++ Iwan seorang pemuda usia 19 tahun, setelah ia menemukan sebuah cincin ajaib saat memancing disungai. Iwan mendapatkan kesaktian yang dipergunakan untuk memijat.
Seiring waktu banyak pasien yang telah disembuhkan, sehingga menjadi masalah karena banyak wanita yang menginginkan dia. Sehingga membuat ia terlena akan kenikmatan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
" Jangan pulang dulu mas, aku buatkan minum! Oh ya kita belum berkenalan, namaku Dewi " kata wanita itu sambil meringis menahan sakit tangan kanannya.
"Namaku Iwan, mbak! Apa tangannya masih sakit, boleh aku lihat mbak? Sebelah mana yang sakit?"
Tanya Iwan tanpa jeda.
"E... Dibahu mas, ini buat gerak sedit aja sakit " keluh Dewi.
" Boleh aku periksa mbak?" Tanya Iwan sambil memandang mata Dewi.
"Gimana ya.. " kata Dewi kebingungan.
"Aku tukang pijat mbak, ini kartu namaku!" Kata Iwan sambil memberikan kartu nama yang diambil di dompetnya.
" Coba mbak gulung lengan bajunya!" Pinta Iwan.
Dewi pun menuruti permintaan Iwan untuk menggulung lengan bajunya.
"Waduh..., ini sepertinya bengkak membiru mbak!, kalau bisa mbak ganti tanktop biar mijatnya gampang dan cepat sembuh!" Saran Iwan.
" Aku gak punya tanktop mas" ucap Dewi.
" Pakai sarung atau selimut juga bisa mbak! Kalau mbak gak malu ya terserah mbak Dewi aja deh...!" Kata Iwan sambil menundukkan wajahnya.
"Sebentar aku kekamar mas, mau ganti" pamit Dewi yang berniat melepas bajunya.
"Iya... Mbak, silahkan " kata Iwan.
Dewi pun segera mengganti bajunya dengan sebuah selimut yang dilingkarkan ditubuhnya dan terlihat bahunya yang bengkak kebiruan.
Dewi segera duduk di samping Iwan, " Sudah siap untuk dipijat mbak ?" Tanya Iwan dan Dewi hanya menggangguk.
" Gak sakit kok kalau aku yang mijat!" Iwan meyakinkan Dewi.
Iwan memegang telapak tangan Dewi dan segera mengerahkan kemampuan penglihatannya, dipijatnya dan ditekannya dengan lembut sampai ke tempat yang bengkak Iwan. Agak lama Iwan memijat bahu Dewi dan tiba tiba terdengar suara tulang yang tergeser" Taak... " Dewi pun terkejut mengaduh.
" Sakit mbak?" Tanya Iwan pelan.
"Enggak mas, rasanya enak cuma tadi kaget " kata Dewi
"Tulang yang bergeser sudah kembali ketempatnya, aku teruskan lagi ya mbak!" Ucap Iwan dan Dewi pun hanya menggangguk.
Iwan meneruskan pijatannya, pas sampai kedada atas Dewi " Aduh Aduh.. sudah mas" kata Dewi sambil memegang tangan Iwan dengan wajah kemerahan menahan malu. " Sebentar kurang sedikit lagi mbak!" Kata Iwan meneruskan pijatannya.
"Naah... Sudah selesai, sekarang bahu dan tanggannya buat gerak!" Kata Iwan.
Dewi segera menggerakkan bahu dan tanggannya hingga tanpa sadar selimut itu melorot membuat Iwan terperanggah
"Wow... Indah dan bulat "batin Iwan sambil menelan ludah.
Dewi yang tersadar kain selimutnya melorot segera membetulkannya dan segera berlari masuk kekamar. Iwan yang melihat tingkah Dewi berlari kekamar cuma bisa tersenyum.
Sudah 10 menit Iwan menunggu, tapi Dewi tak segera keluar dari kamar.
" Mbak... Mbak Dewi !" Panggil Iwan.
"Ya sebentar mas!" Jawab Dewi.
Dewi segera keluar dari kamar menuju ke dapur, saat ia keluar tampak nampan berisi teh kemasan dan setoples makanan ringan.
" Maaf mas nunggu lama " kata Dewi malu malu.
"Gak papa mbak, rumahnya kok sepi mbak?" Tanya Iwan.
"Bapak sama ibu masih kerja, adikku masih belum pulang sekolah. Silahkan diminum mas, diincipi juga kuenya" kata Dewi.
Iwan segera mengambil teh kemasan dan meminumnya, " Tangannya sudah enakan apa belum mbak?" Tanya Iwan
"Sudah mas, lebih enakan sekarang" kata Dewi.
" Kalau begitu aku pamit mbak" kata Iwan.
