaimana lagi, cinta memang bisa membutakan hati dan mata.

Sementara itu, Gunner sering kali melirik Evelin dari samping. Dia terus melihat setiap reaksi yang tergambar di wajah Evelin. Saat gadis itu terkejut, senang dan berseru untuk Fanny. Entah kenapa itu sangat menggemaskan.

Sadar Gunner terus memperhatikannya dari samping, Evelin menoleh dan mata mereka bertemu. Dia bertanya, "Ada apa, senior?" dengan nada yang berbeda.

Gunner yang terkejut langsung mengalihkan pandangannya ke depan. Dia sadar ternyata perlombaan renang gaya dada telah selesai dan Fanny lolos dalam babak penyisihan.

"Tidak. Aku hanya melamun, maaf."

Dia menjawab tanpa melihat mata Evelin. Alasannya karena setiap dia melihat bibir Evelin, dia selalu teringat pada kejadian malam itu. Dia memang seorang pria brengsek yang sering mencium wanita dan tidur dengan mereka tanpa niat serius. Namun, saat dia bersama Evelin, dia sering kali berbeda dengan dia yang biasanya.

Setelah renang dada dan kupu-kupu selesai, Evelin beranjak dari kursi untuk bersiap. Dia harus menyiapkan mental dan fisiknya untuk turnamen kali ini.

"Ini giliranku."

Dia tiba-tiba bergumam sambil menghela nafas panjang. Fanny, Luke dan Gunner memberinya senyuman secara bersamaan. Kemudian, Gunner mengangkat kameranya seolah mengtakan bahwa dia akan mengambil gambaran Evelin saat gadis itu berenang.

"Menanglah."

Evelin mengangguk saat Gunner mengucapkan kata itu. Dia lalu pergi ke atas untuk berganti pakaian dan turun ke area renang. Setelah selesai bersiap, dia mendongak untuk melihat para penonton yang mendukungnya. Dia juga melihat bibinya yang baru saja datang.

"Evelin! Semangat!"

Helga, satu-satunya kerabat yang dia miliki dan sudah dia anggap sebagai ibu tiba-tiba berseru. Evelin mengangguk dengan yakin bahwa dia akan menang.

Dia mulai naik ke papan dan menatap lurus ke depan. Saat dia menoleh ke samping untuk melihat peserta lain, dia mendapatkan wajah orang yang tidak asing.

".. Agatha?"

Tanpa sadar dia mengeluarkan nama tersebut. Tentu saja itu refleks yang sering terjadi pada mulut. Namun, dia yakin gadis yang berdiri tepat di sampingnya itu benar-benar Agatha. Teman estafet-nya saat SMP.

Mendengar namanya di panggil, Agatha menoleh dan dia terkejut setelahnya. Keterkejutan itu berlanjut cukup lama sampai membuat Evelin bingung untuk membuat reaksi.

"E-EVELIN?! Wah.. Sudah lama sekali tidak melihatmu."

"Haha.. Kamu benar."

"Bagaimana--"

Saat Agatha hendak mengobrol lebih jauh, referee tiba-tiba memberi mereka aba-aba. Sedia, keduanya langsung mengubah posisi dengan memegang papan renang. Siap, selanjutnya, mereka mengangkat sedikit tubuh belakang ke atas dan Piipp..

Semua perenang gaya bebas terjun ke dalam air. Lompatan Evelin paling pendek dari yang lain. Namun, kecepatan mendayuhnya tak dapat di tandingi. Dia memang sangat luar biasa dalam renang gaya bebas.

Kecepatan yang terus dia pertahankan tiba-tiba hampir di susul oleh Agatha, gadis yang dia ajak bicara beberapa saat lalu. Dia terkejut dengan kecepatan Agatha yang meningkat. Karena takut dia di kalahkan di tingkat provinsi ini, dia menggerakkan kaki dan tangannya sekuat tenaga.

Peserta lain tertinggal di belakang dan hanya terfokus pada dua peserta yang berlomba-lomba di lane tiga dan empat. Mereka tak henti bersorak saat putaran kedua.

Sementara itu, Evelin yang berada di dalam air terus berfokus ke depan dengan tenaga yang dia kerahkan sepenuhnya. Sampai sedikit lagi mereka mencapai finish, dia menjulurkan tangannya lebih jauh ke depan dan menyentuh finish lebih dulu.

Dia menang. Meskipun sebelumnya terasa sangat menegangkan, namun setelah berhasil mendapat posisi pertama dengan jarak 0,002 detik dengan posisi kedua dia tampak lega. Dia membuka kacamata dan topi renangnya, lalu mendongak ke arah penonton.

Fanny dan yang lainnya kembali bersorak saat nama kampus mereka berada di urutan pertama dalam papan besar. Tentu saja itu sangat membanggakan sampai pelatih ikut berseru dengan keras. Namun, Gunner hanya memberinya senyuman seolah itu cukup.

1
yoruuu
saya akan lebih sering update mulai sekarang. Jadi maafkan saya atas keterlambatan yang terus berkelanjutan, haha..
yoruuu
semangat
Eci Rahmayati
jangan pisahkan mereka LG Thor
Lusie
cerita othor ini memang selalu bikin aku gemes
Lusie
malah sedih jadi mereka bakal pisah lagi nih Thor?
Lusie
bagus drew para pembaca udh kesel banget nih sama si Gunner
yoruuu
maaf ya, kesehatan othor sering menurun/Frown/
Lusie
Thor kirain ga bkl up lagi novel ini/Sob/ makasih thorr udh up kembali semangat thorr
Eci Rahmayati
bagus Evelyn kamu harus tegas
Eci Rahmayati
sangat menarik untuk di baca
Eci Rahmayati
up lagi Thor hihihi semangat
Lusie
jdi s Gunner ini sbnrnya cmn lakuin cinta satu MLM doang ya thor
Lusie
bagus Thor ceritanya anak muda banget aku suka
Lusie
namanya bgus mukanya bgus kelakuannya yg ga bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!