Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 ( Cemburu? itu tidak mungkin )
Pagi hari Arrayan baru saja selesai mandi dan tidak mendapati Bella di kamarnya sejak ia bangun dari tidurnya sampai sekarang, hanya ada segelas susu hangat di nakas samping ranjang yang sudah di siapkan sang istri.
Akan tetapi, netra pria itu tidak berfokus pada segelas susu hangat kesukaannya melainkan ke arah ranjang dengan sprei berwarna putih menampakkan bercak yang berwarnah merah. Arrayan mengingat kejadian tadi malam yang mana ia emosi dan berujung memaksa istrinya melakukan itu dengannya walaupun memang sudah menjadi hak Arrayan sebagai suaminya, tetapi tidak seharusnya ia memintanya secara kasar seperti tadi malam.
“Arrrgghhh …!” Arrayan mengacak-acak rambutnya yang masih basah lalu membuka lemari dan mengambil stelan jasnya untuk bersiap berangkat kerja.
“Apa yang aku lakukan tadi malam dengannya sampai aku melakukan itu dengan Bella. Lalu kenapa juga aku harus merasa marah melihat dia dengan Yahiko?” berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam hatinya sembari memakai sepatu pantofelnya ia meraih jas dan langsung bangkit dari sofa tidak lupa ia meminum susu hangat kesukaannya hingga tandas.
Setelah meletakkan kembali gelasnya di atas nakas, Arrayan mendekat pada cermin meja rias dan berkata,”Cemburu? Itu tidak mungkin! Karena sejak saat itu aku sudah menghapus perasaanku pada Bella dan hanya kebencian dan rasa dendam yang ada di sini!” ujar Arrayan menunjuk ke arah pantulan cermin yang memperlihatkan dirinya sendiri.
Sarapan sudah siap Wiliam baru saja sampai di meja makan dan menyapa Bella. Gadis itu tersenyum kaku lalu memberikan pesanan obat sang Paman. Ia meminta maaf karena semalam dirinya beralasan tidak bertemu dengan sang Paman karena ketiduran.
Wiliam mengangukkan kepalanya berpura-pura tidak tau dengan apa yang tadi malam ia dengar di balik pintu kamar keponakannya. Tidak lama Arrayan datang dan langsung duduk di meja makan menatap tajam Bella yang seperti mengabaikannya.
“Bella, kau tidak sarapan?” tanya Wiliam yang melihat bella malah ingin pergi.
“Tidak, Paman. Nanti saja, aku ingin ke taman dulu,” jawab Bella dan langsung melanjutkan langkahnya.
Wiliam tidak bertanya lagi ia meraih sehelai roti kemudian mengoleskan selai coklat di atas roti tersebut sembari menatap Arrayan yang tengah sibuk mengunyah sarapannya,”Berapa ronde semalam?” celetuk Wiliam.
Uhuk! Uhuk!
“Pertanyaan macam apa itu? Membuat mood makan ku jadi rusak,” pekik Arrayan yang gugup ia langsung bangkit meraih segelas air dan meminumnya hingga tandas bergegas pergi tanpa menyelesaikan sarapannya.
“Arrayan … Paman hanya bertanya. Kenapa kau jadi marah?” teriak Wiliam dibarengi gelak tawa melihat kelakuan Arrayan yang terlihat gugup.
Sedangkan keponakannya sudah menghilang dari hadapannya menuju mobilnya,”Dasar pria tua tidak waras! Bisa-bisanya dia menanyakan hal yang sangat pribadi seperti itu!” decak Arrayan menyalakan mesin mobilnya dan langsung menancapkan gas berangkat ke kantor.
*
*
Siang hari Bella masih berada di taman ia benar-benar menyukai tempat itu dan bahkan bisa seharian di tempat itu. Bukan hanya untuk sekedar melepaskan rasa lelah yang mendera di hati dan pikirannya yang harus menghadapi penderitaan yang selalu datang di hidupnya, tetapi dia terus mengasah kemampuan dirinya merangkai bunga. Sesekali ia sangat ingin pergi ke tokonya yang sejak ia menikah toko itu di tutup oleh Johan karena tidak mudah mencari karyawan lagi untuk meneruskan usaha Bella.
“Ekheum …” Wiliam datang dengan sepiring cake karena tadi pagi Bella sama sekali tidak sarapan.
“Terimakasih, Paman tapi harusnya tidak perlu nanti kalau aku lapar aku akan makan,” ujar Bella merasa tidak enak, tetapi ia juga sangat senang mendapat perhatian dari Wiliam yang sudah seperti ayah baginya.
