Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
3 hari kemudian.
Malam harinya di kediaman Lutfi sedang berlangsung acara akad nikah antara Rey dan Hana. Pernikahan mereka hanya di hadiri oleh keluarga inti saja. Karena memang pernikahan mereka digelar tertutup.
Setelah sah menjadi suami istri Hana dan Rey saat ini sedang melakukan sesi foto bersama dengan para keluarga yang datang. Meskipun hanya acara sederhana namun kebaya yang di pakai Hana sangat mewah karena bertabur swarovski juga mahkota bertahta berlian berharga hampir satu milyar.
Setelah pukul 11 malam acara sudah usai satu persatu keluarga mulai pulang dari rumah Hana. Hanya tersisa keluarga dari pihak ibunya para Tante dan Oma nya masih tinggal sampai besok pagi karena mereka tinggal di luar kota.
"Hana, Rey kalian langsung masuk kamar saja untuk beristirahat." titah Revi karena masih melihat anak dan menantunya sedang mengobrol dengan para sepupu Hana di ruang tamu sambil duduk lesehan diatas karpet.
"Iya mah, bentar lagi kami naik ke kamar." balas Hana.
"Cieee, malam pertama cieee!" goda Ayu yang merupakan sepupu nya, anak dari adik sang mama. umur mereka terpaut satu tahun. Saat ini Ayu juga duduk di bangku SMA kelas 11.
"Apaan sih, iri ya. Sono nikah! Yuk pak kita ke kamar!" ajak Hana sambil menarik tanah Rey.
"Omo omo, apa-apaan ini. Sudah menikah masih manggil bapak. Nggak ada panggilan yang mesra gitu Na buat suami?" kata Angel sepupu lainnya.
Hana kembali membalik badan menatap para sepupunya itu. "Nggak usah berisik!" balas Hana lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai 2.
.
Sesampainya di kamar Hana merasa canggung karena bingung akan melakukan apa.
"Kenapa diam?" tanya Rey yang berada di dekat Hana. Ia lalu meraih Hana ke dalam pelukannya. Ia membiarkan Hana menghisap aroma tubuhnya hingga puas.
"Jangan canggung begitu, bersikap seperti biasanya saja!" kata Rey lagi. Hana hanya mengangguk yakin.
"Aku mandi dulu ya pak, gerah!" kata Hana sambil melerai pelukannya.
"Hmm, nggak mau mandi bareng aja. Biar lebih cepet." usul Rey sambil mengedipkan matanya.
"Hmm, nggak aku lagi haid. Jadi lama mandinya." kata Hana santai. Mendengar hal itu membuat Rey mendelik tak percaya.
"Haah! Kamu bercanda kan sayang?" tanya Rey pada Hana. Namun Hana sudah masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya. Rey berusaha membuka namun Hana menguncinya dari dalam.
Di dalam kamar mandi Hana tertawa melihat ekspresi Rey. Hari ini memang dirinya sedang haid hari ke 5 mungkin besok atau lusa ia sudah bersih.
Sementara Rey duduk lemas di tepi ranjang. Kepalanya mendadak pusing mengetahui Hana haid di malam pertama mereka. Padahal Rey sudah mempersiapkan dirinya untuk malam ini. Tapi terpaksa harus menundanya sampai sang istri bersih.
Setelah 30 menit Hana keluar dari kamar mandi sudah lengkap memakai piyama. Karena sebelumnya ia sudah membawa piyama masuk ke kamar mandi.
"Bapak nggak mandi?" tanya Hana karena melihat Rey sudah duduk dengan bersandar di heardboard sambil memainkan ponselnya.
"Berhenti memanggilku bapak Hana. Aku sekarang suamimu!" protes Rey.
"Hmm, oke oke! Abang nggak mandi atau sekedar gosok gigi dan cuci muka sebelum tidur."
"Kira-kira kamu kapan selesai haid?" bukan menjawab perkataan Hana, Rey malah menanyakan hal lain.
