Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A for Abi
Sherin yang baru saja keluar dari ruang sidangnya merasa begitu bahagia. Dia ingin segera menemui Ana yang tadi mendapat giliran terlebih dahulu. Dia ingin berbagi kebahagiaan karena telah selesai menempuh sidang akhir skripsinya. Itu artinya, sebentar lagi mereka akan mendapatkan gelar sarjana. Dia juga belum sempat memberikan hadiah jam tangan untuk Abi yang ia beli kemarin. Karena Abi berada di ruang sidang yang lain.
Tapi, Sherin merasa heran. Dia tidak menemukan Ana di sana. Seingatnya, saat dia masuk ke dalam, masih ramai mahasiswa yang menunggu diluar. Tapi sekarang terlihat sepi dan hanya tinggal beberapa.
"Hay, lihat Ana nggak??" Tanya Sherin dengan ramah pada salah seorang mahasiswa yang menunggu giliran sidang juga.
"Pergi ke lapangan basket, katanya ada yang mau menyatakan cinta gitu. Tapi nggak tau siapa??"
"Menyatakan cinta??" Gumam Sherin.
"Ya udah, makasih ya"
Sherin bergegas pergi dari sana. Bibirnya mengulas senyum saat menatap jam tangan yang telah di bungkus dengan rapi du sebuah kotak berwarna navy dengan pita putih di atasnya.
"Semoga Abi suka" Gumamnya lagi.
Kakinya membawa Sherin melangkah menuju lapangan basket dimana Ana berada. Dia juga tidak tau kenapa Ana tidak menunggunya keluar dari ruang sidangnya dan malah lebih tertarik pada pernyataan cinta yang entah dari siapa dan untuk siapa.
Sherin berusaha menerobos kerumunan mahasiswa yang melingkari sebuah objek di tengah sana. Dia juga ikut penasaran melihat betapa ramainya orang-orang yang akan menjadi saksi atas cinta mereka.
"Jawab aku Ana"
Sherin bisa mendengar dengan jelas suara itu menyebut nama Ana. Tapi yang lebih mengejutkan, Sherin hafal betul suara itu milik siapa.
"Terima...."
"Terima...."
"Terima..."
"Terima..."
Suara riuh itu semakin membuat Sherin gusar. Dia menerobos kerumunan itu dengan sekuat tenaga.
"Iya, aku mau Abi"
Deg...
Tepat saat jawaban itu keluar dari si wanita. Sherin berhasil menembus benteng yang terbuat dari kerumunan mahasiswa itu.
Sherin tertegun melihat pemandangan di depannya. Objek yang sejak tadi menjadi pusat perhatian orang-orang.
Dimana Abi, pria yang dicintainya selama empat tahun itu sedang berlutut di hadapan Ana, sahabatnya dari SMA.
"A-apa maksudnya ini, Ana??"
Bunga mawar yang baru saja Ana terima dari Abi mendadak jatuh begitu saja saat Ana mendengar suara Sherin.
"S-sherin" Gagap Ana. Wajahnya yang semula tersenyum malu menjadi memerah karena ketakutan dan rasa bersalah.
"Abi, ini maksudnya apa??" Sherin tentu bukanlah gadis yang bodoh karena tidak tau dengan apa yang sedang terjadi di depannya antara sahabat dan pria yang dicintainya itu.
Tapi Sherin ingin mendengar kenyataan yang akan membuatnya yakin jika apa yang ia lihat itu bukanlah mimpi atau sekedar tipuan.
Bolehkah Sherin berharap jika Abi setelah ini akan menghampirinya dengan bunga mawar yang telah jatuh tadi dan berteriak "PRANNNKKKK"
Tapi semua itu tampaknya hanyalah harapan Sherin saja karena setelah itu, dia melihat Abi yang berdiri dari posisi berlututnya kemudian meriah tangan Ana ke dalam genggamannya.
"Biar aku yang jelaskan"
Sherin bisa dengan jelas mendengar apa yang Abi bisikkan pada Ana.
