Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Elara buru-buru menghampiri Dominict yang terluka, menemukan sebuah anak panah menancap di lengannya. Panik menyelimuti Elara saat ia mendekati Dominict.
"Tidak apa-apa ini hanya luka kecil. Sudah bias terjadi." Kata Dominict mencoba menenangkan Elara yang panik.
"Apanya yang luka kecil! Hari ini lengan besok kaki! Lusa apa lagi?" Omel, Elara mencoba mencabut anak panah yang menancap di lengan Dominict dengan hati-hati.
Dominict memperhatikan Elara yang terus mengomel sambil merawat lukanya. Saat itu Dominict mengingat bagaimana Putri Ana memarahinya saat ia tak sengaja terluka saat latihan di istana.
Flashback.....
"Sudah ku bilang, kan! Hati-hati! Hari ini tangan, besok kaki, lusa apa lagi? Aku rasa setelah ini nyawamu yang akan tercabut dari raga."
"Wah! Tidak ku sangka, Tuan Putri Kerajaan ini ingin Jendral-Nya mati."
"Jika itu terjadi aku tidak akan datang ke upacara pemakaman mu!"
"Meski anda tidak mau, Yang Mulia. Tapi itu adalah tugas anda memberikan penghormatan terakhir pada ku, Sang Jendral Istana. Karena bagaimana pun aku yang melindungi kerajaan ini."
"Huh!! Aku tetap tidak mau."
Dominict sempat melamun sesaat setelah ia melihat persamaan Elara dan Putri Ana yang suka marah-marah saat ia terluka.
Setelah melakukan pertolongan pertama Elara membawa Dominict kembali ke benteng untuk mendapatkan medis.
Sesampainya di benteng, Elara kembali memeriksa luka di lengan Dominict dan memberikan perawatan yang lebih intensif. Setelah melakukan perawatan, Elara membereskan peralatan medisnya di atas meja. Sementara itu Dominict memilih untuk beristirahat.
Elara tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tubuh kekar dan atletis Dominict yang terbuka di hadapannya. Setiap detil dari otot-ototnya membuat mata Elara terus terpaku, terpancar kegodaan yang sulit untuk ditutupi. Meskipun sadar akan perasaannya, pesona sang Jendral tetap membuat Elara terpikat tanpa bisa berbuat banyak.
"Jendral...."
Dengan penuh keinginan, mata Elara menatap Dominict yang sedang beristirahat. Rasa ingin memiliki sang Jendral begitu kuat dalam dirinya, sulit untuk ditahan.
Sampai akhirnya, Elara memberanikan diri menyentuh tubuh atletis Dominict. Mata Elara penuh dengan keimanan yang tak terbendung, menunjukkan kekuatan dorongan yang sulit untuk ditahan.
"Elara, apa yang kau lakukan?"
Dominict membuka matanya karena merasakan tubuhnya di sentuh. Sontak Elara terkejut melihat Dominict terbangun dan memergokinya menyentuh tubuh Sang Jendral tanpa izin.
"Eh?! J..Jendral... Maafkan saya... I..ini tidak seperti yang Jendral pikirkan." Elara tampak sangat gugup dan panik saat Dominict memergokinya.
Dominict menatap Elara dingin akibat perbuatannya ini.
"Jendral... Saya... mencintai Anda... Saya tak bisa berbohong pada diri saya bahwa saya telah jatuh cinta pada anda, saya..." Ungkap, Elara meski ia tahu ini adalah pernyataan cintanya yang kesekian kali pada Dominict, dan ia tahu Dominict sudah pasti akan menolaknya.
Tetapi kali ini, dengan penuh keberanian, Elara memutuskan untuk menggoda Dominict. Dengan gerakan tubuh yang menggoda, Elara mendekat pada Dominict yang terbaring di atas tempat tidur, menciptakan suasana yang sarat dengan hasrat dan ketegangan.
"Apa yang kau lakukan, Elara?"
"Jendral..."
Elara mulai mendekatkan dirinya pada Dominict dan menggodanya dengan sentuhan yang intim, menciptakan ketidaknyamanan dalam diri Dominict.
"Hmm, Elara, ada apa ini? Apa yang sedang kau rencanakan dengan bertindak seperti ini? Jangan lupa diri, Elara." Merasa sedikit terganggu namun juga tergoda dengan sentuhan yang Elara lakukan.
Elara berusaha menyentuh tubuh Dominict dan meraba dadanya dengan penuh keinginan.
"Jendral... Aku tahu bahwa anda juga menginginkannya." Menggoda Dominict.
"Elara, berhentilah sekarang juga! Aku tidak pernah memiliki perasaan untukmu. Jangan sekali-kali menyentuhku dengan cara seperti itu." Dominict menatap Elara tajam dan merasakan amarah memuncak di dalam dirinya
"Kau telah melampaui batas, Elara. Aku hanya memiliki mata untuk wanita yang aku cintai." Lanjut, Dominict dingin.
"Memangnya apa yang anda harapkan dari wanita yang tak pernah mencintai, Anda Jendral?" Elara masih mencoba menggoda Dominict.
Dominict terdiam dan menatap lekat wajah Elara, tampak jelas Dominict tak menyukai topik dan hal yang Elara lakukan saat ini.
