Dia adalah Zaidul Akbar, pemuda yang ingin berdiri tinggi diatas puncak dunia, Mungkinkah dia bisa mewujudkannya dengan dukungan yang diberikan oleh sistem.
Ikuti keseruan nya, jangan lupa Like dan dukungan, serta berkomentar lah yang baik. untuk membangun karya yang baik...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Ada Nikmat Yang Didustakan.
"Silahkan duduk. Kamu mau minum apa Ai"
"Biar aku yang buat sendiri Zai" sahut Ai yang langsung berdiri dan bertanya "Mana arah dapur nya?"
"Disana" tunjuk Zai dan dia mengambil remote dan langsung menghidupkan tv. Lalu dia mengambil Stik dan menghidupkan juga PS Sony Playstation 5 yang ada disana setelah itu dia duduk sambil menunggu Ai yang sedang menyiapkan minum.
"Sistem belikan aku Skill bermain Game"
(Skill Bermain game terdeteksi. Apakah tuan rumah langsung ingin mengaktifkan nya?)
"Yaa. Langsung saja sistem"
(Pembelian Skill bermain Game sejumlah Lima Ratus Ribu Rupiah dan akan di potong secara otomatis dari dana.. Proses pemasangan akan berlangsung dua detik) jeda dua detik..
(Proses pengaktifan Skil bermain Game selesai, selamat bermain tuan rumah)
"Terima kasih sistem, kau sangat baik sekali" sanjung Zai. Namun tidak ada hadiah untuk nya.
(Belajar lah menyanjung dengan tulus tanpa mengharap imbalan) ucap sistem dengan nada datar.
Kalimat itu membuat Zai tersenyum kecut. Untung saja Aisya datang tepat waktu membuat mood nya baik kembali.
"Kenapa dengan wajah mu? tadi terlihat masam!" Tanya Aisya penasaran.
"Tidak apa... tak usah di pikirkan. Apa kau bisa main Game" tanya Zai mengalihkan pembicaraan.
Ai mengerti, jadi dia tak membahas nya berkelanjutan "Main game balapan saja" jawab nya
"Oke lah.. aku carikan dulu" dengan bakat kecerdasan yang sudah bertambah dari sistem, kini Zai lebih terlihat pintar meski tak pernah mengenyam pendidikan di tingkat lanjut.
"Kegiatan mu apa saja Ai selain bekerja" tanya nya sambil memilih mobil yang akan di main kan nya.
"Aku masih kuliah, tapi udah semester akhir, aku kerja cuman bantu ayah ngurusin yang tak sempat dia urus" jawab nya juga sambil memilah mobil Sport berwarna merah. "Kalau kamu?" Tanya Ai lagi.
"Seperti yang aku bilang aku hanyalah pengangguran dalam gang" sahut nya namun Ai tau itu hanyalah kebohongan. Karna tak mungkin juga seseorang yang biasa bisa berada di Sky Paviliun dan lagi berada di rumah besar ini yang ayah bahkan kakek nya saja tak mampu membeli nya. Bukan karna kurang tapi memang orang yang punya tak ingin menjual nya. Tapi Ai tak repot memikirkan hal itu. Jika waktu nya tiba Zai pasti akan menceritakan nya dengan sendiri nya, setidak nya itu lah yang terbesit dalam pikiran Aisya. Meskipun kurang tepat tapi hampir mendekati kebenaran nya.
Tiga... dua... satu... Go....
Ai langsung tancap gas di jalan lurus dengan kecepatan maksimal. Tapi di tikungan pertama dia disalip oleh mobil Zai yang tak kalah cepat nya. Seperti pemain Pro yang sangat ahli dalam permainan itu.
Hingga pukul 4:50 mereka akhir nya berhenti bermain dengan mata yang sipit dan mulut yang terus menguap. "Sudah cukup Ai, mata mu udah lima watt" Ucap Zai
Aisya langsung tertidur di sofa. Zai bangun berdiri melirik keindahan itu sebentar lalu dia menutupi nya dengan selimut. Setelah itu dia ke kamar mandi membasuh muka dan langsung mandi tak lupa menggosok gigi.