"Maafkan aku Sherin, tapi apa yang kamu lihat sekarang ini adalah kebenarannya. Ana adalah gadis yang aku cintai sejak dulu. Jadi mulai sekarang, aku harap kamu ngerti dan bisa sedikit menjaga perasaan Ana"
Tes...
Air mata yang Sherin bendung sejak tadi akhirnya lolos juga. Seiring dengan hati Sherin yang di gores oleh Abi dengan pedang yang tajam.
"E-enggak, nggak mungkin. Kalian pasti bohong kan?? Ana, kamu bohong kan sama aku?? Kamu tau kan perasaan aku sama Abi gimana?? Kamu nggak mungkin mengkhianati persahabatan kita kan??" Sherin masih mencoba mengelak.
Sementara Ana hanya menunduk dengan bahu yang bergetar.
"Cukup Sherin!! Aku mohon kamu mengerti. Aku sudah lama menyukai Ana. Dan baru sekarang dia mau menerima perasaan ku" Tegas Abi pada Sherin dengan tatapan yang biasa Sherin lihat, yaitu tatapan tak suka.
"Tapi kenapa Abi?? Kalian berdua tau betul perasaan ku gimana. Kenapa kalian tega??"
Sherin tak peduli lagi jika dirinya yang terlihat menyedihkan itu jadi tontonan banyak orang.
"Jadi, alasan kamu nggak bisa menerima cinta ku itu karena Ana??" Abi mengangguk menjawab Sherin.
"Tapi kenapa kamu nggak bilang dari dulu??"
"Itu karena Ana yang melarangnya, dia nggak mau membuat kamu sakit hati"
Sherin justru tersenyum kecut. Betapa malunya dia karena setiap hari dia menceritakan tentang perasaannya pada Ana. Tapi ternyata, Ana adalah wanita yang Abi cintai.
"Na, kamu tega" Lirih Sherin menatap Ana. Air matanya menjadi saksi betapa remuknya hari Sherin saat ini.
"Udahlah Sherin, lo jangan merasa paling tersakiti di sini. Udah cukup lo menggunakan kekuasaan untuk menekan Ana biar selalu nurut apa kata lo"
Sherin menoleh ke belakang, menatap wanita yang tiba-tiba saja menyentilnya dengan ucapan yang membuat Sherin tak paham sama sekali.
"Maksud kamu apa??"
"Halah, nggak usah ngelak deh. Sudah cukup lo menjadikan Ana banyang-bayang lo jadi budak lo selama ini. Dari dulu lo selalu maksa Ana untuk menerima barang-barang mahal dari lo hanya untuk mengekangnya kan?? Lo mau buat Ana merasa berhutang budi sama lo, dengan begitu, lo bisa menahan Ana sampai kapan pun kan??"
"Aku nggak ngerti apa yang kamu bicarakan Lula" Memang apa yang Lula katakan tadi belum masuk ke otak Sherin.
"Ngeri sih kalau punya sahabat kaya lo. Gayanya sok kasih barang mahal, di ajak shoping, makan di restoran mahal, tapi itu cuma buat nahan Ana supaya tetap jadi budak lo kan?? Jangan mentang-mentang kaya jadi lo bisa menginjak-injak orang miskin kaya kita!!"
"Cukup Lula!! Aku nggak kaya gitu!!"
"Apa yang gue katakan itu benar kan Na??" Lula yang tak terima bantahan dari Sherin akhirnya meminta jawaban dari Ana.
"Ana, apa yang Lula katakan itu nggak bener kan?? Kamu tau kan kalau aku nggak pernah minta kamu buat yang aneh-aneh, apalagi menjadikan kamu budak. Itu jelas bohong kan Ana" Suara Sherin makin meninggi.
"Jangan bentak Ana seperti itu Sherin!!"
Hatinya semakin berdarah-darah saat Abi justru membela Ana.
"M-maaf Sherin. Bukannya kamu tau kalau aku nggak pernah mau menerima barang-barang dari kamu, tapi kamu selalu memaksa aku. Padahal kamu tau sendiri kalau aku nggak pernah tertarik sama barang-barang mahal kaya gitu. Kamu juga selalu minta kau buat temenin kamu kemana-mana, nggak boleh jauh-jauh dari kamu. Kamu juga selalu membawa aku pergi kemanapun saat kamu pergi sama Abi. Kamu nggak tau perasaan ku saat itu kan?? Aku sakit melihat kamu bergelayut manja sama Abi, pria yang aku cintai"
"Tapi kamu tetaplah Sheri yang selalu hanyut dalam dunia kamu sendiri. Kamu nggak pernah peka sama perasaan aku. Kamu selalu menganggap apa yang kamu lalukan itu benar. Kamu selalu menganggap kalau perasaan kamu itu yang paling utama. Kamu yang membanggakan perasaan kamu sama Abi di depan aku yang sebenarnya wanita yang Abi cintai. Itulah yang buat aku akhirnya mengubur dalam perasaan ku sama Abi. Karena aku tau kalau kamu menyukainya dan aku bisa apa karena hanya wanita yang tak punya apa-apa apalagi banyak berhutang budi sama kamu"
Sherin semakin di baut terperangah dengan jawaban dari Ana. Padahal dari dulu, Sherin selalu memberikan barang-barang yang ia sukai kepada Ana karena sahabatnya itu selalu menyukai apa yang ia pakai.
"An, tap..."
"Sahabat macam apa sih lo Rin?? Sampai lo bisa buat Ana yang sebatang kara ini tidak bisa menyuarakan isi harinya. Bahkan sampai makan pun harus kamu yang mengaturnya. Parahnya lagi, kamu bisa-bisanya mengajak Ana menemani kamu jalan sama Abi. Apa kamu nggak mikirin perasaan Ana kaya gimana, padahal dia juga suka sama Abi"
Sherin semakin menggelengkan kepalanya. Menilai apa yang Lula katakan itu.
Entah apa yang Ana katakan pada Lula sampai dia memandang Sherin seperti itu.
"Sudah cukup!!" Abi menghentikan Lula.
"Sekarang, kamu sudah tau semuanya Sherin, jadi aku mohon untuk melepaskan Ana. Jangan kekang dia lagi dengan aturan-aturan yang kamu buat dengan iming-iming kemewahan yang kamu berikan. Aku tidak pernah menyukai itu. Seandainya bukan karena permintaan Ana, aku juga nggak akan mau berpura-pura baik di depan kamu"
"Kamu mau tau kan alasan kenapa aku nggak pernah kasih kamu jawaban?? Aku mencintai Ana, itulah alasan kenapa aku tidak pernah bisa menerima mu"
Nyes....
Abi kembali menyayat harinya. Dia masih bingung dengan apa yang mereka semua katakan tentang dirinya.
Apalagi tentang pengakuan Abi yang selama ini ternyata dia hanya berpura-pura baik didepannya karena permintaan Ana.
"Apa yang sebenarnya kamu katakan sama mereka An??"
"Maaf Rin, aku benar-benar nggak tahan lagi"
Deg...
Sherin masih belum tau, apa yang membuat Ana tak tahan berada di dekatnya. Padahal Sherin selalu mencoba menuruti apa yang Ana inginkan.
"Jadi, A itu Abi?? Benar begitu An?? A for Abi??" Sherin menginat siapa yang menelepon Ana dengan inisial A dan sebuah emoticon love berwarna merah di sebelahnya.
"Maafkan aku Sherin"
Kata maaf itu sudah cukup membuat Sherin mengerti.
"Kamu tega sama aku An, kalian berdua tega"
Brakk....
Sherin melempar kotak berwarna biru yang dia siapkan untuk Abi itu.
Kemudian dia berbalik meninggalkan kedua orang yang di beri predikat pengkhianat oleh Sherin itu. Membawa semua luka yang baru saja ia terima dari sahabat dan cinta pertamanya.
bukan mcm kmu bermuka dua🤭🤭