Roxana, sudah 8 kali dia mati dan ini adalah kehidupannya yang ke-9.
Setiap hidupnya dia pasti merasuki tubuh seorang wanita dengan berbagai posisi dan karakter. Tapi nahasnya setiap usianya mencapai 25 tahun pasti dia mati.
Pada kehidupannya kali ini pun sama, tapi kali ini dia hidup di tubuh seorang ibu yang sangat ditakuti. Bukan karena wajahnya tapi perangai dan sikapnya.
Akankan ia lagi-lagi harus mati saat usianya mencapai 25 tahun?
Atau dia akan menggunakan semua kemampuan yang pernah ia miliki untuk bisa bertahan hidup lama kali ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Duke Utara 18
Selama dua hari ini Benca wara-wiri di sekitaran kamar Roxane. Apalagi kalau bukan untuk mencari celah agar bisa memasukkan batu sihir yang berwarna hitam pekat itu ke dalam kamar Sang Grand Duchess.
Sebenarnya dia tidak mau, tapi ancaman dari Marquis yang dikatakan oleh Melanie bukalah sekedar omong kosong belaka. Jadi mau tidak mau ia harus bisa melakukan tugas tersebut.
Sreeet
Benca menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu saat melihat Roxane dan Leoric berjalan bersama. Rupanya dua orang itu masuk ke kamar Roxane secara bersamaan. Benca merasa ia akan gagal lagi malam ini. Maka dari itu ia membalikkan badannya untuk pergi dari sana.
Tapi sepertinya malam ini dia lebih beruntung. Ternyata Leoric tidak tidur di kamar Roxane. Grand Duke Carrington kembali keluar. Jadi bisa Benca simpulkan bahwa pria itu hanya mengantar saja.
" Tinggal tunggu beberapa jam untuk memastikan Grand Duchess tertidur. Lalu, aku akan menyelesaikan tugasku."
Sekitar 3 jam Benca menunggu, ia lalu mengintip ke dalam kamar Roxane melalui lubang kunci. Tidak terllau jelas memang tapi Benca yakin bahwa Roxane sudah tidur.
Dengan perlahan dan hati-hati Benca masuk ke kamar Roxane. Dan benar, Roxane tertidur dengan lelap. Benca lalu mengeluarkan alat sihir yang berupa kristal berwarna hitam. Ia meletakkan tepat di bawah tempat tidur Roxane.
Tidak ingin ketahuan, Benca segera pergi dari sana. Nafasnya sedikit memburu karena takut. " Haaah, untunglah Grand Duchess benar-benar tertidur. Akhirnya keluargaku selamat. Maaf Grand Duchess, saya harus melakukan ini untuk membuat ibu dan adik saya aman."
Benca bergegas pergi dari sana. Ia akan melaporkan hal ini kepada Melanie karena ia yakin wanita itu belum tidur. Melanie pasti sedang menunggu dirinya untuk mengetahui apakah berhasil atau tidak dalam menjalankan tugas.
Tok tok tok
" Nona, ini Benca!"
" Masuk, bagaimana. Apakah malam ini kamu berhasil?"
Benca mengangguk. Ia menceritakan apa yang sudah ia lakukan baru saja.
" Bagus, haaaah aku tidak sabar menunggu besok. Pergilah, aku ingin tidur. Malam ini mimpiku pasti indah."
Melanie terlihat sangat puas dengan apa yang dikerjakan oleh Benca. Ia merasa tidak sabar menunggu hari esok, karena pasti akan ada hal menarik yang bisa ia lihat.
Sementara itu di kamar Roxane, ia langung membuka mata setelah Benca keluar. Ya, Roxane tahu bahwa pelayan dari Melanie itu memasuki kamarnya. Sekali lagi, Roxane memiliki kepekaan yang tinggi walau sepertinya itu tidak berlaku bagi Leoric.
Shaaah
Buuk
Roxane mengibaskan selimutnya lalu turun ke bawah. Dia tersenyum simpul melihat apa yang ada di sana.
Roxane mengambil kristal hitam yang mengeluarkan aura menekan dan pastinya jahat. Tapi bagi Roxane itu bukan hal yang besar karena ia pernah menjadi seorang penyihir juga dalam kehidupan sebelumnya.
" Haah, mainan kecil. Tapi, tidak seru kalau mereka kecewa bukan? Jadi ayo kita buat pertunjukkan dulu."
