Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Tragedi
Sore harinya Reno ingin mengajak Diana dan adiknya ke supermarket yang baru saja dibuka di daerah itu.
Reno adalah anak dari Pak Rahim orang yang selalu membantu keluarga Pak Ahmad disaat kesusahan dan saat dijalan Reno bertemu Diana.
"Na nanti malam sehabis magrib kita ke Gi*nt yuk ajak sekalian Andi kita main di Timezone,"
"Oke Kak kamu yang jemput kerumah atau kita bertemu didepan sekolah?"
Kak Reno berpikir sejenak lalu menjawab
"Kita bertemu didepan sekolah saja ya,"
"Oke Kak kalau begitu Nana pulang dulu kak takut Ibu nunggu Nana,"
"Oke."
Mereka berjalan ke arah yang berbeda Reno menuju lapangan sedangkan Diana kembali kerumahnya.
Adzan magrib telah berkumandang semua umat muslim berbondong-bondong menuju ke Masjid atau Musholla terdekat dan sepulang dari Musholla Diana berbisik kepada Andi
"Dik tadi sore Kakak bertemu Kak Reno dan Kak Reno mau mengajak kita ke Gi*nt bermain di Timezone kamu mau ikut tidak?"
Andi yang mendengar bisikan sang kakak mengangguk kepala sambil tersenyum lebar.
"Mau Kak kapan kita berangkat?"
"Sekarang dan Kak Reno menunggu kita didepan sekolah,"
Mereka berdua berpamitan kepada Bu Sari untuk bermain tanpa memberitahu bahwa mereka akan bermain di Gi*nt.
"Mana Kak Renonya Kak?"
Mereka celingukan mencari keberadaan Reno lalu terlihat siluet seseorang yang berjalan di dalam kegelapan
"Itu Kak Reno sudah datang Dik,"
Reno menghampiri mereka.
"Maaf ya baru sampai apa kalian sudah menunggu dari tadi?"
"Tidak Kak kita juga baru sampai kok,"
"Ya sudah ayo kita berangkat sekarang."
Sambil berjalan mereka bercerita hal yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak tanpa mereka ketahui akan ada kejadian yang membuat tawa mereka berubah menjadi tangisan.
Saat menyeberangi jalan yang sangat ramai oleh kendaraan mereka saling berpegangan tangan, namun tiba-tiba...
"Astaghfirullah Adik!"
Diana histeris melihat Andi terpental beberapa meter karena tertabrak sepeda motor.
"Kenapa adiknya tidak dipegang tangannya tadi?"
Tanya salah satu warga yang membantu Andi
"Sudah saya pegang tangannya dan sudah saya peringatkan agar sedikit menjauh dan berhati-hati tapi saya tidak tahu kenapa adik saya tiba-tiba melepas genggaman tangan saya,"
Andi menahan tangisannya dan Diana yang terkejut wajahnya pucat pasi melihat pipi kanan Andi memar dan sedikit membengkak sedangkan Reno menggendong Andi akhirnya mereka memutuskan kembali pulang.
"Kak Reno istirahat sebentar disini,"
Di jalan yang temaram dan jarang sekali orang melewati jalan itu.
"Dik kenapa tadi kamu melepas genggaman Kakak?"
Andi tidak menjawab hanya meneteskan air matanya Diana tidak kuasa melihat sang adik yang menahan sakit akibat terpental dan sedikit terseret sepeda motor tadi.
"Kita beli minyak t*won saja ya Kakak yakin Ibu tidak akan menggubris luka kamu itu,"
Reno yang mendengar obrolan kakak beradik itu hanya menatap pilu karena Reno sendiri tahu bagaimana sifat Ibu dari Diana dan Andi.
"Ayo kita pulang nanti didepan warung kita berhenti beli minyak t*won,"
"Ayo Kak."
Reno menggendong Andi lagi sampai di depan warung yang berada di timur sekolah.
"Bang beli,"
"Beli apa?"
"Bang beli minyak t*won yang kecil satu saja,"
Bang Hasan memberikan minyak t*won yang diminta Diana.
"Berapa Bang?"
"Sepuluh ribu."
Diana memberikan nominal uang yang disebut oleh Bang Hasan.
"Kak Reno langsung pulang saja biar Diana yang memapah Andi Kak,"
Reno tidak tega meninggalkan mereka berdua namun Reno tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan Diana.
"Tidak apa-apa Kak biar aku dipapah Kak Nana saja terimakasih ya Kak sudah menggendong dari tadi pasti Kak Reno capek kan?"
Menurunkan Andi dari gendongannya.
"Tidak kok Ndi maaf ya Kak Reno teledor tidak bisa menjaga kalian dengan baik,"
Reno menatap sendu pipi Andi yang membengkak.
"Kakak jangan merasa bersalah seperti itu ini salahku sendiri tidak berhati-hati saat akan menyeberang jalan tadi,"
Diana memotong pembicaraan mereka
"Ya sudah Kak kita pulang dulu ya,"
"Hati-hati Na."