Dominict menggertakkan gigi. "Elara, kau berani bicara begitu padaku?Jangan sampai mulutmu mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas." Dominict menatap Elara tajam, tampak jelas Dominict merasa terganggu dengan pertanyaan Elara.
"Aku dan wanita yang aku cintai memiliki hubungan yang jelas, tidak ada tempat untukmu di dalamnya." Dominict merasakan kebencian terhadap perkataan Elara yang semakin memuncak.
"Jangan sekali-kali menyentuh topik tentang hubunganku ataupun kehidupan pribadiku di depanku." Ungkap, Dominict marah.
"Jendral... selama ini aku jatuh cinta padamu... aku sangat mencintaimu...aku..." Elara masih mencoba memaksakan perasaan dan keinginannya pada Dominict.
Dominict menatap Elara dengan dingin. "Elara, itu semua hanyalah ilusi yang kau ciptakan sendiri. Aku tidak pernah memiliki perasaan yang sama terhadapmu. Jangan harapkan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi di antara kita." Dominict merasa kesal dengan sikap Elara ini namun masih mencoba untuk tetap menjaga kontrol dirinya.
Namun Dominict jaga merasakan sedikit iba di dalam hatinya. "Segera tinggalkan kamarku, Elara."
Dominict menghela nafas panjang dan meminta Elara untuk segera pergi dan keluar dari kamarnya tanpa menatap Elara sedikitpun.
Kali ini Dominict telah merasa Elara telah melampaui batasan dengan berani bertindak tidak pantas padanya. Dominict tak menyangka Elara akan senekat itu demi cintanya.
Sementara itu Elara yang mendapatkan penolakan dari Dominict, menangis sedih di halaman belakang benteng, ia merasa patah hati dan tak memiliki harapan lagi.
"Putri Anastasya.... Jika aku tak bisa memiliki Jendral maka kau juga tidak akan bisa memilikinya."
Elara mengungkapkan semuanya dengan penuh tekad, jelas terlihat bahwa cinta buatnya telah merasuki hatinya dan memengaruhi dirinya.
Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benak Elara untuk menjalankan rencana yang telah lama dipersiapkannya.
"Aku akan lakukan apapun untuk mendapatkan mu, Jendral." Mengeratkan giginya, Elara tampak tak bisa menerima penolakan dari Dominict.
Tiba-tiba.....
Seseorang membekap mulut Elara dari belakang dan menempelkan sebilah belati di lehernya. ia merasakan dinginnya bilah pisau itu di lehernya hingga membuatnya gemetar.
"Jangan melawan jika kau masih ingin nyawamu selamat!"
Terdengar suara berat seorang pria dari belakang tubuhnya dan berbisik di telinga Elara sambil tetap menempelkan bilah pisau belati di lehernya.
"Ikuti aku! Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu!" Lanjut, pria itu lalu meminta Elara untuk mengikutinya kedalam hutan.
Pria itu membawa Elara masuk ke dalam hutan. Dengan perasaan cemas dan was-was Elara mengikuti pria misterius itu. Dari penampilannya ia seperti seorang kesatria namun tampak di atribut yang yang ia kenakan tak nampak satupun atribut dari kerajaan manapun di tubuhnya.
Sesaat Elara berpikir apa mungkin pria ini ingin membunuhnya. Merasa terancam Elara ingin berbalik dan kembali ke benteng namun, belum sempat Elara melakukan itu pria yang membawanya ini telah mengetahui niatan Elara yang ingin melarikan diri.
"Jangan melakukan hal-hal yang mungkin akan mengancam nyawamu, Nona." Kata pria itu, sepertinya ia menyadari niatan Elara yang ingin melarikan diri.
Mendengar perkataan pria itu Elara menjadi tak memiliki pilihan selain tetap mengikutinya ke dalam hutan yang lebat.
Semakin jauh Elara mengikuti pria itu semakin dalam dan lebat ia menyusuri hutan. Di dalam hati Elara penasaran dengan pria di hadapannya ini.
"Tuan... Anda ingin membawa saya kemana?"
"Sebaiknya kau tidak tahu. Diam dan ikuti saja aku!" Jawab, pria itu dingin.
Sesampainya di tengah hutan, Elara melita seorang pria lain sedang berdiri menunggu mereka. Terlihat dari pakaiannya bahwa pria ini adalah komandan pasukan istana namun Elara tak mengetahui mereka ini dari kerajaan mana karena Elara tak melihat simbol kerajaan mereka di baju zirah yang mereka kenakan.
Lalu pria yang membawa Elara tadi berlutut dan memberi hormat di depan komandannya.
"Aku sudah membawa gadis yang anda minta."
Perlahan pria asing itu mendekati Elara dan membuka jubahnya lalu memberikan sesuatu pada Elara, tampak sebuah kotak kecil yang berhiaskan permata tampak mewah.
kemudian berbisik di telinga Elara.
Sontak Elara terkejut dengan apa isi dari bungkusan itu.
"Gunakan ini! Makan dia akan jadi milikmu selamanya."
Ungkap pria itu lalu menyuruh Elara segera pergi.
Bersambung.......
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung