Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12
"Ayah, mengapa anda menyetujui permintaan saudara ke tiga?" Putra mahkota ingin tahu apa sebenarnya tujuan Kaisar.
"Tidak ada alasan tertentu, hanya saja... cacat dan sampah adalah pasangan yang serasi. Mereka tidak akan mengganggu kedudukan mu di masa depan." Ucap Kaisar dengan merasa perbuatannya adalah hal yang bagus.
Putra Mahkota masih ragu dengan penilaian ayahnya. Karena dia merasa bahwa Yenrou bukanlah gadis biasa seperti yang di rumorkan.
Karena dia bisa melihat dengan jelas, bagaimana gadis itu menantang dengan tatapannya kepada Kaisar.
Putra Mahkota hanya terdiam sambil meremas sandaran tangan kursi yang dia duduki.
Sementara itu Pangeran ke-tiga yang sekarang bergelar Jenderal perang cacat. Dia menyuruh pelayan pribadi nya itu membawa nya kembali ke istana selatan.
"Suyong, apakah wajahku sudah tidak menarik lagi?" Dengan di dorong pelayannya dia meraba-raba pipinya.
Dia ingin memeriksa wajahnya, apakah ada kecacatan baru-baru ini? Atau ada sisa makanan di wajahnya.
Orang yang di sebut namanya melihat kebawah, tepatnya ke kepala Zhong Rei Yu.
"Wajah anda masih sama seperti biasa Yang Mulia pangeran." Jawabnya dengan perasaan bingung.
'Sepertinya, tuannya sedikit aneh hari ini.' Pikirnya.
"Kalau masih sama, kenapa dia tidak ingin menatapku walau cuma sedetik saja?" Zhong Rei Yu bertanya bingung.
'Oh, gadis itu penyebab keanehannya.' Gumamnya di dalam hati.
"Mungkin dia masih kesal Yang Mulia. Biar bagaimanapun, keinginan hatinya adalah menjadi pengganti mendiang ayahnya. Ketika di turunkan hanya menjadi pengawal, tentu akan menjadi sakit hati yang besar." Pelayan nya itu menjelaskan.
Dia juga pernah merasakan kekecewaan seperti itu. Dia dulunya seorang prajurit, hanya karena ada sayatan di wajahnya. Antara kening sampai ke pipi, yang mengakibatkan sebelah matanya berwarna putih semua, karena terluka dan kini tidak bisa melihat.
Dia di keluarkan dari kesatuan. Dan kini hanya menjadi pelayan pangeran ke tiga. Rasa kecewa yang sama seperti yang di rasakan Yenrou, membuat dia bisa memahami gadis itu.
"Aku hanya ingin membantunya, setidaknya... jika dia ada di pihakku, tidak akan ada yang berani mengganggunya."
Zhong Rei Yu ingin melindunginya dari orang-orang yang ingin memanfaatkan dirinya. Hanya saja, Yenrou tidak menginginkan hal itu, karena dia ingin kebebasan. Bukan untuk tinggal di dalam istana Kekaisaran. Apa lagi menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga.
Dia yang dari dunia modern telah membaca banyak buku tentang kehidupan di Kekaisaran zaman dulu.
Tinggal di istana sebenarnya adalah seperti tinggal di penjara mewah. Apa lagi ini menjadi suruhan orang lain. Sangat-sangat menyebalkan.
Sementara itu Yenrou yang berada di kamarnya merasakan stress yang parah. Dia merasa menyesal, mengapa dia tadi tidak kabur saja dan tidak kembali untuk melapor. Setidaknya dia masih bisa hidup bebas.
"Bebas seperti apa? Anda tetap menjadi buronan Nona." Sengthai ingin menyadarkan dia, agar tidak bertindak keliru.
"Biar buronan, aku tetap bebas Sengthai. Bukan seperti ini, menjadi pesuruh orang. Sama saja seperti pelayan." Yenrou sangat kesal bahwa dia harus tunduk pada orang lain.
"Nona, sabar saja... suatu saat jika anda tidak sanggup lagi, minta berhenti saja. Bagaimana?" Sengthai menasehatinya agar tidak berniat kabur.
"Jika berhenti seperti itu, sama aja bohong. Aku tidak mempunyai simpanan uang. Jika bebas, setidaknya aku bisa mencari uang. Seperti membuka toko atau berjualan makanan. Kalau seperti ini, kita minta berhenti, harus mencari kerjaan lain baru dapat uang kembali." Ucapnya dengan kesal.
"Nona, apa anda lupa?"
"Apa?"
"Anda memiliki ruang penyimpanan..."
Yenrou menatap Sengthai, dan beberapa saat membulatkan matanya. Tiba-tiba dia tertawa dengan keras.
'Uang pensiun? Jangan kuatir.' Ucapnya di dalam hati sambil tertawa.
lagi dong kak,tambah penasaran karena samasekali tidak ada gambaran dipikirin daku /Sneer/