Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Rivandra dan Arsyilla duduk di kolam renang setelah seharian berkeliling Yogya. Mendatangi semua destinasi wisata dan mencoba semua kuliner khas Yogya yang di tunjukkan Arsyilla. Bahkan mencoba memakai pakaian adat jawa lengkap dengan blankonnya. Tentu saja tidak lupa berswa foto berdua.
"Hari ini hari terakhir kita berada di Yogya." kata Rivandra pelan.
Arsyilla menunduk sambil mempermainkan air kolam renang.
"Apa kamu akan pulang dengan kereta? Naik dari stasiun tugu?"
Arsyilla masih terdiam, lalu berdiri. Minum air mineralnya yang ada di meja. Melihat Rivandra yang sudah berkali-kali menguap karena lelah.
"Kak Rivan duluan aja deh. Aku masih mau di sini."
"Keretamu jam berapa?" tanya Rivandra kesal karena Arsyilla seolah menghindar.
"Ehhmmm,, sebenarnya.. Aku cuti satu minggu. Besok, aku mau mampir ke suatu tempat. Kak Rivan bisa kembali ke Jakarta lebih dulu."
"Kenapa gak bilang dari awal?"
"Karena tempat yang mau aku datangi, lebih jauh dari destinasi wisata. Lebih terpencil, Kak."
"Tempat apa itu?"
Arsyilla berdiri menghindari tatapan menyelidik Rivandra.
"Tempat sejuta kenangan." jawab Arsyilla tanpa menoleh.
Hati Rivandra sudah mulai nyeri setiap kali Arsyilla bicara tentang kenangan. Karena dia tahu, dia tidak pernah ada disana.
"Apa kamu harus pergi kesana?" tanya Rivandra sedikit kesal.
"Tujuan awalku ke Yogya memang untuk ke sana. Hanya tertunda beberapa hari."
"Tempat apa itu?"
"Ihhh,, Kak Rivan kepo ah." gurau Arsyilla sambil menghadap ke arah Rivandra.
"Terima kasih, Kak Rivan. Membuat liburanku kali ini terasa menyenangkan." kata Arsyilla sambil tersenyum tulus.
"Sudah aku bilang, simpan terima kasihmu untuk nanti. Saat aku menagihnya."
"Kalau Pak Rivandra yang menagihnya, mungkin aku akan takut mendengarnya. Kalau Kak Rivan yang menagihnya, mungkin aku sedikit nyaman nanti."
"Lihat saja nanti. Aku tidur dulu."
"Sampai jumpa di kantor, Kak Rivan. Selamat beristirahat."
Rivandra masuk ke kamarnya dengan kesal. Duduk di ranjangnya dengan gelisah. Bayangannya duduk bersama Arsyilla di kereta hilang begitu saja. Rivandra belum siap kehilangan kebahagiaan seperti yang dibilang Zaen.
Dengan bebas memakai outfit apapun tanpa harus memakai barang branded. Bebas kemanapun tanpa ditemani bodyguard. Bebas mencoba makanan apapun tanpa harus menghitung berapa kalorinya. Bebas makan di manapun, meski di pinggir jalan tanpa takut terlihat pegawai perusahaan apalagi pemilik saham. Bebas menjadi diri sendiri tanpa harus jaim di depan orang lain. Terlebih lagi, bebas menggandeng tangan Arsyilla tanpa takut akan menjadi skandal di perusahaan.
"Sebenarnya tempat apa yang ingin di datangi, Syilla? Tempat sejuta kenangan?" gumam Rivandra penasaran.
Akhirnya Rivandra mengirimkan satu pesan ke nomor Zaen. Dan kembali menonaktifkan ponselnya. Benar-benar tidak mau ada orang yang mengganggu kebersamaannya bersama Arsyilla.
'Handle perusahaan untuk dua hari ke depan.'
****
"Kak Rivan? Belum pulang? Keretanya jam berapa?" tanya Arsyilla beruntun saat melihat Rivandra menunggunya di lobi, terlebih saat mobil ojek online yang di pesan atas nama Arsyilla Farhana datang sebelum Arsyilla keluar.
"Aku penasaran dengan tempat sejuta kenangan yang kamu bilang semalam. Aku mau menjadi bagian tempat itu." tegas Rivandra.
Arsyilla terpaku, sedari dulu dia paling anti membicarakan tentang dirinya. Dan, sekarang, Rivandra malah ingin ikut.
"Kali ini lebih privacy, Kak Rivan bisa pulang lebih dulu."
"Apalagi kamu sampai bilang itu privacy. Aku akan menemanimu di sana. Jangan membantah lagi!" seru Rivandra kesal.
Lalu masuk mobil sebelum Arsyilla berubah pikiran. Arsyilla terdiam, 'mungkin ada baiknya Kak Rivan ikut, setidaknya kalau ada si Bagong, aku gak harus lari seperti yang sudah-sudah.' batin Arsyilla.
"Ranselnya gak di taruh bagasi?" tanya Arsyilla.
