Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Flashback lagi.......
Seminggu setelah perdebatan panas di Kantor Danish, Jingga sudah tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya dihadapan suaminya itu. Sekeras apapun usaha Danish tuk berbicara dan membahas masa depan rumah tangga mereka.
Tidak! Jingga sama sekali tak pergi dari rumah suaminya. Ia mengurung diri didalam kamar tamu dan terus bermunajat diujung sajadahnya, Sambil sesekali melakukan panggilan telepon kepada Sang mertua melalui ponselnya.
Sedikit demi sedikit Jingga sudah membuka diri untuk bersosial media. Ia tak peduli karena segala kesakitan telah dia rasakan selama ini. jika sekedar melihat Foto kebersamaan Alea dan suaminya itu tak akan lagi berpengaruh. Namun seminggu pula tak ada berita mengenai dua orang yang paling ingin ia lupakan itu.
Jingga sudah berdiri dipuncak tebing kesakitan dan berharap jatuh ditengah hamparan bunga bunga indah.
Koa? Jingga selalu memikirkannya, namun setiap mengingatnya Jingga menjadi wanita lemah yang butuh perlindungan dari pria itu. untuk kali ini saja Jingga ingin berdiri kuat dikakinya sendiri meski keduanya terpatri dialas berbatu.
Danish juga menutup diri kecuali untuk urusan pekerjaan. Ia hanya berinteraksi dengan para manager dan Sella sang sekertaris. Selebihnya Danish menolak untuk bertemu. Meski itu Alea Sekalipun, ia bahkan tak lagi menjawab panggilan dan pesan dari Wanita itu. Danish bertekad tak akan pernah melepas Jingga dan lebih memilih melepas Alea sang cinta pertama yang harusnya sudah ia lakukan sejak dulu.
.
.
.
Koa menghela nafas pasrah seraya memeluk kedua lututnya, menatap langit malam yang hampa tanpa bintang disana.
Seminggu tak melihat Jingga membuatnya cemas dan khawatir.
Apakah wanita itu baik baik saja?
Mengapa ia tak lagi menatap sang Jingga?
Apakah masalahnya sudah terselesaikan dan memutuskan kembali bersama sang suami?
Koa memukul kepalanya pelan dan tertawa kecil, ia tak bisa mengampuni fikiran jeleknya yang berharap Jingga akan terus membutuhkannya.
Memangnya kamu siapa?
Apa yang kau miliki Koa? Rutukan demi rutukan dilontarkan Koa pada dirinya sendiri.
Pria bertubuh tinggi itu kemudian merebahkan raga lelahnya diatas tumpukan karung semen, membiarkan tubuhnya dijamah angin malam yang menyatu dengan bau material bangunan.
Akhir akhir ini Koa memang mengambil pekerjaan sampingan sebagai buruh lepas di salah satu Apartemen yang dalam proses pembangunan, yang Kontraktor tengah dikejar tenggat waktu.
Setelah melukis di sore hari Koa kembali melakukan pekerjaan kasar pada malam harinya dan berakhir pada pukul 11 malam.
Dahulu ia tak begitu memikirkan masalah uang. Asal ia bisa makan dan membayar uang kos, Bagi Koa sudah lebih dari cukup namun setelah mengenal Jingga Koa terpacu untuk mengejar rupiah lebih banyak lagi. Ia seakan memiliki motivasi untuk kembali merangkai masa depan yang pernah pupus.
Fikirannya memang gila? Bagaimana bisa ia berfikir Jingga Kelak akan membutuhkannya yang hanya seorang pria tanpa masa depan yang jelas.
Sedangkan suaminya kini adalah pemilik perusahaan ternama.
Lagi lagi Koa menertawakan dirinya. Pria itu kemudian Berdiri dan berteriak..." JINGGA! SEPERTINYA AKU SUDAH GILA!!!"
PLETAK!!!
Sebuah botol air mineral kosong mendarat dibelakang kepala Koa menyambut suara Baritonnya yang menggelegar.
"Hei pelukis gila! Pulang! sudah jam 11." Teriak salah satu rekan buruh Koa.
Pria itupun menurut, ia memang sudah merindukan kamar kostnya yang sangat sederhana itu.
Setelah membersihkan tubuhnya Koa meraih sebuah buku dari dalam laci nakasnya dan mulai menulis rangkaian kalimat indah memgenai perjalanan hidupnya setiap hari.
.
.
.
Jingga baru keluar kamar saat Danish sudah tak ada dirumah. Hari ini ia ada janji bertemu dengan sang pengacara rekomendasi Pak daud.
Mereka membahas masalah panjang lebar, Sampai akhirnya Jingga mantap untuk mengajukan gugatan perceraian. Harta gono gini dan nafkah tidak masuk dalam tuntutannya, Toh mereka juga tidak memiliki anak.Walau tidak sekaya Danish namun Jingga masih memiliki beberapa warisan berupa aset tidak bergerak dari kedua orang tuanya yang masing masing merupakan anak tunggal. Sedangkan Untuk perkebunan Jingga tetap akan menerima keuntungan dari perusahaan. Dan itu sudah lebih dari cukup.