Aisya tersenyum, Dia tak mengira akan di tinggalkan dengan selimut. Padahal jika Zai melakukan sesuatu terhadap nya dia tak akan melawan. Karna dia sudah menyukai Zai sejak pertemuan pertama. Dan saat ini semakin banyak bertambah kekaguman nya kepada Zai bukan hanya tidak melanggar wanita, dia malah menjaga wanita yang ada di hadapan nya.
jika itu penjahat kelamin. sudah habis tu di garap si Aisya, untung nya Zai bukan Penjahat kelamin, dia masih belum mengerti karna dia masih lah polos.
Zai tak tau apa yang di pikirkan oleh Aisya..
Dia berjalan ke dapur merebus mie dan memasak telur mata gajah. Karna memang hanya itu yang biasa dia buat waktu di gubuk jika ada uang buat membeli nya.
Hidup yang sangat menyedihkan memang, di tinggal kedua orang tua nya mati dan harus hidup sebatang kara tanpa uang tanpa keluarga yang membantu nya.
"Ibu, ayah, sekarang Zai sudah punya banyak uang tidak lagi kekurangan seperti dulu. Andai kalian ada disini, sungguh tak ada nikmat yang didustakan." Ucap nya menyeka air mata yang sedikit kekuar dari ujung mata nya.
Setelah selesai menata makanan di meja makan, Zai mendekati Aisya kemudian membangunkan nya.
Aisya yang pura- pura tidur pura- pura lagi mengucek mata dan menguap. Lalu dia pura- pura lagi lupa kenapa ketiduran disofa. "Ah gawat hari ini aku harus kekampus Jam 7:30 lalu dia melirik jam yang berada di dinding jam menunjuk kan Pukuk 6:45, aku harus pergi dulu" ucap nya berdiri dan langsung berlari.
Akan tetapi tangan nya di tahan oleh Zai. "Makan lah dulu disini aku sudah menyiapkan makanan, yaah... bisa di bilang makanan itu hanya mie instan pakai telur. Karna aku belum ahli memasak." Ucap nya tersenyum malu.
Pipi nya Aisya langsung merona kala tangan mungil nya itu di pegang lagi oleh Zai. Serasa ada sesuatu yang berkesan di hati nya. "Baik lah, tapi aku mandi dulu. Masa aku yang bau begini langsung makan" ucap nya sambil mengangkat bahu nya mendekat kan ke hidung.
"Jangan di pikirkan, makan saja dulu. Kalau kau mandi keburu bengkak tu mie instan" Ucap Zai
"Baik lah jika kau memaksa" jawab Aisya dengan senyum lembut.
Mereka pun duduk saling berhadapan. Dan Zai menanyakan perihal masalah nya pagi itu di toilet.
"Siapa sebenar nya pria yang ingin memperkosamu itu, nanti biar ku beri pelajaran" ucap nya sok kuat di hadapan wanita sambil memasang wajah agak marah agar terlihat berani.
"Babi tua itu menejer hotel Citra Raya yang ada di Sky Papiliun. Aku juga tak menyangka dia bisa masuk kedalam toilet wanita. Seperti nya ada sesuatu yang janggal. Tidak mungkin dia langsung tau aku berada disana dan langsung membawa tali untuk mengikat ku. Jika bukan dengan rencana matang. Pasti ada seseorang yang bekerjasama dengan nya." Ucap Aisya menceritakan tragedi yang hampir saja merenggut kesucian nya.
"Nanti aku bantu. Aku punya kenalan di satpam disana. Nanti ku minta tolong untuk mengecek cctv nya"
Aisya kembali melihat jam, "sudah jam tujuh nih, aku mau pulang dulu" ucap Aisya langsung berdiri dan berkata lagi "terima kasih sudah membuat ku kenyang" kata nya lagi sambil mengelus perut nya yang sebenar nya masih datar tidak ada kebuncitan sama sekali.
"Apa mau di antar?"
"Tidak usah... aku bisa sendiri" ucap nya lalu melambai tangan meninggalkan Zai di depan pintu...