Rivandra langsung tersenyum senang, itu berarti Arsyilla bersedia dia mengikutinya. Rivandra membantu Arsyilla meletakkan kopernya di bagasi. Lalu duduk di samping Arsyilla di kursi belakang.
*****
"Kok masih disini? Katanya hanya tiga hari?" tanya Shayna saat masuk ke ruangan Rivandra yang sudah ada Zaen.
"Kakakmu memperpanjang liburannya."
"Liburan? Kata Kak Zaen ada project keluar kota?"
"Iya."
"Lalu maksudnya liburan? Project apa sih?"
"Project membahagiakan diri sendiri, sebelum membahagiakan orang lain." jawab Zaen asal sembari tertawa setelah melihat ponselnya.
"Tempo hari Kak Zaen juga mengatakan hal yang sama pada Kak Rivan. Sebenarnya ada apa sih?" tanya Shayna penasaran.
Zaen memberikan ponselnya pada Shayna.
"Aku rasa kamu juga akan ikutan project itu." kata Zaen merasa lucu melihat ekspresi kaget Shayna.
"Kak Rivan dan Syilla?? Mereka berdua ... Yogya?" tanya Shayna shock.
Zaen hanya mengangguk.
"Kenapa Syilla gak memberitahuku sih? Aku kan juga bisa ikutan."
"Lalu mengganggu project kakakmu?!"
"Project apa sih? Jelas-jelas mereka sedang liburan."
"Biarkan kakakmu merasakan kebahagiaan, belajar menuruti kata hatinya. Belajar untuk mengasihani dirinya sendiri. Kamu tahu bagaimana Rivan selama ini, dia seperti robot yang gak punya perasaan. Menjadi workaholic. Kakakmu berhak bahagia, Shay. Lihat saja gimana bahagianya dia sampai sepanjang perjalanan selalu tersenyum menjadi dirinya sendiri." jelas Zaen pada Shayna.
Penjelasan Zaen membuat Shayna menangis. Diapun menyadarinya, melihat Rivandra begitu ekspresif, seperti anak kecil.
"Kak Zaen menyuruh orang mengikuti mereka?" tanya Shayna sambil menghapus air matanya.
"Aku tidak mau ada paparazi saat mereka liburan. Tapi, ternyata Syilla bisa mengubah Rivan yang perfectsionis menjadi orang biasa. Tidak ada yang mengenali Rivan, bahkan saat anak buahku mengatakan mereka sempat berpapasan dengan Rico di tugu Yogya."
"Benarkah? Dokter Rico bahkan tidak mengenali mereka?"
Zaen mengangguk mengiyakan.
"Tidak mengenali siapa?" tanya suara yang tiba-tiba masuk ke ruangan Rivandra.
"Katty??" panggil Zaen dan Shayna berbarengan hingga keduanya berdiri.
"Kenapa kalian sekaget itu melihat kedatanganku? Memangnya ada yang aneh dengan wajahku?" protes Katty sambil duduk di samping Shayna.
"Aku kira kamu masih di Paris. Duduklah, Shay." jawab Zaen tenang.
"Mami dan Papi menyuruhku kembali lebih cepat. Mereka ingin segera menyatukan dua perusahaan."
Shayna menelan ludahnya getir, Kak Rivan,,, Syilla,,, bagaimana ini?
"Memangnya kapan mereka akan mengumumkan pertunangan kalian?" tanya Zaen sedikit shock. Rivan,, apa kau sudah siap?
"Ehhmm,, papi ingin minggu depan. Tapi mami ingin bulan depan."
"Kalau gitu tahun depan saja." sahut Shayna sinis.
"Aku tahu kalau kamu tidak menyukaiku Shayna. Tapi, aku harap kita bisa berteman, karena masing-masing dari kita tahu. Kita gak bisa berbuat apa-apa melawan perjodohan ini."
Shayna menghela nafas untuk menenangkan emosinya.
"Dimana Rivandra?"
"Sedang ada project keluar kota."
"Aku melihat Dion diluar. Tumben sekali keluar kota tanpa kawalan dari Dion atau kamu?" tanya Katty heran.
"Aku harus menggantikannya menghandle perusahaan. Sedangkan Dion baru masuk hari ini karena adiknya melahirkan." jawab Zaen asal.
"Ow begitu. Kalau gitu aku pulang saja. Aku kesini hanya ingin menyapa Rivandra dan juga kalian. Aku pulang ya. Bye!"
"Oke. Bye!!" seru Zaen dan Shayna bersamaan.
Setelah Katty keluar dan tidak nampak lagi, Shayna tertawa terpingkal-pingkal membuat Zaen bingung.
"Apa ada yang lucu?" tanya Zaen bingung.
"Sejak kapan Dion punya adik yang baru melahirkan?!" goda Shayna.
Akhirnya Zaen ikut tertawa mendengar perkataan spontan pada Katty tadi.
"Aku gak tahu. Hanya itu yang terlintas di kepalaku tadi." kata Zaen di sela tawanya.
"Apapun yang terjadi nanti, aku sangat berterima kasih pada Kak Zaen. Aku harap Kak Rivan sudah siap dengan tanggung jawabnya."
Zaen mengangguk mengiyakan.