NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:962
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19_Love You Sayang

"Yang lain bagaimana?" Tanya Anz akhirnya sambil membereskan lembaran kertas yang berserakan di mejanya dan beralih mematikan layar monitor komputernya.

"Gak tahu," mengedikkan bahunya "tuh Abi dan Al," menunjuk Abi dan Albert yang duduk tenang di dalam ruangan dinding full kaca, memasang raut wajah datar fokus menatap komputer "mereka kelihatan sibuk sekali."

"Mereka kan kerja, dirimu? Kerja gak?"

Kays menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal "kerjalah, tapi inikan jam istirahat. Kantin yuk, makan, lapar!" tersenyum lebar, memasang raut wajah memohon.

Anz bangun dari duduknya tanpa menjawab, mengetuk pintu ruangan Abi dan Al, mendorong pintu kaca tersebut "yank masih sibuk?"

Abi dan Albert mengalihkan pandangan fokus mereka bersama-sama pada Anz namun Abi langsung kembali fokus pada kerjanya sedangkan Albert menjawab "iya sayang. Aku masih sibuk, sayang mau ke mana? Duluan saja ya!”

"Baik," jawab Anz cepat dan hendak menutup pintu.

"Love You sayang," ucap Albert memonyongkan bibir "muach."

Abi mendengar suara kis dari Al langsung melihat Albert tajam dan berdecak kesal dan melanjutkan kerjanya lagi sedangkan Anz hanya berdehem singkat dan menutup kembali pintu ruangan mereka.

"Yuk," berjalan duluan yang kemudian diikuti Kays dari belakang.

Dari balik dinding kaca bening itu, Albert memperhatikan Kays yang kegirangan berjalan berduaan dengan Anz.

"Fokus Al," ucap singkat Abi tanpa mengalihkan pandangan matanya lagi.

Hembusan napas panjang Albert lakukan yang kemudian merebahkan kepalanya diatas meja tepat samping komputernya itu "aku cemburu."

Abi mengambil kertas putih kosong di pinter miliknya itu yang berada di hadapannya, kemudian meremas kertas tersebut dan melemparkannya tepat mengenai kepala Albert.

"Apaansih Bi," mengusap kepalanya yang tidak sakit "kamu jomlo mana tahu rasanya cemburu."

"Suka-suka kamu lah tuan Marcell Albertoprazz."

Albert tersenyum kik kuk geli sendiri dan duduk kembali, buru-buru menyimpan file dokumen di komputernya dan hendak keluar, ikut menyusul Anz.

"Tidak ada izin keluar sebelum kerja selesai," ucap tegas Abi.

Albert tidak menjawab namun mulutnya komat komit bergumam tidak jelas, duduk kembali dan membuka kembali file yang baru saja yang ia simpan itu.

Setengah jam lebih terlewatinya waktu, Albert sudah kembali fokus pada tugasnya. Wajahnya dalam, memandang layar monitor komputernya itu tidak jauh berbeda dengan raut wajah yang selalu ia tampilkan yaitu sama-sama datar.

Ketukan pintu ruangan kembali terdengar dan dua pasang mata itu teralihkan fokus melihat ke arah pintu yang menampilkan Anz yang sedang mendorong pelan pintu kaca tersebut.

Abi melihat sekilas tanpa mempedulikan dan langsung kembali beralih fokus pada kerjanya itu sedangkan Albert tersenyum lebar "sayang," panggilnya girang.

Anz tersenyum manis menanggapi "apa kabar sayang?" berjalan mendekat.

"Kabarku kurang baik, aku cemburu kamu dekat dengan yang lain, aku sedih bila perhatianmu terbagi pada yang lain, napasku seakan sesak jika kamu, sayangku, semangat hidupku dan napasku berada jauh dariku karena kamulah daya hidupku."

Mata yang terfokus pada layar monitor komputer dan jari jemari yang sibuk menari nari di atas keyboard, terpaksa terhenti, hembusan napas kasar Abi lakukan saat mendengar ungkapan komandannya itu.

Sedangkan Anz tertawa renyah untuk pertama kali menanggapi "sayang kenapa?"

Abi mengusap keningnya yang tidak gatal berusaha mencari kembali fokus yang terus saja teralihkan.

