"Waaa kenapa begini."
Itulah jeritan hati sepasang insan yang di pertemukan di acara perjodohan oleh keluarga mereka yang merupakan mafia terbesar di kota dan membagi kota menjadi dua wilayah. Perjodohan mereka sebagai pewaris adalah kunci perdamaian dan penggabungan dua keluarga mafia yang selalu berselisih dan saling memperebutkan wilayah.
Namun keduanya menjadi sangat bingung dan tidak berani menolak walau mereka ingin menolak karena memiliki kekasih masing masing dan melihat satu sama lain sebagai aib di masa lalu.
Alasannya ketika keduanya sempat melarikan diri dari keluarga mereka karena tidak mau menjadi pewaris sewaktu muda, keduanya bekerja menjadi aktor dan aktris film porno yang selalu tampil bersama dalam setiap syuting.
"Ya, kami mau menikah," ujar keduanya dengan terpaksa demi menjaga perdamaian dua keluarga walau mereka tidak saling mencintai dan hanya tubuh mereka yang saling mengenal satu sama lain.
Mohon di baca dan tinggalkan jejak ya, makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Setelah melintasi kota, mobil yang di tumpangi oleh Dean dan Layla berbelok ke wilayah kos kosan yang padat. Mobil berhenti di sebuah kos kosan yang berlantai empat dan nampak rapi dari luar, keduanya turun dari mobil, setelah turun Dean menghampiri jendela pengemudi dan Hans membuka jendelanya,
“Hans, lo parkir di depan, di sana ada lapangan khusus parkir mobil dan tunggu di sana, kalau sudah selesai gue telepon, sebab di kos kosan gue tidak pernah ada sp yang masuk ke dalam dan kalian berdua akan mencolok kalau ada disini, tolong mengerti dan kita berdua tidak akan lari,” ujar Dean.
“Baik tuan muda, saya mengerti,” balas Hans.
Setelah mobil jalan kembali, Dean mengajak Layla masuk ke dalam, mereka menaiki tangga sampai ke lantai tiga dan berjalan menelusuri koridor. Dean berhenti di depan sebuah pintu, dia merogoh kantong celana nya dan mengambil kunci, setelah membuka pintu, dia mengajak Layla masuk ke dalam. Layla bisa melihat suasana di dalam kos kosan Dean, ruangan kamar Dean berukuran enam kali lima dan ada sebuah kamar mandi kecil di sudut kamar. Perabot yang ada di dalam kamar hanya lemari pakaian kecil, sebuah meja, ranjang double bed dan sebuah meja kecil di sebelah ranjang.
“Jadi ini kos kosan lo, cukup nyaman juga,” ujar Layla yang berjalan ke ranjang.
“Yah beginilah,” balas Dean.
Layla duduk di sisi ranjang dan menaruh tasnya di ranjang, Dean duduk di sebelah Layla yang masih melihat sekeliling.
“La, gue sama kayak lo, setelah semaleman mikir, gue juga memutuskan untuk melepaskan Yessi dan bersama lo, gue ga mau terjadi apa apa terhadap Yessi dan keluarganya hanya karena ke egoisan gue, jujur aja hati gue rasanya perih, gue selalu di kamar ini bersama Yessi dan kita menghabiskan waktu berdua kamar ini, jadi hari ini adalah hari terakhir gue kesini bersama lo,” ujar Dean.
“Iya, gue ngerti, emang itu yang terbaik,” ujar Layla.
“Mencintai seseorang tidak harus memiliki kan, gue belajar soal itu waktu gue sedang wara wiri di kota mencari seorang wanita bernama Helga, pencarian tidak ada ujung,” balas Dean.
“Kita sudah sama sama menemukan ujungnya sekarang kan,” balas Layla.
“Lo bener La, lo bener,” ujar Dean menitikkan air mata walau tersenyum.
Layla yang melihat Dean menitikkan air mata langsung memeluk Dean yang membalas memeluknya, mereka terdiam beberapa saat sampai Dean selesai menata kembali perasaannya dan melepaskan semua emosinya. Setelah Dean kembali tenang, dia berdiri dan berjalan ke kulkas kecil di atas meja, dia mengambil dua buah kaleng kopi, tapi ketika dia berbalik, dia melihat Layla sedang memegang sebuah topeng kupu kupu berwarna hitam berkilauan dengan bulu putih di tengahnya,
“Hehe lo juga masih simpen topeng ini rupanya,” ujar Layla menjulurkan tangannya memberikan topeng pada Dean dan tersenyum.
Dean menaruh dua kaleng kopinya di ranjang kemudian dia mengambil topengnya, dia menatap topengnya sebentar kemudian memakainya dan tersenyum.
“Apa kabar Tyrel Ruruda,” ujar Layla tersenyum.
“Klek,” Layla membuka tasnya dan mengambil topeng dari dalam tasnya, kemudian dia langsung memakainya.
“Lo bawa toh...ehem, apa kabar Helga Carrera,” ujar Dean.
Layla berdiri dan menghampiri Dean, kedua lengannya langsung naik dan merangkul leher Dean yang langsung memeluk pinggangnya.
“La, masa mau lagi ?” tanya Dean.
“Eit, nama ku Helga, tempat ini perlu kita eksorsis kan ?” tanya Layla menggoda.