Beberapa hari berlalu....
Danish akhirnya menerima surat pemberitahuan pengadilan Agama di kantornya. Ia merobek surat itu saat Sella masuk hendak meminta tanda tangan.
"SUDAH KUKATAKAN JANGAN MENGGANGGUKU!!" teriak Danish kesetanan.. Matanya semerah saga dengan rahang yang bergetar.
"Ma-maaf pak." Sella segera menutup pintu dan mengusap dadanya. Memeriksa sang Jantung yang terasa seperti bergeser dari tempatnya.
"Sial!"
"Sial!"
Danish menghambur semua yang ada dimeja kerjanya. Macbook seharga puluhan juta pun tak luput dari amukannya.
Setelah lebih tenang Danish memanggil sendiri Ob untuk membersihkan ruangan yang lebih mirip kapal pecah itu.
Desas desus mulai Bermunculan setelah beberapa petugas kebersihan keluar dari ruangan sang General Manager.
Banyak yang menduga Karena perusahaan tengah dilanda masalah, namun tak sedikit yang menebak ini berhubungan dengan Alea sang karyawan baru yang selalu terlihat dekat dengan Danish.
Mendengar kekasihnya tidak baik baik saja Alea memaksa masuk meski harus berdebat dengan Sella. Namun pada Akhirnya perempuan keras kepala itu menang.
Ia mendapati Danish tengah berbaring diatas sofa dengan Lengan yang menutupi sebagian wajahnya.
"Sella Kau memang mau dipecat!" Ujar Danish tanpa melihat siapa yang datang.
Alea bisa melihat bibir Danish menyeringai jahat.
"Ini aku Dan...." timpal Alea sedih melihat kondisi Danish.
Danish mendesah pasrah lalu duduk namun masih dengan tangan yang memijat pelipisnya. Ia masih menundukkan wajah tanpa minat sedikitpun untuk menatap Alea.
"Sella ini!" Geram Danish, ia masih marah kepada sang sekertaris karena tidak mengindahkan perintah darinya.
"Aku yang memaksa masuk Dan..." Ada kesedihan yang begitu nyata diwajah Alea karena benar benar di abaikan Danish.
"Dan...."
"Aku yang salah Al...."Danish masih dengan posisi yang sama, ia bisa merasakan kedua sisi pelipisnya berdenyut nyeri.
"Maaf karena memberimu harapan, namun pada kenyataannya aku hanya terbuai sesaat. Kufikir 11 tahun mengenalmu adalah segalanya bagiku. Namun aku sadar 3 tahun bersama istriku adalah nyawa hidupku. Aku tidak bisa tanpa dirinya, "Danish menggeleng lemah, mengingat surat dari pengadilan agama.
"Harusnya aku tak bersikap seperti itu padamu....harusnya aku...." Danish benar benar menyesal dengan apa yang ia lakukan tiga bulan kebelakang.
"Tidak Dan...." Air mata Alea mulai meleleh dipipi. Ia bersimpuh dihadapan Danish sambil menggenggam lutut pria itu.
"Aku....aku akan bersembunyi Dan, aku berjanji tak akan muncul didepan umum, pura pura lah tidak mengenaliku saat melihatku dikeramaian orang....itu tidak masalah bagiku asal kita masih saling mencintai, jangan menyerah dengan hubungan ini Dan.... Aku sudah katakan padamu, aku tak butuh status....aku hanya butuh cintamu. " Ujar Alea dengan suara bergetar.
Danish mengangkat wajahnya lalu menatap Alea lamat lamat. "Jangan rendahkan dirimu demi pria brengsek sepertiku. Sekarang saja aku sudah menjadi pecundang brengsek, jika aku melakukan itu aku tak pantas lagi disebut seorang pria. Pergilah dan maaf pernah memberimu harapan.....aku tidak akan bisa tanpa Jingga istriku."
"Benar....kau tidak bisa hidup tanpa istrimu...jadikan ia satu satunya wanitamu, sedangkan aku...aku." Alea menepuk dadanya pelan,"Jadikan aku simpananmu, jadikan aku gundikmu Danish, atau Jalan*mu, terserah apapun itu..asal jangan akhiri hubungan ini, aku sudah menunggu hal ini selama tiga tahun, kufikir akan menyerah tapi ternyata kita masih menyimpan rasa yang sama." Alea tergugu.
"Hentikan Alea! Jingga mendaftar gugatan perceraian hari ini! sadarlah ini bukan cinta! Aku bisa merasakannya sekarang, Aku ketakutan setiap berdekatan denganmu,dan ternyata itu rasa takut kehilangan Jingga Istriku!" Suara Danish naik beberapa oktaf,
Membuat Alea berteriak histeris tak terima. Sampai sampai Sella yang menguping didepan pintu dibuat terperanjat.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)