Rumah Tanpa Jendela

Flashback

"Nggak ada salahnya kalau lo beneran emang cinta sama Ella, gue liat Ella juga cewek baik-baik kok. Cewek polos yang kecil kemungkinan buat nyakitin lo." Cakra berucap yakin sesuai dengan apa yang sudah dia amati beberapa minggu belakangan ini.

Haikal yang semula menghisap rokok nya pun menghembuskan secara perlahan, menoleh menatap Cakra yang duduk di sebelahnya. "gue nggak punya apa-apa cak buat bahagiain dia, yakalik gue mau ajak anak orang susah."

Cakra berdecak membalikkan badannya ke arah Haikal sepenuhnya, "lo harus ubah mindset lo, kalo nggak semua kebahagiaan itu bisa di ukur dengan uang. Lo liat gue, hidup gue bergelimang harta, gue nggak pernah ngerasa kekurangan dalam bentuk ekonomi tapi gue sekalu kekurangan waktu bareng orang tua gue. Mommy sama Daddy selalu sibuk kerja dan kerja sampai lupa kalau yang gue butuhin itu waktu bereng mereka bukan uangnya."

Haikal menghentikan kegiatan merokoknya, dia buang rokok yang tersiksa setengah itu lalu di injak nya hingga padam. "ada gue cak, datang ke apartemen gue kalo lo kesepian."

Cakra terkekeh pelan, "tanpa lo suruh pun gue juga bakal ngerusuh di apartemen lo."

Cakra menjeda ucapannya sebelum kembali bersuara, "kasih Ella kepastian sebelum dia nyerah kal, karena ngejar hal yang nggak pasti itu capek. Suatu saat pasti Ella capek dan nggak bakal ngejar lo, sebelum terlambat. Gue yakin Ella bisa ngasih warna baru dalam hidup lo, dengan begitu selain punya gue lo juga punya Ella. Kehidupan lo bakal ada sedikit kebahagiaan kalo sama dia."

Flashback off

Haikal menyenderkan punggungnya di samping pintu masuk kelas Ella, kedua tangannya dia lipat di depan dada menunggu gadis itu selesai kelas untuk pulang bersama. Ini kali pertama Haikal menjemput Ella ke kelasnya untuk mengajak gadis itu pulang bersama, biasanya gadis itu yang selalu menunggu Haikal di depan kelas atau terkadang Ella menghampirinya di parkiran dan memohon-mohon agar Haikal mau mengantarkan dirinya pulang.

Tapi sekarang Haikal janji dia yang akan menjemput Ella dan meminta gadis itu untuk pulang bersamanya. Haikal tidak membuat gadis itu memohon-mohon lagi padanya. Seperti prinsipnya, seorang ratu kecil tidak akan memohon-mohon kepada raja nya.

Haikal kembali mengingat reaksi sahabat-sahabatnya tadi saat mengetahui bahwa dirinya sekarang sudah berpawang. Rey, Nando, Eza bahkan Sarga dan Arkan nampak sedikit terkejut saat mengetahui bahwa gadis yang selama ini mengejar-ngejar Haikal sudah menjadi milik Haikal sekarang. Setelah mengetahui kebenaran itu jelas mereka menggoda Haikal habis-habisan, meminta traktiran sebagai pajak jadian padahal dia dan Ella belum resmi jadian.

Haikal hanya mengeklaim Ella sebagai miliknya dan dia adalah milik gadis itu. Jujur saja, Haikal bingung bagaimana cara menembak seorang perempuan. Ini adalah kali pertama Haikal dalam hidupnya mempunyai hubungan dengan seorang perempuan.

Suara berbondong-bondong derap langkah kaki seketika membuyarkan lamunan Haikal. Dia kembali menegakkan badannya membenarkan letak tas yang berada di pundak kanannya, kemudian memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Semua penghuni kelas itu jelas terkejut saat mengetahui Haikal berdiri di depan kelas mereka, lebih terkejut lagi saat Haikal dengan santainya melangkah mendekat ke arah Ella di mana gadis itu yang baru keluar dari kelasnya bersama ketiga sahabatnya.

Haikal tanpa banyak bicara mengambil alih tas gadis itu untuk dia bawa, setelahnya meraih satu tangan Ella untuk dia genggam.

"Pulang sekarang?" tanyanya dengan kepala yang menunduk menatap lekat gadisnya.