Bukannya terpengaruh, Roxane malah menyerap habis energi itu ke dalam tubuhnya. Kristal yang tadinya berwana hitam pekat kini berubah menjadi putih. Ia merasakan sebuah kekuatan besar di dalam kristal tersebut. Tapi satu hal yang ia yakini, bahwa jika kristal itu diberikan kepada orang yang tidak mengenal sihir sama sekali maka akan menjadi berbahaya. Karena, sihir yang ada dalam kristal itu akan memanipulasi otak si korban sehingga mudah dikendalikan.
" Sayang, apa kau belum tidur?"
" Aah, belum ada sesuatu yang sedang ku lakukan."
Roxane menyeringai sehingga membuat Leoric penasaran. Wanita itu menghembuskan nafas penuh kelegaan karena ketika suaminya masuk, ia sudah selesai menyerap sihir tersebut.
Roxane tidak tahu seperti apa kekuatan Leoric sebagai sword master, lebih baik ia berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu.
" Lalu, apa yang kau kerjakan?"
" Lihatlah, dia ingin bermain-main denganku rupanya."
Leoric memicingkan matanya saat melihat kristal yang ditunjukkan oleh Roxane. Kemudian kemarahan memenuhi tubuh Leoric. Nampaknya dia pun tahu apa kristal itu sebenarnya.
" Pasti dia kan, aku harus menghabisinya malam ini juga. Berani-beraninya dia mengirim benda menjijikan itu ke kamar Grand Duchess!"
" Tahan, jangan buru-buru suamiku. Aku punya rencana tersendiri untuk itu. Biarlah dia merasa sudah berhasil. Kita lihat sejauh mana rencana yang ia akan lakukan. Aah iya, lalu bagaimana untuk rencana pertunangan itu. Suamiku, aku sungguh tidak ingin Lili pergi ke istana."
Roxane memeluk tubuh Leoric dengan erat, dan sebaliknya Leoric juga memeluk Roxane lalu mencium pucuk kepada sang istri. Dia pun tidak ingin membiarkan putri kecilnya pergi dari sisinya dan masuk ke sarang tikus. Ya, bagi Leoric Keluarga kekaisaran terutama Kaisar dan Ratu tak ubahnya tikus-tikus pengganggu yang licik. Mereka selalu menggerogoti milik orang lain.
" Hanya satu, menolak titah kaisar berarti dianggap memberontak. Dan aku tidak takut itu. Aku akan maju sekalipun harus membawa pasukan dan berperang."
" Aku akan membantu mu. Aku akan selalu berjalan di sampingmu dan bukan di belakangmu. Demi putri kita."
Agaknya keputusan Leoric sudah matang. Dan ternyata hal ini sudah ia diskusikan kepada seluruh ksatria Albrus. Mereka tentu langsung siap sedia berdiri di barisan depan demi melindungi keluarga penguasa Dukedome Albrus. Sumpah setia yang mereka ucapkan ketika pelantikan ksatria sudah tertanam dalam hati, pikiran dan jiwa.
" Baiklah kalau begitu. Sekarang kau kembalilah ke kamar." Roxane melerai pelukannya dan sedikit mendorong Leoric untuk keluar dati kamar.
" Ohooo, apa kau mengusir suamimu ini? Tck tck tck, tega sekali istriku," ucap Leoric dengan ekspresi yang dibuat cemberut.
" Untuk keberhasilan rencana kita mengelabui Melani dan Marquis Ethelwyn, atau bahkan Kaisar Rowan. Jadi sementara tahan dulu oke?"
Leoric mengangguk setuju. Memang harus membuat celah untuk musuh bisa lengah. Dan caranya seperti ini. Leroric membalikkan badannya dan hendak segera pergi. Tapi sebelumnya ia lebih dulu mendaratkan sebuah ciuman kepada Roxane. Ciuman yang sebentar itu lumayan dalam sehingga membuat keduanya terengah.
" Kembalilah tidur."
" He em, kau juga."
Kini Roxane kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ia memikirkan beberapa variabel yang muncul, dimana semuanya mungkin saja merupakan penyebab kematiannya nanti.
" Monster, pembunuhan, dan perang. Sekarang ada 3 jalan dimana aku bisa saja mati. Hanya saja belum tahu mana yang lebih berpotensi dalam hilangnya nyawaku. Baiklah, untuk saat ini mari ikuti permainan dari wanita itu. Dan semuanya dimulai dari besok pagi!"
TBC
.