“Makan lah sedikit, nanti kau sakit? Lihat wajahmu sangat pucat,” titah Wiliam.
“I-iya,” jawab Bella yang langsung memakan cake itu.
“Paman tidak berangkat ke kantor?” tanya Bella sembari mengunyah cake.
“Sudah ada Arrayan yang mengurus perusahaan karena seharusnya memang begitu. Aku hanya menggantikan sementara Arrayan karena semenjak kematian kedua orang tuanya ia gak pernah mau lagi mengurus perusahaan, tetapi semenjak menikah denganmu ia baru mau kembali ke kantor,” ujar Wiliam yang berbicara pada Bella. Namun, netranya menangkap sebuah vas yang sudah pecah tersambung kembali walaupun baru separuhnya.
“Vas itu … bukankah sudah pecah? Apa kau ingin memperbaikinya?” tanya Wiliam kebingungan.
Bella mengangguk ia mengatakan jika itu adalah vas milik Mamanya Arrayan, ia hanya berusaha memperbaikinya karena merasa bersalah sudah menyakiti hati suaminya,”Aku tau vas ini tidak bisa kembali seperti semula, tetapi aku akan berusaha memperbaikinya. Walaupun aku tidak tau bagaimana kasih sayang seorang ibu kandung tapi aku juga merasakan rasa sakit yang dirasakan suamiku setelah tau vas bunga kesayangan sang ibu telah hancur,” ujar Bella.
“Baiklah, lakukan apa yang menurutmu baik dan habiskan cake mu,” balas Wiliam beranjak pergi meninggalkan Bella.
“Ibu kandung? Apa maksud perkataannya? Jadi, dia bukan anak kandung ibunya Stella? Apa Johan menikah lagi?” monolog Arrayan yang sedari tadi menguping di balik dinding.
Sebuah tangan terulur memegangi bahu Arrayan membuatnya terkejut sontak ia langsung berbalik dan kaget melihat Pamannya yang sudah di hadapannya,”Bella adalah anak angkat Johan dan Daisy sedangkan Stella adalah anak kandung mereka, Arrayan,” terang Wiliam yang sebenarnya sudah melihat keberadaan Arrayan saat masih bersama Bella.
“Apa?!” pekik Arrayan yang benar-benar tidak tau status Bella yang hanya anak angkat. Lalu ia mengingat saat malam lamaran itu Arrayan melihat Daisy dan Stella yang menatap tidak suka pada Bella.
“Oh … jadi, itu alasannya mereka tidak menyukai Bella dan Stella terang-terangan ingin mendekatiku, batin Arrayan.
“Heh … kau memikirkan apa dan kenapa kau kembali lagi? Apa kau merindukan istrimu dan ingin memintanya lagi seperti tadi malam?” goda Wiliam membuat Arrayan merinding melihat tatapan sang Paman dan bergegas pergi kembali menuju mobilnya membuat Wiliam tertawa melihat Arrayan yang semakin terpojok.
*
*
Ceklek
Pintu terbuka Arrayan yang baru saja pulang bekerja masuk ke dalam kamarnya dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah meletakkan tas dan membuka jas serta sepatunya. Saat ingin membuka dasi ia melihat sosok istrinya sedang berdiri di balkon menatap bintang di langit yang memancarkan kerlap[-kerlip cahayanya. Arrayan ragu untuk menghampiri Bella dan memutuskan menuju kamar mandi terlebih dahulu.
Selesai mandi dan memakai kaos over saize dengan celana panjang berwarna hitam dan rambutnya masih basah ia melihat Bella masih setia berdiri di balkon padahal angin malam ini berhembus lumayan kencang.
“Apa dia tidak merasa kedinginan sedari tadi berdiri di situ?” gumam Arrayan.
Tok!Tok!
“Tuan, ini pesanan makanannya,” pekik Ana dan seketika pintu terbuka.
“Terimaksih, ini untukmu,” jawab Arrayan memberikan uang pada Ana.
“Terimakasih banyak, Tuan,” balas Ana lalu Arrayan menutup pintu itu kembali.
Arrayan memanggil Bella untuk segera masuk ke dalam, tetapi berkali-kali Arrayan berteriak memanggil satu kali pun Bella tidak menjawab. Kesal karena merasa diabaikan Arrayan pun menghampiri Bella, tetapi sebelum itu ia berusaha meredam emosinya takut kalau ia akan kebablasan lagi menyiksa Bella.
Takut? Kebablasan? Apa Arrayan sudah melupakan dendamnya karena mengetahui Bella adalah seorang anak angkat dan mendengar siang tadi kalau Bella tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu kandung dan ia mulai peduli lagi pada Bella?