Hana yang sedang duduk di depan meja rias tertawa mendengar pertanyaan Rey. Ia membalikkan badannya untuk menatap Rey secara langsung. "Hahaha, bapak udah nggak sabar ya. Hahah, tahan ya pak. Paling 3 hari lagi aku udah bersih!"
"Itu terlalu lama Hana!"
"Mau bagaimana lagi, bapak mau maksain? Dosa pak!"
"Haiss kau ini!" Rey bangkit dari duduknya dan melemparkan ponselnya keatas ranjang pengantin mereka lalu masuk ke kamar mandi.
Ia harus meredam hasratnya dengan mengguyur badannya menggunakan air dingin.
Malam ini malam pertama yang sudah Rey nanti-nanti hanya mereka lewati dengan tidur saling memeluk.
Tidak ada ciuman panas dan desahan merdu dari suara Hana seperti yang ia hayalkan.
.
Hingga pagi bergulir Hana terbangun lebih dulu. Sekitar pukul 7 pagi Hana menuju ke lantai bawah setelah mencuci wajah dan menggosok giginya.
Sementara Rey masih berada di alam mimpi karena semalam entah jam berapa Rey tidur.
Di bawah Hana sudah melihat anggota keluarganya sudah berkumpul di ruang tengah meskipun ada beberapa sepupunya yang masih tidur.
"Pagi Oma, sarapan apa?" tanya Hana mendekati sang Oma yang sedang duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya juga 3 orang tantenya.
"Loh, pengantin baru kok udah bangun. Kenapa nggak nanti siang aja bangunnya?" goda Tante Livi, adik bungsu sang mama.
Mendengar perkataan Livi membuat mereka semua tertawa.
"Apaan sih tante Livi. Hana kan udah biasa bangun pagi, nggak bisa bangun siang."
"Iya deh iya, tapi kok kamu nggak mandi dulu, harusnya mandi dulu sebelum turun. Itu kenapa rambutnya masih kering!"
"Astaga tanteee! Hana lagi mens jadi semalam sama pak Rey nggak ngapa-ngapain. Jadi buat apa mandi pagi-pagi." kata Hana frustasi.
"Lah, memangnya Tante salah nyuruh kamu mandi pagi. Dasar otak kamu itu yang kotor, Tante ada bilang kamu semalam abis ngapain sama Rey, nggak kan, Hiiiis!"
Mendengar pembelaan Tante Livi membuat Hana semakin malu. Ia tatap semua orang yang berada disana tersenyum penuh arti kecuali sang papa yang seolah tak mendengar perdebatannya dengan sang Tante.
Hana memilih pergi dari sana menuju kamarnya. perutnya yang lapar mendadak kenyang karena di goda Livi.
Sebelum sampai ke ruang tengah Revi memanggil Hana. "Hana! Mau kemana? Sini dulu!"
Hana membalik badan dan kembali mendekat. "Kata mami Risa, Rey biasa minum kopi hitam saat pagi. Kamu buatkan lalu bawa keatas, sekalian ambilkan kue di kulkas." kata Revi. Ia akan mendidik Hana agar bisa menjadi istri yang baik bagi Rey. Karena itu untuk beberapa bulan Revi meminta pada Rey agar mereka tinggal sementara di rumah ini. Setelah dirasa Hana bisa melayani kebutuhan Rey dengan baik barulah ia dan suaminya akan membiarkan Rey membawa Hana ke apartemen yang sudah di beli Rey untuk tempat tinggal mereka.
"Hana nggak bisa buat kopi, mama ajarin ya!"
Revi mengangguk dengan senyum manis. Lalu bangkit dari kursi makan mengikuti Hana menuju dapur.
Ia mengajari Hana membuatkan kopi hitam kesukaan Rey, tidak terlalu manis. Setelah kopi nya siap Hana membuka kulkas dan mengambil beberapa potong kue dan meletakkannya diatas piring.
"Sudah sana berikan pada suamimu. Jangan panggil bapak kalau di rumah. Biasakan panggil Abang seperti permintaan Rey. panggilan bapak kalau kalian sedang di sekolah saja!" kata Revi mengingatkan.
Hana mengangguk patuh dan membawa nampan berisi kopi juga kue untuk Rey.