Anz datang membawa serta bungkusan makan di hadapannya lantas menyusun boxs makanan itu di hadapan Albert serta minumannya sekaligus. Langkah Anz, menuju meja Abi dan melakuka hal yang sama menyusun makanan yang ia bawa ke sana "sedikit meluangkan waktu untuk menambah energi bukanlah hal yang akan menghambat pekerjaanmu," menatap Abi "makanlah."

Abi menatap datar Anz yang tumben-tumbenannya mau berucap panjang kali lebar pada orang yang bukan kekasihnya ataupun pada kegiatan yang menuntutnya berbicara.

Anz membalas menatap Abi sekilas dan langkahnya menuju pada meja Albert kembali "selamat makan sayang," menciumi pipi Albert "aku mau lanjut kerja dulu ya, semangat kerjanya ya."

Albert tersenyum lebar "iya. Terimakasih sayang, Muach."

"HUEK," muntah reflek Abi yang di tatap bingung Albert dan Anz.  Abi menutup mulutnya sendiri, genangan air dalam kelopak matanya mulai terlihat.

"Ngidam?"

"Diam!" Menatap datar Albert.

Langkah kaki Anz langsung keluar ruangan, menjauh, yang kemudian menghilang tertutupi ruang-ruang kaca yang tersusun berderet itu. Tidak lama setelahnya Anz kembali, membawa gelas plastik bening di tangannya dan masuk kembali keruangan Abi dan Albert.

"Nih," meletakkan gelas bening plastik itu yang berisikan air kental berwarnna merah jambu di hadapan Abi "minum setelah makan, setelahnya minum air putih." Abi masih menatap Anz datar "menatapku tidak akan membuatmu kenyang."

Abi memutar bola matanya malas dan langsung meminum minuman yang dari gelas bening plastik yang merupakan jus buah naga dengan campuran susu didalamnya.

"Makan dulu Bi!" Peringat Anz.

Abi meletakkan jus itu dan mulai memakan nasi bungkus yang Anz persiapkan itu.

"Kamu kenapa Bi? Sakit," tanya Albert penasaran.

Abi mengusap keningnya yang tidak gatal berusaha mencari kembali fokus yang terus saja teralihkan.

Anz datang membawa serta bungkusan makan di hadapannya lantas menyusun boxs makanan itu di hadapan Albert serta minumannya sekaligus. Langkah Anz, menuju meja Abi dan melakuka hal yang sama menyusun makanan yang ia bawa ke sana "sedikit meluangkan waktu untuk menambah energi bukanlah hal yang akan menghambat pekerjaanmu," menatap Abi "makanlah."

Abi menatap datar Anz yang tumben-tumbenannya mau berucap panjang kali lebar pada orang yang bukan kekasihnya ataupun pada kegiatan yang menuntutnya berbicara.

Anz membalas menatap Abi sekilas dan langkahnya menuju pada meja Albert kembali "selamat makan sayang," menciumi pipi Albert "aku mau lanjut kerja dulu ya, semangat kerjanya ya."

Albert tersenyum lebar "iya. Terimakasih sayang, Muach."

"HUEK," muntah reflek Abi yang di tatap bingung Albert dan Anz.  Abi menutup mulutnya sendiri, genangan air dalam kelopak matanya mulai terlihat.

"Ngidam?"

"Diam!" Menatap datar Albert.

Langkah kaki Anz langsung keluar ruangan, menjauh, yang kemudian menghilang tertutupi ruang-ruang kaca yang tersusun berderet itu. Tidak lama setelahnya Anz kembali, membawa gelas plastik bening di tangannya dan masuk kembali keruangan Abi dan Albert.

"Nih," meletakkan gelas bening plastik itu yang berisikan air kental berwarnna merah jambu di hadapan Abi "minum setelah makan, setelahnya minum air putih." Abi masih menatap Anz datar "menatapku tidak akan membuatmu kenyang."

Abi memutar bola matanya malas dan langsung meminum minuman yang dari gelas bening plastik yang merupakan jus buah naga dengan campuran susu didalamnya.

"Makan dulu Bi!" Peringat Anz.

Abi meletakkan jus itu dan mulai memakan nasi bungkus yang Anz persiapkan itu.

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!