“Haha benar, terlalu banyak kenangan dan bayangan yang perlu di eksorsis di sini,” jawab Dean.
“Ok mohon kerja samanya ya Tyrel,” ujar Layla.
“Sebaliknya, mohon kerja samanya Helga,” balas Dean.
Keduanya langsung berciuman dan kembali saling melucuti pakaian mereka masing masing, kemudian keduanya kembali melompat ke ranjang dan membuka sekaleng kopi untuk di siramkan ke tubuh mereka sambil terus berciuman dengan panasnya.
******
Sementara itu, di sebuah kamar gelap yang berada di sebuah hotel mewah, dua bayangan sedang duduk di depan layar monitor menonton aksi Dean dan Layla yang sudah menjelma menjadi Tyrel dan Helga,
“Ampun dah, bener bener pasangan tolol,” ujar Rena.
“Gila banget, mereka bisa berapa kali sehari ? aku aja sama Yessi paling seminggu hanya dua kali paling banyak empat kali, mereka bisa sehari lima kali dan setiap hari, hebat banget ga sih,” balas Harris.
“Ga pake obat kuat lagi, beneran dah, emang bisanya cuman itu, ih aku aja paling seminggu dua atau tiga kali sama Anton, emang dua kakak kita itu hebat, sudah terlatih dan profesional,” balas Rena.
"Pelampiasan cinta terpendam tanpa di sadari, bener bener dashyat, tapi dulu bisa ya mereka tanpa perasaan melakukan hal semacam ini, jujur aja itu hebat, abis syuting pulang tanpa bicara apa apa dan kembali mesra di syuting berikutnya, tebel amat mentalnya," ujar Harris.
"Iya bener, kalau aja tekad dan mental mereka waktu itu di pakai di jalan yang bener dan bukan buat maen ginian hasilnya pasti lain," balas Rena.
“Tapi aku beneran bingung deh, mereka apa ga sadar ya kita tanem penyadap dan kamera di hotel, kos dan kontrakan mereka ?” tanya Harris.
“Ya itu dia, mereka terlalu lengah, masih jauh banget dari yang kita harapkan, tapi bagusan mereka ga tau juga sih,” jawab Rena.
“Tapi paling tidak hari ini mereka sudah ada kemajuan, kak Anton dan Yessi sudah bisa bebas,” balas Harris.
“Kamu bener, akhirnya mereka benar benar sudah bisa melihat satu sama lain, aku sempat takut kita gagal melihat sikap keduanya,” ujar Rena.
“Kalau kita gagal papa dan om Mario akan ambil alih dan aku ga mau itu,” ujar Harris.
“Sama, makanya kita bela belain berkorban demi mereka,” balas Rena.
“Oi kak Rena, matiin ajalah,” ujar Harris.
“Loh kenapa memangnya ?” tanya Rena.
“Setiap hari melihat mereka kayak gini, rasanya gimana gitu, lama lama otak kita bakal rusak,” jawab Harris.
“Haha kamu menyingkir aja ga apa apa, aku masih mau lihat, buat belajar dan di terapkan sama kak Anton, lagian kamu pasti sudah bosan kan secara kamu tahu duluan di banding aku yang baru pernah lihat aksi mereka ketika selesai perjodohan mereka,” ujar Rena.
“Ya, alasan aku memutuskan untuk tidak ikut ke perjodohan mereka, coba bayangkan kalau aku ikut dan mereka saling tunjuk memanggil nama panggung mereka, aku tidak akan bisa menahan tawa dan akhirnya papa juga om Mario akan menginterogasi ku, aku ga ikut demi keselamatan ku sendiri haha, jujur saja aku sudah tahu aksi mereka sejak siluet mereka dan langsung menghubungi Jeffre...eh kak Alice untuk menjaga mereka,” balas Harris.
“Haha iya, aku ga kebayang kamu kayak apa kalau melihat mereka saling tunjuk waktu itu dengan wajah pucat dan langsung berkeringat deras, tapi kok waktu itu kamu bisa tahu ya, padahal kan siluet ?” tanya Rena.
“Aku tidak mengenali kak Dean, tapi aku mengenali dengan jelas kak Layla, aku kan besar bersamanya, mana mungkin yang seperti itu lolos, mungkin kalau lawan main kak Layla bukan kak Dean dan pria lain, sudah pasti aku akan ambil tindakan,” ujar Harris.
“Iya, kamu bilang sama aku waktu itu, tapi kamu ga pernah satu kali pun tunjukkan kepada ku sampai malam itu aku mencari sendiri di internet, jadi aku setengah percaya sama kamu waktu itu,” balas Rena.
“Maaf kak Rena, bukannya ga mau kasih tahu, takut kedeteksi papa dan om Mario,” ujar Harris.
“Iya sih, bener, kita harus hati hati,” balas Rena.
“Makanya ketika mereka pulang bawa ijazah dan mau bekerja, kita ngorbanin pacar pacar kita buat jaga mereka,” balas Harris.
“Iya, udah berapa tahun kita berkorban demi mereka, suatu saat aku akan tagih mereka, pasti,” balas Rena.
“Sudah kak Rena, matikan, aku muak, lama lama lihat mereka pikiran ku rusak,” ujar Harris.
“Klik,” Harris mematikan monitornya, Rena langsung memukul pangkal lengan Harris yang berada di sampingnya karena kesal layar nya di matikan.