Diana hanya menganggukkan kepala sedangkan Reno melihat mereka dari kejauhan hingga bayangan Diana dan Andi tidak terlihat lagi.
Tepat didepan rumah Diana merasakan jantungnya berdebar tak karuan.
"Bismillah," ucapnya lirih
"Assalamualaikum,"
Diana membuka pintu dan memapah sang adik.
"Waalaikumsalam, loh Andi kenapa Na?"
Tanya Bu Sari saat melihat Nana memapah Andi
"Habis jatuh tadi Bu,"
Mendengar jawaban Diana Bu Sari hanya melihat tanpa berkomentar apapun.
"Huft maaf Ya Allah hamba telah berbohong kepada Ibu."
Ucap Diana dalam hati
"Dik kamu mau langsung ke kamar apa duduk dulu disini?"
Tawar Diana kepada sang Adik saat berada diruang tamu.
"Ke kamar saja Kak oh iya Kak boleh Andi minta tolong?"
Dengan suara lirih Andi meminta tolong kepada Diana
"Minta tolong apa Dik?"
"Andi haus Kak boleh minta tolong ambilkan air putih?"
Diana mengantar Andi ke kamarnya lalu mengambil segelas air putih di dalam gelas setelah itu kembali ke kamar Andi.
"Ini Dik airnya,"
Membantu Andi yang semula dalam posisi terbaring menjadi duduk
"Terimakasih Kak oh iya Kak maaf ya aku merepotkan Kakak,"
Diana tak kuasa menahan tangisannya
"Kamu jangan bicara seperti itu Dik Kakak juga tidak becus menjaga kamu maafin Kakak ya Dik,"
Diana menghapus airmata yang jatuh di pipinya
"Kamu istirahat saja ya Dik besok sebelum Kakak berangkat sekolah Kakak mengobati luka-luka kamu,"
Diana membantu Andi merebahkan tubuhnya
"Kalau butuh apa-apa panggil Kakak saja ya."
Diana keluar dari kamar Andi lalu menuju kamarnya sendiri dan Diana tidak kuasa menahan tangisannya hingga ia tertidur.
Pagi harinya dengan mata yang sembab Diana bangun dari tidurnya badannya terasa sakit semua dan energinya pun habis terkuras akibat menangis semalaman.
Dengan enggan Diana menuju kamar mandi setelah itu Diana bersiap-siap untuk ke sekolah sedangkan Andi ijin tidak masuk di karenakan badannya panas akibat dari memar di pipinya.
"Dik kamu sudah bangun?"
Pipi yang membengkak dan memar disekelilingnya membuat hati Diana mencelos melihat sang adik lemah seperti itu.
"Sudah Kak apa Kakak mau berangkat sekolah?"
Diana menganggukkan kepala
"Sini Kakak obatin Dik!"
Diana mengolesi minyak yang semalam ia beli sambil mengoles Diana meraba setiap memar yang menghiasi wajah sang adik ia pun tidak kuasa menahan air matanya.
Setelah mengoleskan minyak tersebut Diana bertanya kepada Andi
"Kamu sudah makan Dik?"
"Belum Kak,"
"Ibu tidak memberi kamu makan dari tadi?"
Andi hanya menggelengkan kepalanya dan seketika itu Diana menghela nafasnya lelah.
"Kakak ambilkan dirumah Nenek ya."
Tanpa menunggu jawaban Andi Diana langsung menuju rumah Nenek Tia.
"Nek minta nasi sama lauknya sedikit saja,"
Nenek Tia menatap Diana malas
"Ibu kamu suruh masak, beli terus Anak disuruh makan mie sama telur setiap hari memang dasar pemalas Ibu kamu itu!"
Hardik Nenek Tia Diana yang sudah terbiasa dengan hal seperti itu hanya memutar bola matanya malas.
"Hm."
Jawaban yang selalu Diana lontarkan kala malas mendengar hardikan atau cacian yang kerap menyapa indra pendengarannya.
Setelah mengambil secentong nasi dan lauk Diana lalu kembali ke kamar sang adik saat akan memasuki kamar Andi Diana mendengar isak tangis tertahan dari dalam Diana yang semula akan masuk ke dalam mengurungkan niatnya untuk menahan air matanya dan merubah ekspresinya terlebih dahulu.
"Dik ayo makan dulu,"
Andi mendengar suara Kakaknya lalu ia menghapus airmata yang menetes di pipinya.
"Kakak suapin ya,"
Andi hanya menganggukkan kepala.
Suapan pertama yang Diana berikan kepada Andi membuatnya tak kuasa menahan tangis.
"Udah jangan nangis ya Dik kamu harus makan biar cepat sembuh dan Kakak yang akan merawat kamu sampai sembuh,"
"Terimakasih Kak kalau bukan kakak siapa yang akan merawat aku?"
Ucap Andi dengan suara pilu hati Diana bak tersayat sembilu lalu Diana menyuapi Andi hingga makanan di piring tidak tersisa setelah itu Diana pamit untuk berangkat sekolah.
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya