NovelToon NovelToon
Pasutri Bobrok

Pasutri Bobrok

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik / Tunangan Sejak Bayi / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Cegil? itulah sebutan yang pantas untuk Chilla yang sering mengejar-ngejar Raja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cara licik

Chilla duduk di bangkunya sambil membuka kotak bekalnya. Pandangannya tidak lepas dari dua orang yang duduk di pojok kelas—Raja dan Sella. Mereka terlihat begitu mesra, saling bersandar sambil berbicara dengan suara pelan yang nyaris tidak terdengar. Tatapan Chilla memanas, tapi ia tetap berusaha menjaga ekspresinya agar tidak mencurigakan.

"Jadi, pulang sekolah kita nonton ya. Aku udah punya tiketnya di tas," ucap Sella dengan suara manja, jelas terdengar oleh Chilla.

Raja hanya mengangguk dengan senyum tipis. "Iya, terserah kamu aja," jawabnya santai.

Chilla mengepalkan tangannya di bawah meja. Hatinya terasa terbakar cemburu, tapi ia menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang gegabah. Dia harus tetap tenang dan memainkan permainannya dengan cerdas. Mengambil ponselnya, ia dengan cepat mengetik pesan kepada Salah satu orang kepercayaannya.

"Cari tas Sella, ambil tiket bioskop di dalamnya. Jangan sampai ketahuan."

Tidak butuh waktu lama, ia mengetik pesan kedua kepada orang lain.

"Pastikan motor Raja mogok sebelum dia keluar sekolah."

Chilla menyeringai kecil sambil meletakkan ponselnya di atas meja. "Kalau gue nggak bisa menikmati waktu bersama Raja, Sella juga nggak boleh," pikirnya dengan puas.

Ia kembali memperhatikan Raja dan Sella. Mereka masih asyik berbicara, sesekali Sella tertawa kecil, membuat Raja ikut tersenyum. Chilla merasa seperti ada pisau yang menusuk hatinya setiap kali melihat itu, tapi ia tetap memasang wajah datar, tidak ingin memberikan mereka alasan untuk mencurigainya.

Sambil memakan bekalnya, Chilla menyusun rencana berikutnya. Uang bukan masalah baginya, dan dia tahu bagaimana cara menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Jika Chilla mau, ia bisa saja membongkar semua kebusukan Sella di depan Raja. Sella memang bukan gadis baik-baik, dan Chilla tahu itu lebih baik daripada siapa pun. Tapi dia tidak ingin terlalu terburu-buru.

"Kalau gue langsung bongkar Sella, Raja malah bisa makin benci sama gue," pikirnya. "Gue harus biarkan semuanya berjalan perlahan, biar dia sadar sendiri kalau Sella itu nggak pantas buat dia."

Jam istirahat hampir habis, dan Chilla melihat salah satu orang kepercayaannya melintas di depan kelas. Orang itu memberikan isyarat dengan anggukan kecil, tanda bahwa tiket bioskop Sella sudah berhasil diambil. Chilla tersenyum puas.

Sementara itu, Raja dan Sella tampak bersiap-siap untuk kembali ke pelajaran. Sella merapikan tasnya tanpa menyadari bahwa tiket bioskopnya sudah hilang. Chilla berusaha menahan tawa sambil pura-pura fokus pada bukunya.

Saat bel pulang berbunyi, Chilla memutuskan untuk tetap berada di dalam kelas. Ia memperhatikan Raja yang sedang berbicara dengan Sella di dekat pintu.

"Eh, tiketku mana? Aku tadi masukin ke sini," keluh Sella sambil mengaduk-aduk isi tasnya.

Raja mengerutkan kening. "Coba cari lagi, mungkin jatuh atau nyelip di tempat lain," sarannya.

Sella menggeleng frustrasi. "Nggak mungkin, tadi aku yakin banget taruh di sini."

Chilla hanya menyeringai kecil dari tempatnya duduk. "Bagus, fase satu berhasil," pikirnya.

Beberapa menit kemudian, Raja dan Sella menuju parkiran. Chilla mengamati mereka dari jendela. Tak lama, ia melihat Raja mencoba menyalakan motornya, tapi tidak berhasil.

"Motor gue kenapa lagi, sih?" keluh Raja sambil menendang pelan bagian bawah motornya.

Sella tampak cemas. "Gimana nih, Ja? Kalau motormu rusak, kita nggak bisa pergi nonton."

Raja hanya menghela napas panjang. "Kayaknya aku harus bawa ke bengkel dulu. Maaf ya, Sell. Kayaknya nggak jadi, deh."

Sella terlihat kecewa, tapi ia berusaha menyembunyikannya. "Yaudah, nggak apa-apa. Mungkin kita bisa cari waktu lain," ujarnya dengan senyum tipis.

Chilla hampir bersorak kegirangan di dalam hati. Segalanya berjalan sesuai rencana. Dia memastikan Sella dan Raja tidak bisa menghabiskan waktu bersama hari ini, dan itu sudah cukup membuatnya puas.

"Kalau gue nggak bisa punya Raja sepenuhnya sekarang, gue pastikan nggak ada perempuan lain yang bisa," gumam Chilla pelan sambil beranjak dari tempat duduknya.

Dengan langkah santai, Chilla berjalan melewati Raja yang masih berkutat dengan motornya. Sesaat, Raja melirik ke arah Chilla yang tampak tenang dan tidak peduli, seolah-olah tidak tahu apa-apa.

"Chilla tuh aneh banget, tapi ya... entahlah," pikir Raja sambil menggeleng.

Chilla menyunggingkan senyum kecil. Ini baru permulaan. Sella tidak akan pernah menang darinya.

******

Chilla sudah sampai di apartemen lebih dulu. Ia tahu bahwa Raja masih di bengkel, dibantu oleh temannya untuk memperbaiki motor yang mendadak rusak. Dengan langkah santai, Chilla masuk ke kamarnya dan mengganti pakaian. Kali ini, ia memilih baju santai berupa kaus longgar yang agak kebesaran, tapi celana pendek yang ia kenakan membuat penampilannya tetap terlihat menggoda.

Ia beranjak ke ruang tamu dengan laptop di pangkuannya. Drama Korea menjadi pilihan hiburannya sore itu. Sesekali ia tersenyum sendiri melihat adegan romantis di layar, seolah membayangkan dirinya dan Raja berada di posisi yang sama. Meski hatinya berdebar memikirkan rencana-rencana liciknya, wajah Chilla tetap tenang, seakan tidak ada hal yang sedang direncanakan.

Tiba-tiba pintu apartemen terbuka, menandakan Raja sudah pulang. Wajah pria itu tampak kesal, jelas karena motor yang rusak mengacaukan rencananya untuk pergi bersama Sella. Chilla menahan diri untuk tidak menyapanya, biarkan kali ini dia terlihat acuh. Jika biasanya dia selalu mencari alasan untuk berbicara atau mengganggu Raja, kali ini Chilla memilih untuk membiarkan pria itu sendiri. Ia tidak ingin menimbulkan kecurigaan.

Raja melempar kunci motor ke meja kecil di dekat pintu, kemudian melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Chilla masih sibuk dengan drama yang ia tonton, tapi dari sudut matanya, ia memperhatikan setiap gerakan Raja.

Raja akhirnya bergabung di sofa, duduk di sisi yang berseberangan dengan Chilla. Ia menyesap air putihnya dengan gerakan pelan, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Namun, tanpa sadar matanya tertuju pada Chilla.

Pakaian yang dikenakan gadis itu tidak biasa menurut Raja. Ia jarang melihat Chilla mengenakan pakaian seperti ini di apartemen, terutama celana pendek yang membuatnya sulit untuk mengalihkan pandangan. Sesaat, Raja berusaha mengusir pikirannya, tapi bayangan pagi tadi, ketika tangannya secara tidak sengaja menyentuh bagian tubuh Chilla yang terlarang, kembali menyeruak di kepalanya.

Raja merasa panas dingin. Ia memalingkan wajahnya, tapi pikiran itu tidak mau hilang.

"Kenapa lo diem aja, Ja?" Chilla bertanya tanpa menoleh, suaranya terdengar santai.

Raja tersentak. "Hah? Nggak apa-apa," jawabnya singkat, sambil memalingkan wajah agar tidak bertatapan langsung dengan Chilla.

Chilla hanya mengangkat bahu, pura-pura tidak peduli. Padahal di dalam hati, ia senang melihat reaksi Raja. Wajah pria itu sedikit memerah, dan gerak-geriknya yang gelisah semakin membuat Chilla yakin bahwa pikirannya sedang tidak tenang.

"Drama apa, sih, yang lo tonton?" tanya Raja akhirnya, mencoba mengalihkan perhatian dari pikirannya sendiri.

Chilla menoleh sedikit dan tersenyum tipis. "Ceritanya tentang pasangan suami istri yang awalnya nggak saling cinta, tapi akhirnya mereka saling jatuh cinta karena sering habisin waktu bareng," jawabnya sambil menatap mata Raja dengan penuh arti.

Raja menelan ludah. Jawaban Chilla terdengar terlalu dekat dengan situasi mereka sekarang. Ia menggeleng pelan, mencoba mengabaikan tatapan gadis itu.

"Drama klise," gumamnya, lalu kembali menyesap air putihnya.

Chilla terkikik kecil. "Klise, tapi romantis. Kadang hal-hal kayak gitu bikin orang sadar betapa berharganya pasangan mereka," katanya dengan nada menggoda.

Raja memilih untuk tidak menanggapi. Ia meletakkan gelasnya di meja, kemudian bangkit dari sofa.

"Gue mandi dulu," katanya singkat, lalu bergegas menuju kamar mandi.

Saat Raja menghilang di balik pintu kamar mandi, Chilla tersenyum lebar. Ia tahu Raja mulai memikirkan dirinya, meski pria itu belum menyadarinya sepenuhnya.

"Pelan-pelan aja, Ja. Lama-lama lo juga bakal sadar kalau gue adalah pilihan terbaik lo," gumam Chilla sambil melanjutkan menonton dramanya.

Sementara itu, di dalam kamar mandi, Raja menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan mata terpejam. Bayangan Chilla dengan pakaian santainya terus menghantui pikirannya.

"Kenapa gue jadi kayak gini?" gumamnya frustrasi. "Dia istri gue, tapi... kenapa rasanya aneh?"

Raja mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ia tidak bisa memahami perasaan yang mulai muncul setiap kali berada di dekat Chilla. Perasaan itu mengganggunya, tapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

1
Kelinciiiii
bersyukur ja
Ciaa
ayo lanjut seru juga ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!