" Aku antar mas, lagian dari sini kerumah mas Iwan kan jauh!" Kata Dewi.
"Dihabiskan dulu minumnya, sebentar aku ambil kunci motor!" seru Dewi.
Saat melewati tempat kejadian penjambretan, Iwan dan Dewi sudah tidak melihat lagi ke dua tukang jambret itu dipinggir jalan.
"Gak mampir dulu mbak?" Tanya Iwan
"Enggak mas, terimakasih sudah menolong Dewi. Mas Iwan kalau mengganggur main kerumahku ya " pinta Dewi.
"Oke... Hati hati lewat jalan tadi, kalau bisa cari jalan lain yang lebih ramai!" Pesan Iwan.
"Iya mas, Dewi pulang dulu !" Pamit Dewi, Iwanpun hanya menganggukan kepala.
"Ah.... Dewi !, sudah cantik putih itunya besar bulat lagi!" Batin Iwan sambil memegang kepalanya.
Iwan segera masuk kedalam rumah dan mengeluarkan amplop coklat pemberian Bu Diana dari balik bajunya.
Iwan terkejut saat menghitung jumlah uang yang dikeluarkan dari amplop coklat, " Wuih... 2 juta!" Seru Iwan sambil memasukkan uang itu kesaku celananya. Segera Iwan masuk kedalam kamar dan menghitung semua uang yang telah disimpannya selama ini. " Ini ada 1,5 juta dan dari Bu Diana 2 juta total 3 juta setengah, wah. Lumayan aku sudah bisa beli motor bekas sekarang" sorak Iwan kegirangan.
Di ambilnya hp dan dibukanya apk jual beli sepeda motor bekas, lama ia membuka buka laman yang ada di hpnya hingga tak terasa waktu sudah sore.
Segera ia menaruh hp dan segera mandi setelah itu dibuatnya segelas kopi.
"Ah... Segar kopinya sesegar milik Dewi ha... ha... ha... " Batin Iwan yang pikirannya masih terbayang bayang sama buah Dewi yang bulat dan besar.
Jreng.... Gubrak.... Gubraak...."
Nada dering panggilan dari hp Iwan terdengar.
"Hallo...."
"Hallo... Mas Iwan ini aku Heri mas"
"Oh iya mas, nanti malam aku kerumah Mas Heri "
"Siap..... Mas Iwan, terima kasih "
Iwan terseyum dan menyalakan sebatang rokok lalu dihisap dan dihembuskan pelan diselingi dengan seteguk kopi.
Iwan segera mengirim pesan keteman temannya, kalau ada motor yang dijual sekitar harga 3 juta.
"Ah yang penting bisa buat kaki, bisa mengantarku kemana mana" pikirnya.
" Permisi....! Mas Heri!" Sapa Iwan yang melihat Heri berada diteras rumah.
"E... Mas Iwan, ayo masuk mas " sambil menghampiri Iwan dan membukakan pintu pagar.
"Bagaimana kondisi bapak mas?" Tanya Iwan
"Orangnya gak sabaran pingin bisa jalan mas ha..... ha..... ha...." Gurau Heri.
"Ayo kita mulai pijatnya!" Pinta Iwan.
Segera mereka berdua menuju kekamar dan membiarkan Iwan memijat sedang dirinya membuat kopi.
" Nah sekarang, bapak coba untuk berdiri!" Kata Iwan.
Heri yang sudah berada dikamar segera membantu bapaknya. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya bapaknya Heri bisa menyeimbangkan pijakannya.
"Sekarang pelan pelan melangkah " titah Iwan. Bapaknya Heri mencoba melangkah meskipun itu masih menyeret bergantian kakinya ia merasa bahagia.
" Terima kasih nak Iwan, bapak sudah bisa jalan meskipun hanya satu meter " kata bapaknya Heri sambil meneteskan air mata bahagia.
"Sabar Pak, lama kelamaan kondisi bapak pasti pulih dan Bapak sudah bisa bepergian jauh " kata Iwan menyemangati.
"Sekarang Bapak istirahat, biar besok pagi saja jalan jalannya!" Ucap Iwan.
"Ya nak Iwan, terima kasih " kata bapaknya Heri sambil membaringkan tubuhnya.
Iwan dan Heri segera keluar dari kamar menuju ruang tamu, " Silahkan diminum kopinya mas Iwan!" Kata Heri.
"Iya mas terimakasih " sambil diambilnya kopi dimeja dan diminumnya. Setelah itu ia membuka apk ojek online untuk melakukan pemesanan driver, sambil menunggu mereka kembali mengobrol.
"Ojeeek...." Teriak seseorang dijalan, Iwan segera berpamitan ke Heri dan berpesan kalau seminggu lagi bisa menghubunginya untuk melanjutkan proses terapi pijat.
***
Bersambung....