Arrayan menarik tangan Bella sampai membuat Bella membulatkan kedua matanya melihat suaminya ada di hadapannya. Arrayan menarik napas berat lalu mengambil sebuah benda yang berada di telinga Bella,”Pantas saja tidak dengar aku panggil dari tadi. Ternyata kau sedang memakai headset?” tanya Arrayan lembut lagi-lagi Bella tercengang mendengarnya.
“Kenapa melihatku begitu, Hah! Kau sama saja dengan Toni yang melihatku dengan pandangan seperti itu! Memangnya wajahku seperti hantu apa?” desisi Arrayan.
“Maksudmu?” tanya Bella ragu.
“Hah, sudahlah! Sekarang kita masuk!” perintah Arrayan yang mana merangkul tubuh Bella tanpa ia sadari.
Degh!
“Ri-Riyan?” lirih Bella.
“Aku kan sudah bilang jangan sebut na-ma i-tu,” suara Arrayan melemah ketika langkahnya terhenti dan baru menyadari kalau mereka berjalan dengan posisi tangan Arrayan yang beralih meraih pinggang sang istri. Buru-buru Arrayan melepaskan rangkulannya secara tiba-tiba membuat tubuh Bella terhempas dan langsung tersungkur di lantai.
“Bella …” pekik Arrayan langsung membantu Bella berdiri.
Ssstttt
“Sakit,” rintih Bella seraya memegangi seluruh tubuhnya.
Arrayan terkejut melihat luka yang ada di lengan istrinya ia mendudukkan Bella di tepi ranjang tanpa aba-aba Arrayan langsung membuka baju Bella dan melihat tanda merah di d4d4nya serta lengan Bella yang membiru.
Bella yang merasa malu hanya memejamkan kedua matanya ia pasrah kalau Arrayan ingin melakukan hal itu lagi padanya. Saat Arrayan ingin menyentuh pipi Bella yang terlihat bekas luka cakaran Bella mengeretkan kedua tangannya ia memilin celananya dan sedikit menghindar.
Tes
Air mata nya jatuh tepat di tangan Arrayan membuat d4d4nya terasa sesak,”Apa semalam aku sekasar ini padamu?” lirih Arrayan.
Mendengar itu Bella langsung membuka kedua matanya. Ia menatap kedua mata Arrayan dengan air mata yang sudah mengembang di pelupuk matanya. Bella tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Apakah suaminya itu mempunyai kepribadian ganda? Sehingga membuat sifatnya berubah-ubah.yang mana kadang Arrayan sangat jahat dan menyiksanya tanpa ada rasa belas kasihan dan sekarang ia begitu lembut dan menangis melihat luka yang ia buat sendiri dan membekas di tubuh Bella.
Arrayan memakaikan kembali pakaian Bella, lalu ia menyiapkan makanan yang tadi ia pesan. Bella hanya melihat apa yang dilakukan suaminya saat ini,”Sekarang makan, kata mbak Ani kau dari pagi belum makan,” titah Arrayan lembut.
“Bella …” pekik Arrayan yang mempunyai kesabaran setipis tissue karena Bella hanya menatapnya.
Bella akhirnya makan dengan lahapnya sedangkan Arrayan sibuk dengan laptopnya menyelesaikan pekerjaan yang sedikit lagi selesai.
“Kau juga harus makan,” Bella menyodorkan sendok ke mulut Arrayan, tetapi pria itu mengambil sendok itu dan di letakkan kembali di atas pring.
“Aku tidak lapar,” lirih Arrayan menatap Bella dengan tatapan sulit diartikan.
“Apa dia akan marah lagi padaku?” batin Bella tertunduk takut.
Cup
“Aku hanya ingin ini,” lanjut Arrayan yang tiba-tiba mengecup b1b1r Bella.
Bella hanya diam tubuhnya lagi-lagi membeku di tempat, Arrayan menarik ceruk leher Bella kembali sampai meraka berdua terjatuh di ranjang,”Bella, apa aku boleh memintanya lagi?” bisik Arrayan.
Bella tetap diam karena tidak ada respon dari sang istri Arrayan tidak ingin memaksa Bella lagi ia menarik tubuhnya dan ingin bangkit, tetapi sebuah tangan menahannya dengan melingkari tubuh Arrayan.
Arrayan merasakan anggukkan kepala Bella memberi tanda kalau ia mengiyakan. Untuk kedua kalinya mereka melakukan hubungan selayaknya suami dan istri, tetapi kali ini Arrayan melakukannya dengan sangat lembut dan Bella merasa melayang dibuatnya.
*
*
Bersambung.
😅