Ella mengerjap pelan, sedikit terkejut dengan keadaan yang tiba-tiba seperti ini. "emm kak Haikal ngapain disini?"

Haikal terkekeh pelan, "jemput ratu kecil gue lah, apa lagi."

Haikal berucap dengan cukup keras hingga membuat semua teman Ella yang sedari tadi menatapnya itu terkejut, begitu juga dengan ketiga sahabat Ella yang saat ini menganga lebar.

Haikal dengan sengaja menaik turunkan alisnya menggoda Ella, dia suka jika kedua pipi gadis itu memerah seperti sekarang.

"Kak, Ella malu." gadis itu menunduk malu saat semua pasang mata sekarang tertuju ke arahnya. Mengapa dia baru punya melu sekarang, padahal dulu dia tidak merasa malu sedikitpun saat mengejar Haikal dengan terang-terangan.

Haikal kembali terkekeh, dia mengangkat dagu Ella agar mendengar menatapnya. "kenapa harus malu, kan gue udah bilang mulai sekarang raja yang akan mengejar ratu kecilnya."

Ella mengerjap kepalanya mengangguk pelan.

Haikal menarik tangan Ella lembut, "ayo pulang, gue anter."

Ella mengangguk, dia beralih menatap ketiga sahabatnya yang masih menganga lebar sebab shock. "Ella pulang duku ya, Moana Vani sama Humaira hati-hati pulangnya, dadah." tangannya melambai ke arah tiga sahabatnya sebelum mengikuti langkah Haikal.

Ella terus memandang tangannya yang ada di genggaman tangan Haikal, rasanya dia masih belum menyangka bahwa sekarang lelaki yang dia inginkan sudah menjadi miliknya. Entahlah, seketika Ella dapat melupakan kehidupannya yang kacau.

Mereka terus berjalan dengan Haikal yang setia menggenggam erat jari-jemari Ella, sementara tangan satunya menenteng tas punggung Ella seakan tas itu begitu ringan. Di tengah perjalanan keduanya, beberapa siswa-siswi berbisik-bisik membicarakan kedekatan Haikal dan Ella yang tiba-tiba.

"Liat deh, sejak kapan cewek cupu itu deket sama Haikal."

"Haikal gue anjir, gue yakin tuh cewek cupu udah macem-macem sama Haikal."

"Macem-macem gimana maksud lo?"

"Ya di guna-guna atau apa gitu, secara ya Haikal tuh nggak pernah kan ngegubris cewek yang deketin dia."

"Iya gue yakin sih tuh cewek cupu pasti cuma manfaatin Haikal biar ikut populer."

"Dasar cewek cupu, nggak sadar apa kalo dia nggak pantes buat Haikal."

Ella menunduk mendengar perkataan-perkataan pedas dari kakak kelasnya, dia jelas sadar jika dia tidak pantas bersanding dengan lelaki se-populer Haikal. Tapi dia selalu menyingkirkan pikirannya itu, dia hanya ingin bersama Haikal, sebab lelaki itulah menurut Ella yang mampu menjadi matahari dalam hidup gelapnya.

Haikal menoleh sedikit menundukkan kepalanya menatap Ella yang menunduk di sampingnya, satu tangannya terulur untuk mengangkat dagu gadis itu lembut. "jangan nunduk."

Kemudian Haikal beralih menatap ketiga kakak kelasnya itu yang tadi menjelek-jelekkan Ella dengan tatapan tajam, "kalian nggak ada kerjaan ya, merasa paling sempurna sampai berani ngatain ratu kecil gue kayak gitu?"

"Bukan gitu Haikal, aku cuma kasihan sama kamu soalnya cewek cupu itu pasti cuma numpang tenar aja ke kamu, dia juga nggak pantes buat kamu Haikal." ujar salah satu dai mereka yang di angguki oleh teman-temannya.

Sementara Haikal, satu alisnya terangkat dengan sudut bibir yang menyunging, "kayak yang harus di kasihani itu lo deh, kasihan hidup pasti berat karena selalu repot ikut ngurusi hidup orang lain. Lagian menurut lo gue pantes nya sama siapa? sama lo? Perempuan yang ngerendahin sesama perempuan."

Haikal menatap satu persatu kakak kelasnya itu dengan kekehan singkat, "bahkan perempuan yang barusan lo rendahin, jauh lebih di atas lo."